Jun 21, 2009

Valentino Rossi MEngubah Peta Motor Dunia

Valentino Rossi Mengubah Peta Motor Dunia
Oleh : L Sastra Wijaya*

Dia adalah Michael Schumacher-nya balap motor dunia dan menurut pengakuannya sendiri, dia telah mengubah peta balap motor. Valentino Rossi sudah merebut seluruh gelar juara dunia yang ada di balapan motor, mulai dari 125 cc, 250 cc, 500 cc, dan sekarang MotoGP.

Di Italia, yang tidak pernah kekurangan bintang pujaan di bidang olahraga, Rossi menjadi bintang paling terkenal sekarang ini. Dan meski ia tidak menyelesaikan pendidikannya sampai SMA, Rossi mendapatkan gelar doktor kehormatan dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Urbino, kota kelahirannya di Italia.

Inilah semua yang ditulis oleh Valentino Rossi, yang sekarang baru berusia 26 tahun, dalam otobiografinya, yang baru saja diterbitkan dalam bahasa Italia dan sekarang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

Bukan karena Rossi sekarang tinggal di London, yang membuat buku ini menjadi salah satu buku terlaris di Inggris dalam enam pekan terakhir. Namun, dalam buku berjudul What if I had never tried it? (Apa yang terjadi kalau saya dulu tidak mencobanya?), Rossi menulis dengan tajam mengenai pengalaman dalam 10 tahun terakhir, di dunia balap motor.

Tak hanya pengalamannya menjadi juara dunia yang menarik perhatian banyak orang. Namun, soal kepindahannya dari tim juara Honda ke tim Yamaha dua tahun lalu menjadi alasan utama bagi Rossi untuk mengatakan bahwa dia sudah mengubah peta balap motor dunia.

Dalam bukunya, Rossi juga bercerita mengenai uji coba yang dilakukannya untuk tim balapan Formula Satu, Ferrari, dan tidak tertutup kemungkinan, dalam tahun-tahun ke depan dia berubah posisi dari pembalap motor menjadi pembalap Formula Satu.

Ketika pada tahun 2003 Rossi memutuskan pindah dari Honda ke tim Yamaha, hampir semua yang berkecimpung di dunia balap motor tercengang. Perpindahan itu boleh disebut tidak menuruti pemikiran logis.

Di tahun itu, Rossi baru saja menjuarai MotoGP yang kedua kalinya, bersama tim Honda. Tim asal Jepang tersebut sangat efisien dan motor mereka merupakan yang terbaik di dunia saat itu.

Hal yang berkebalikan dengan keadaan tim Yamaha. Mereka hampir tidak pernah memenangi satu balapan pun karena memang mesin motornya lebih lambat dibandingkan dengan tim-tim lain.

Pada awalnya, Rossi tidak betul-betul serius berpikir untuk pindah ke Yamaha. Namun, dalam dua tahun (2002-2003) balap MotoGP, Honda betul-betul mendominasi, dan mereka yang berkecimpung di Honda (mulai dari bos perusahaan maupun tim mekanik) beranggapan kemenangan di setiap balapan sudah menjadi keharusan, bukan lagi jadi tantangan.

Honda, menurut Rossi, mulai beranggapan bahwa yang menentukan kemenangan sebuah balapan adalah mesin motor, bukan pembalapnya. Honda beranggapan, siapa pun pembalapnya kalau mesinnya Honda, mereka pasti menang.

Alasan utama Honda terlibat dalam balapan adalah untuk menonjolkan sepeda motor mereka dan bahwa perusahaan mereka nomor satu. Saya merasa terperangkap dalam keadaan seperti itu. Pada tahun 2003 itu, saya merasa harus membuktikan bahwa manusia lebih penting daripada mesin, bahwa pembalap sangat dipentingkan dalam mengembangkan sebuah mesin, tulis Rossi.

Oleh karena itu, tambah Rossi, bergabung dengan Yamaha adalah tantangan terbesar dan tergila yang diambilnya. Tantangan yang bagi orang lain mungkin tidak akan bisa tercapai, tulis Rossi.

Semua boleh disebut sudah menjadi sejarah sekarang ini. Dalam lomba pertama di tahun 2004, di Welkom, Afrika Selatan, Rossi membuktikan hal yang mustahil tersebut, dia menjadi juara pertama bersama tim Yamaha.

Ada kalimat di dunia balap motor yang mengatakan kalau ingin jadi juara dunia, balaplah dengan Honda. Namun, sejak di Afrika Selatan ini orang mulai menyadari betapa pentingnya masukan dari manusia, dari pembalap. Saya telah membuktikan hal tersebut, kata Rossi.

Filosofi Rossi yang juga menarik adalah tekadnya untuk merebut gelar juara dunia secara bertingkat. Rossi, yang membalap serius mulai tahun 1996, pada usia 17 tahun merebut gelar juara dunia kelas 125 cc di tahun 1998.

Dia kemudian pindah ke kelas 250 cc, dan di sana dia sempat ditawar oleh tim lain untuk pindah ke 500 cc. Namun, Rossi bertekad untuk merebut gelar juara dunia 250 cc dahulu, sebelum berpindah ke kelas di atasnya.

Tentu saja dalam buku ini, Rossi berbicara mengenai masa kecilnya di Italia, bagaimana dia mulai berkecimpung di dunia balap. Ayahnya, Graziano, adalah bekas pembalap, namun semula mengharapkan anaknya menggeluti balap mobil karena lebih aman.

Semula Rossi memilih balap motor karena faktor biaya, lebih murah. Ternyata pilihannya tidak salah sama sekali. Coba, kalau dulu saya tidak mencobanya?

Prestasi Rossi: juara 125 cc bersama Aprilia pada tahun 1997, juara 250 cc bersama Aprilia pada tahun 1999, dan juara 500 cc bersama Honda pada tahun 2001. Empat tahun terakhir ini Rossi menjadi juara MotoGP (dua bersama Honda dan dua mewakili Yamaha, timnya saat ini).

Rossi banyak menyebut Sirkuit Sepang di Malaysia karena hampir setiap tahun dia membalap di sana. Dan hanya menyebut sekali dia pernah ke Indonesia, di sirkuit Sentul 1996. Sepang menjadi sirkuit bagi tim-tim balap motor untuk mengadakan uji mesin di luar musim lomba.

Ketika di Eropa sedang musim dingin, tim-tim besar ini memindahkan kegiatan mereka ke Sepang. Di sini juga Rossi pertama kali menguji coba motor Yamaha yang membawanya menjadi juara dunia dua kali MotoGP pada tahun 2004 dan 2005.

*L Sastra Wijaya Kontributor Kompas dan Penyiar Radio BBC di London

Sumber : Kompas, Jumat, 21 Oktober 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks