Jun 21, 2009

Wayne Gould Menebar "Wabah" Su Doku

Wayne Gould Menebar "Wabah" Su Doku
Oleh : L Sastra Wijaya*

Permainan ini sebenarnya sudah lama ada di Jepang, bahkan disebutkan sudah berabad-abad di sana. Namun, entah mengapa sejak diterbitkan pertama kali di harian The Times, setahun lalu, wabah ini langsung menghinggapi orang di Inggris. Itu semua gara-gara ulah Wayne Gould.

Kebiasaan itu adalah mengisi semacam ”teka teki silang”, bernama Su Doku. Kalau teka teki silang (cross word) berisi kata-kata, Su Doku ini berisi angka. Permainannya sederhana, kotak besar, 9 x 9, dan di dalamnya dibagi lagi menjadi kotak 3 x 3. Oleh pembuatnya, di beberapa kotak itu dituliskan angka 1 sampai 9. Tugas pengisinya adalah menempatkan angka 1 sampai 9 di dalam kotak-kotak kosong sehingga semua lajurnya berisi angka yang berbeda.

Sejak tahun lalu, hampir dua juta buku yang berhubungan dengan Su Doku sudah dijual. Musim panas lalu di Inggris enam dari 10 buku terlaris adalah buku-buku mengenai Su Doku dan menurut pihak penerbitan, demam Su Doku ini akan berlangsung sampai masa Natal bulan Desember mendatang.

Masa Natal, sama seperti barangkali Lebaran di Indonesia, adalah masa belanja terbesar bagi keluarga-keluarga di Inggris. Karena ketika itu adalah masa liburan di tengah musim dingin. Buku menjadi santapan yang berguna untuk menghabiskan waktu di dalam ruangan.

”Saya kira penjualan ini akan terus meningkat sampai Natal. Kami tidak tahu bagaimana keadaannya setelah Natal, apakah akan berubah ke demam yang lainnya atau tidak,” kata Ruth Shippobotham, manajer penjualan penerbit buku Michael O’Mara yang sudah menerbit- kan buku mengenai Su Doku, dua di antaranya untuk anak- anak.

Adalah seorang mantan hakim Selandia Baru, Wayne Gould, yang menghubungi redaktur harian di Inggris The Times, dan mengatakan dia menemukan sesuatu yang berguna untuk mengasah otak, ketika dia berkunjung ke Jepang.

Beberapa bulan kemudian The Times menerbitkan buku Su Doku yang pertama, dan Gould sekarang memasok surat kabar di berbagai bagian dunia, dengan perangkat lunak Su Doku.

Menurut Gould, daya tarik Su Doku adalah kemurniannya sebagai teka teki. ”Kalau kita gagal, kita tidak bisa menyalahkan orang lain. Kalau kita berhasil, kita puas karena berhasil menaklukkannya,” kata Gould.

Gould yang lahir di Selandia Baru menghabiskan kariernya sebagai hakim di Hongkong. Setelah pensiun di tahun 1997, Gould mendedikasikan waktunya untuk mengembangkan Su Doku di komputer.

Semula keluarganya memperkirakan dia hanya akan bisa menjual 300 eksemplar, namun dalam setahun terakhir telah mendapat penghasilan 1 juta pondsterling karena menjual programnya ke berbagai sindikat media massa di seluruh dunia.

Minggu lalu The Times menyelenggarakan kejuaraan nasional Su Doku yang pertama di Inggris, dan pemenangnya adalah seorang mahasiswi jurusan Matematika Universitas Sheffield, Nina Pell, yang menyelesaikan tugas Su Doku dalam waktu 13 menit 48 detik.

Nina mengatakan, dia sebenarnya tidak suka mengerjakan teka teki silang. Namun, ketika dia melihat Su Doku setahun lalu, dia langsung kecanduan.

”Saya belum pernah melihat hal seperti ini sebelumnya. Setelah saya mencoba Su Doku yang pertama, itu kemudian jadi kebiasaan,” kata Nina kepada harian The Times.

Namun, Nina mengatakan kebiasaan itu tidaklah mengganggu rutinitas lainnya karena rata-rata dia menghabiskan lima sampai 10 menit mengerjakan Su Doku ini.

Untuk keberhasilannya ini, Pell mendapatkan hadiah hampir Rp 18 juta (1.000 pondsterling). Peminat dari kejuaraan ini datang dari kalangan yang beragam. Pemenang ketiga adalah seorang pria setengah baya, manajer di salah satu perusahaan minyak besar Belanda, Shell.

Menurut laporan media di Inggris, di situs internet Amazon.com, terdapat lebih dari 100 judul buku mengenai Su Doku, di situsnya baik di Amerika maupun di Inggris. Banyak di antaranya masuk dalam daftar 500 buku terlaris.

Sekarang ini hampir setiap surat kabar di Inggris pasti memuat Su Doku setiap hari di bagian suplemennya.

Menurut statistik yang dikeluarkan harian The Times minggu ini, buku-buku Su Doku ini sekarang dijual di 31 negara. 14 surat kabar di Swedia, 4 di Israel, 5 di Denmark, 23 di Amerika Serikat yang memproduksi Su Doku setiap harinya.

Di Jepang sendiri lima majalah khusus Su Doku memiliki angka penjualan 600.000 eksemplar. Ironisnya, minggu lalu, seorang wartawan Yomiuri Shimbun di Lon menulis fenomena Su Doku ini di Eropa dan Amerika, dan tidak lama sesudahnya situs Nikoli, perusahaan Jepang yang memproduksi Su Doku sejak tahun 1984, kebanjiran pengunjung sehingga sistemnya tidak bisa menampung.

”Kegilaan masyarakat ternyata tidak mati secepat seperti yang kami duga. Saya kira salah satu faktor kepopulerannya adalah karena ini bisa dilakukan oleh setiap orang. Tidak ada faktor bahasa yang menghambat,” kata Ben Siegle, dari Guardian Books di London yang berhasil menjual 22.000 buku Su Doku ini.

Apakah fenomena ini akan terus berlanjut atau akan hilang dalam semusim saja?

”Teka teka silang pertama kali muncul di tahun 1920-an, dan banyak orang bilang tidak akan bertahan lama. Namun, nyatanya teka teka silang terus bertahan sampai sekarang.” kata Wayne Gould.

Apakah Su Doku akan kehabisan kombinasi karena hanya menggunakan angka dari 1 sampai 9? Jawabannya jangan khawatir karena menurut penghitungan ada sebanyak 667090372021072936960 kemungkinan untuk membuatnya.

*L Sastra Wijaya Kontributor Kompas dan Penyiar Radio BBC di London

Sumber : Kompas, Senin, 24 Oktober 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks