Kris Makalo Menembus Isolasi Papua
Oleh : Ichwan Susanto
Di Manokwari, ibu kota Papua Barat, menyebut mobil hardtop tak dapat dilepaskan dari pria bernama Christian Israel Makalo (38). Dialah sosok yang pertama kali menembus isolasi masyarakat di beberapa daerah pedalaman. Dengan menggunakan mobil jenis jip itu, penjelajahan dalam segala medan itu pun terlaksana.
Atas jasa-jasanya tersebut, pria yang akrab disapa Kris Makalo ini mendapat kehormatan menjadi anak adat masyarakat Distrik Anggi Manokwari. Ia dianggap sebagai pahlawan bagi warga pedalaman karena dianggap telah berjasa menciptakan interaksi masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman dengan daerah lain di kota.
Kiprah Kris di dunia otomotif bisalah dikategorikan olahraga ekstrem, sebab dia memulainya dari kecintaannya akan alam. Setelah itu, barulah muncul kejeliannya melihat celah bisnis kebutuhan masyarakat akan transportasi ke pedalaman.
Awalnya, kegemaran berburu dan menjelajah alam di hutan pegunungan dan pesisir telah membuat dia tertantang untuk menembus daerah-daerah pedalaman di Papua.
Pada tahun 1996, Kris bersama saudara dan rekan-rekannya mulai mengoperasikan lima Toyota hardtop untuk menembus Distrik Teluk Bintuni (kini telah menjadi Kabupaten Teluk Bintuni). Ketika itu kondisi jalanan becek, penuh lumpur hingga sedalam hampir 1 meter. Dengan susah payah, kawasan itu akhirnya dapat ditembus sekitar 15 jam dari Manokwari.
Setahun kemudian, ia mulai melirik menembus daerah baru, yaitu Distrik Anggi. Medan ke Distrik Anggi relatif lebih susah ditembus karena pengendara dihadapkan pada tanjakan curam dan berbatu-batu dengan melalui hutan serta lembah.
"Di Distrik Anggi, saya menjadi orang yang pertama kali membawa mobil masuk. Pada tahun 2002, masyarakat dari kampung-kampung mengadakan pesta meriah untuk pengangkatan saya menjadi anak adat di Anggi. Ini sungguh pengalaman dan penghargaan yang luar biasa bagi saya," ujar pria berdarah Papua-Manado itu, awal bulan lalu di Manokwari.
Setelah berhasil menaklukkan jalanan ke Distrik Anggi, pada tahun 1999, Kris kembali mencari tantangan baru, yaitu menembus pedalaman Distrik Kebar. Hingga kini, ketiga daerah inilah yang menjadi ruang jelajahnya menyalurkan hobi sekaligus membuka usaha.
Bisnis transportasi
Meski sudah lebih dari 10 tahun menggeluti bisnis transportasi ini, Kris sebenarnya hanya memiliki satu mobil Toyota hardtop buatan tahun 1981. Kendaraan berbahan bakar bensin tersebut dibelinya di Surabaya.
Walaupun hanya mempunyai satu mobil, Krislah yang selama ini menjadi koordinator bagi pemilik hardtop yang hendak menyewakan mobilnya untuk alat angkutan ke pedalaman.
"Saya tidak seperti pemilik usaha angkutan lain yang memiliki banyak mobil. Kalau ada orang butuh transportasi, saya kontak teman-teman untuk sama-sama mengangkut mereka yang memerlukan transportasi ke pedalaman itu," tuturnya.
Oleh karena itu, sampai sekarang ini belasan mobil jip milik Kris dan rekan-rekan terus digunakan untuk menerobos kondisi jalan yang ekstrem di pedalaman Papua. Kendaraan mereka menjadi salah satu alternatif andalan untuk transportasi warga yang harus pergi ke berbagai kawasan pedalaman.
Untuk melebarkan sayap usahanya, Kris berencana menambah satu hardtop lagi, tetapi sampai sekarang dia belum berhasil menemukan mobil yang cocok. Padahal, usaha transportasi itu dia akui menjanjikan.
Sekali jalan dia bisa mengangkut sekitar 10 penumpang dengan ongkos tergantung dari jauh dekatnya jarak, serta kesulitan medan jalan yang mesti dilalui. Namun, rata-rata ongkosnya Rp 300.000 sampai Rp 350.000 per orang.
Perjalanan dari Kota Manokwari ke daerah pedalaman minimal ditempuh dalam waktu sekitar 12 jam. Bahkan, tak jarang, karena sulitnya medan yang mesti dilewati, perjalanan pun memakan waktu sehari semalam.
Nama perempatan
Nama Kris Makalo bukan hanya dikenal oleh masyarakat yang tinggal di kawasan pedalaman. Warga Kota Manokwari pun banyak yang mengenal pria ramah ini.
Mereka bahkan memberikan penghargaan bagi sosok Kris Makalo, yakni dengan memberi nama lingkungan tempat tinggalnya yang terletak persis di perempatan lampu merah menuju Jalan Brawijaya dengan sebutan "Perempatan Makalo".
Kebetulan pula, hingga kini rumahnya menjadi tempat mangkal sekaligus markas sesama offroaders beserta masing-masing armadanya. Markas klub White Crocodile (Buaya Putih) tersebut juga merupakan bengkel untuk hardtop-hardtop yang mengalami kerusakan.
Kris Makalo tak sekadar piawai menyetir kendaraan menembus kondisi jalan sulit ke pedalaman, tetapi dia juga punya kemampuan sebagai mekanik mesin mobil.
Dia bercerita, kemampuannya menjadi mekanik mobil hardtop selain dipelajari secara otodidak, juga dari hasil belajar dan memerhatikan kakaknya, Han, mengutak-atik mobil. Han, sang kakak, memang terlebih dahulu terjun ke dunia otomotif. Han juga memiliki bengkel sendiri tak jauh dari rumah Kris Makalo.
Usaha seiring hobi
Memang menyenangkan bila orang bisa mempunyai usaha yang sejalan dengan hobinya. Ayah empat anak ini termasuk sosok yang merasa beruntung. Selain mendapatkan penghasilan dari usaha mengangkut penumpang ke berbagai pelosok pedalaman, dia juga tetap bisa menekuni hobinya. Ini dibuktikan dengan keberhasilan Kris bersama White Crocodile meraih juara satu dalam Lintas Bintuni Offroad 2004.
Dia bahkan pernah membuka jalan mobil dari Distrik Kebar ke Distrik Senopi. Di dalam benaknya, tantangan menjelajah alam di Manokwari itu sudah maksimal.
Meski demikian, Kris juga ingin menjajal kondisi ekstrem di daerah lain. Ia menyebut beberapa tempat seperti Makassar dan Jayapura sebagai kawasan yang ingin dia jelajahi.
"Tetapi, untuk mengikuti offroad di tempat lain, butuh biaya besar. Untuk membawa mobil ke Jayapura saja, ongkos transpornya bisa sampai Rp 9 juta. Apalagi kalau ke Sulawesi," ujar Kris.
Oleh karena itu, kini obsesi mengikuti offroad di daerah lain dia konsentrasikan dengan membuka isolasi Jalan Manokwari-Sorong. Ini karena, jalur antarkabupaten yang dapat ditempuh mobil hardtop selama ini hanya sampai ke Distrik Senopi.
Kiprah Kris Makalo yang konsisten membuat dia amat dikenal masyarakat pedalaman. Ini juga menjadikan dia sebagai orang yang dituakan di antara para pengemudi hardtop. Sampai-sampai dia pula yang menjadi orang paling dicari untuk menengahi permasalahan yang muncul antara pengemudi dan masyarakat pedalaman.
Sumber : Kompas, Rabu, 23 Mei 2007
Jun 4, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment