Jun 21, 2009

W Chan Kim : Selami Samudra Biru Chan Kim

Selami Samudra Biru Chan Kim
OLeh : Pieter P Gero

Beberapa pemimpin perusahaan atau chief executive officer top dunia, seperti Carlos Ghosn yang sukses membawa Nissan Motor Co atau Nicolas G Hayek dari Swatch Group, menganjurkan membaca buku The Blue Ocean Strategy. Harian The Wall Street Journal menjadikan buku ini sebagai best seller.

Anjuran Ghosn, Hayek, dan beberapa chief executive officer (CEO) lainnya ini semakin jelas maknanya ketika berbincang dengan Profesor W Chan Kim, Kamis (20/10/2005) petang di Jakarta. Kim bersama Renee Mauborgne, sesama rekan profesor di INSEAD, Paris, adalah penulis buku The Blue Ocean Strategy. Perbincangan ini semakin dalam menyelami Samudra Biru-nya Kim.

Karena strategi yang saya sampaikan ini sebuah inovasi, sebuah win-win strategi, di mana siapa saja apakah individu, perusahaan, bahkan juga sebuah pemerintahan bisa menciptakan strategi di mana tidak ada yang kalah dan tak ada yang menang. Semua bisa berbagi di sana, ujar Kim yang asli Korea Selatan ini. Kim juga dosen pada University of Michigan Business School, tempat Renee Mauborgne pernah menjadi salah satu mahasiswinya.

Itu sebabnya kami menggunakan judul The Blue Ocean Strategy. Jika anda membayangkan sebuah samudra, maka terkesan tenang, tak ada eksplorasi. Warna biru yang tenang jelas berlawanan dari apa yang dimunculkan dari sebuah warna merah, ujar Kim. Ini karena persaingan selama ini selalu diartikan adanya perang, persaingan, saling kalah mengalahkan. Berdarah-darah. Ada red ocean.

Tetapi, apakah semua persaingan dalam kehidupan, termasuk dalam khazanah bisnis, selalu saling mematikan. Ada yang menang dan ada yang kalah? Tidak selalu demikian, ujar Kim. Di masa lalu, strategi berarti kompetisi. Apalagi, dalam dekade sekarang, penawaran terus meningkat akibat globalisasi dan berbagai temuan baru, sedangkan permintaan relatif stagnan. Apalagi populasi di Eropa, Jepang, bahkan Singapura turun, membuat kompetisi semakin panas dan keras. Tak ubahnya perang.

Kim yang mengajar Manajemen Internasional dan Strategi di INSEAD ini terus menjelaskan. Dalam konteks bisnis, pasar itu sebenarnya tidak memiliki batasan. Ini berbeda dengan wilayah sebuah negara. Dalam bisnis, pasar bisa diciptakan, diperluas. Kalau negara, ada dapat 10 persen, maka akan ada yang kehilangan 10 persen wilayah, ujarnya. Tetapi, ini dalam konteks bisnis atau industri.

Penciptaan pasar atau permintaan yang baru ini adalah blue ocean strategy. Kim lantas mulai menceritakan bagaimana selama 15 tahun bersama Renee meneliti dan mengikuti apa yang dilakukan 30 industri yang selama satu abad ini melakukan sekitar 150 langkah strategi yang masuk dalam kategori blue ocean.

Pada tiga dekade lalu, tak ada industri elektronik, reksa dana, atau telepon seluler. Permintaan diciptakan dan kini menghasilkan uang. Juga pada satu abad lalu, tak ada pesawat terbang, otomotif, dan komputer. Semua diciptakan dan sukses, ujarnya. Jadi, wilayah industri bisa diciptakan dan diperluas setiap waktu.

Perusahaan yang ada tadi tidak mematikan para saingannya. Mereka menciptakan ruangan baru tanpa saingan. Ini akan menumbuhkan permintaan yang tinggi dan cepat. Dengan demikian, persaingan yang ada menjadi tidak relevan lagi. Ke depan ini, perusahaan yang akan sukses adalah yang tidak menghancurkan saingannya, tetapi yang menciptakan samudra biru, ujarnya.

Universal

Kim memastikan bahwa blue ocean strategy sangat universal. Bisa terjadi di mana saja, termasuk di Indonesia. Tadi pagi ada lima CEO dari perusahaan di Indonesia. Mereka mengemukakan apa yang mereka lakukan dan itu adalah sebuah blue ocean strategy, ujar Kim.

Ayah dua anak ini berada di Indonesia guna berbicara di depan lebih dari 700 peserta soal blue ocean strategy. Tampil juga sejumlah CEO dari Indonesia, seperti Aqua, Indomie, BCA, Citibank, dan Telkomsel, yang dinilai sukses menciptakan nilai dan pasar baru, yang menurut Kim adalah praktik dari blue ocean strategy.

Layaknya seorang dosen, Kim pun terus panjang lebar bicara soal blue ocean. Strategi ini juga bisa diterapkan pada individu, keluarga, pemerintahan, dan berlaku di mana saja. �Itu sebabnya saya tidak menyebutkan bagaimana strategi ini diterapkan di negeri ini atau negeri itu. Jadi, ada saja peluang untuk menerapkan blue ocean strategy ini di mana dan kapan saja,� ujarnya.

Lagi pula, kerja samanya dengan Renee dalam melahirkan buku ini juga membuktikan bahwa pemikiran ini universal. Saya lahir di Asia, belajar di Amerika, dan kini ada di Eropa. Renee lahir dan tumbuh di Amerika dan kini mengajar di Eropa, ujarnya. Dua orang dari latar belakang budaya yang berbeda, namun punya pandangan yang sama soal perlunya strategi ini.

Tetapi, bagaimana dengan peran manusia dengan karakternya yang berbeda-beda? Kim mengatakan bahwa hal penting yang diperlukan untuk bisa sampai pada sebuah �blue ocean� adalah jangan ada rasa cepat puas, arogansi, dan kesenjangan informasi. Apabila sebuah individu atau perusahaan cepat puas dengan apa yang ada, yang terjadi adalah status quo. Ini tidak bakal ada penciptaan nilai dan pasar baru.

Kim juga menekan pentingnya rendah hati. Tak boleh ada arogansi. Ini berkaitan dengan kesenjangan informasi atau pemahaman. Orang yang arogan jelas tidak pernah menyadari kekurangannya. Tidak rendah hati.

Karenanya, perusahaan yang Jika demikian adanya, maka yang ada adalah tetap sebuah red ocean. Jadi, tulisan saya dan Renee ini adalah sebuah wake-up call bagi CEO atau pemimpin lainnya, apakah mereka mau berubah atau tetap mempertahankan status quo, ujar Kim.

Kim segera membantah ketika ditanya apakah bukunya ini bisa berarti juga bahwa red ocean itu tidak baik. Saya tidak mengatakan demikian. Hanya saja, dengan blue ocean strategy ini, ke depan, perusahaan anda akan tumbuh cepat, semakin sukses, dan akan terkenal, ujarnya. Selama masih ada manusia, persaingan tetap saja hidup.

Jika hal ini dikaitkan dengan pemerintahan, blue ocean strategy ini juga tepat. Misalnya anda hendak menarik investor asing, maka sebuah kebijakan yang menarik, yang baru, sebuah blue ocean, harus diciptakan. Dengan demikian orang akan tertarik pada anda, ujarnya.

Pesan Kim ini sepertinya relevan untuk pemerintahan di negeri ini. Biar banyak investor yang segera datang.

Sumber : Kompas, Sabtu, 22 Oktober 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks