Jun 21, 2009

Roemwerdiniadi Soedoko : Roem, Ratu Penanggulangan Kanker

Roem, Ratu Penanggulangan Kanker
Oleh : Runik Sri Astuti

Tanggal 10 Oktober 2005 lalu, seharusnya ia berada di Geneva untuk menerima penghargaan International Star For Quality Award, kategori penghargaan emas di bidang kemanusiaan. Namun karena tidak ada biaya, Profesor dr Roemwerdiniadi Soedoko SpPA terpaksa mengurungkan niatnya berangkat.

Menurut panitia pemberi penghargaan yang dimotori 166 negara di Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang, Roem dinobatkan sebagai satu-satunya penerima penghargaan pada tahun 2005. Dia dinilai berhasil meningkatkan kehormatan, wibawa, dan kesadaran masyarakat Indonesia melalui kegiatan kemanusiaan berupa sosialisasi tentang kesehatan reproduksi dalam rangka pencegahan serta penanggulangan penyakit kanker selama lebih dari 34 tahun.

Bagi perempuan kelahiran Blitar 4 Februari 1937 ini, mendapat penghargaan internasional bukan hal baru. Sederet penghargaan pernah diterima tokoh yang dengan gigih berkampanye kesehatan, terutama bagi perempuan ini.

Mengapa perempuan? Karena mendidik perempuan sama dengan mendidik bangsa. Dan perempuan yang maju adalah perempuan yang mampu memperkuat ketahanan keluarganya, kata nenek delapan cucu ini.

Untuk program kampanyenya, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya ini tak pernah meminta ongkos transpor apalagi memungut bayaran. Ibu yang berhasil mengantarkan keempat anaknya menjadi dokter itu tak pernah menghiraukan lokasi, waktu, serta dengan siapa ia berbicara. Perjalanan dari pulau ke pulau, termasuk keluar masuk pulau-pulau terpencil, pernah dilaluinya.

Bahkan pulau yang hanya bisa ditempuh dengan motor boat milik TNI AL yang hanya muat dua orang pun pernah disinggahinya. Ia pun tak peduli jika harus berceramah di bawah pohon, beralaskan tanah, dan beratap langit.

Menurut lulusan New South Wales University dan Royal Hospital For Women Sidney dan Prince Henry Hospital Melbourne tahun 1975 ini, tiada kegembiraan yang lebih besar selain berhasil menggugah kesadaran masyarakat kecil akan pentingnya menjaga kesehatan.

Kegigihan usahanya memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang kesehatan inilah yang mengantarkan Wakil Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia ini mendapat penghargaan dari Organisasi Kesehatan Dunia berupa WHO Awards di bidang Social Medicine tahun 1995.

Lima tahun kemudian, penulis dongeng dalam seri Surat untuk Anakku ini kembali mendapat penghargaan WHO Awards yang diterimakan 18 Mei 2000 di Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa, Geneva. Prestasi gemilang yang telah diukirnya membuat banyak kalangan memberikan apresiasi.

Salah satunya julukan The Queen of Cancer Control untuk Roem. Sebuah julukan yang diberikan Director of Cancer Division WHO Yan Tsyenwart.

Bukan itu saja, dia pun sering disebut-sebut sebagai perempuan kedua yang menaruh perhatian terhadap penyakit kanker setelah Hillary Clinton. Bedanya, Hillary mengkhususkan diri pada kegiatan pencegahan dan pengobatan kanker payudara yang banyak diderita perempuan di Amerika Serikat karena mereka enggan menyusui, sedangkan Roem menaruh perhatian pada semua penyakit kanker, terutama 10 penyakit kanker terbanyak di Indonesia, di antaranya kanker mulut rahim, kanker payudara, kanker ovarium, dan leukimia.

Spesialis patologi

Ketertarikannya pada penyakit kanker bermula dari keprihatinannya terhadap pasien kanker. Ketika itu Roem baru menamatkan pendidikan spesialis patologi anatomi dan mulai bertugas di RSU Dr Soetomo Surabaya pada tahun 1969.

Sebagai dokter patologi, ia sering mendapat tugas meneliti specimen penyakit yang diambil dari tubuh penderita kanker. Dari specimen itu ia tahu bahwa sebagian besar, bahkan hampir 100 persen, penderita kanker datang ke rumah sakit dalam keadaan parah atau stadium lanjut. Ironisnya lagi, kebanyakan penderita kanker yang berasal dari kalangan menengah ke bawah itu akhirnya meninggal karena terlambat berobat akibat tidak punya biaya.

Melihat realitas itu, hati perempuan yang berprinsip kesehatan bukan segalanya tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti ini pun terketuk. Ia tidak rela melihat bangsanya yang menderita akibat rendahnya kesadaran mereka tentang kesehatan.

Bersama tiga sejawatnya, Roem mendirikan Yayasan Kanker Wisnuwardhana pada tahun 1969. Selain melakukan sosialisasi dengan cara berceramah di hadapan masyarakat, khususnya ibu-ibu, yayasan ini juga mengadakan pemeriksaan kesehatan dan tes pap smear dengan biaya yang terjangkau.

Lembaga ini memperkenalkan alternatif pengobatan kanker terbaik, bisa diterima secara medis namun terjangkau biayanya. Melalui yayasan sosial kemanusiaan ini, Roem benar-benar mendedikasikan seluruh hidupnya untuk masyarakat.

Sumber : Kompas, Kamis, 20 Oktober 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks