Jun 17, 2009

Sobir dengan Kado Nanas

Sobir dengan Kado Nanas
Oleh : FX Puniman*

Dulu, tahun 1980-an, ada kecemasan akan punahnya nanas bogor dikarenakan semakin menciutnya lahan tanaman buah tersebut. Kini ada rasa lega karena salah satu buah unggulan yang sentra produksinya di kaki Gunung Salak ini berhasil dilestarikan pakar nanas dari Institut Pertanian Bogor.

Sejak enam tahun yang lalu, upaya pelestarian salah satu jenis buah unggulan setempat ini berhasil dilakukan dan dikembangkan di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor (IPB) di Pasirkuda, Bogor, seluas 1,8 hektar.

"Hasil kegiatan kami dalam upaya melestarikan dan sekaligus mengembangkan nanas bogor ini kami persembahkan sebagai kado ulang tahun ke-524 Bogor pada tanggal 3 Juni 2006. Pemerintah Kabupaten Bogor yang daerahnya menjadi sentra buah nanas ini boleh bangga dengan buah unggulan yang telah menjadi identitas Bogor," papar Dr Ir Sobir (44).

Selain melakukan upaya pelestarian, ia juga melakukan penyilangan untuk memperoleh mahkota buah nanas dan daunnya tanpa duri, serta rasa buahnya tak berubah. "Upaya ini telah berhasil kami lakukan dan kelak akan kami minta Rektor IPB meluncurkannya," ungkapnya.

Pakar nanas yang menjabat Kepala Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB sejak 2005 yang ditemui akhir bulan lalu di Kebun Percobaan IPB di Pasirkuda menyebutkan, selain berhasil melestarikan nanas bogor, dia juga berhasil mengumpulkan lima jenis nanas di sentra produksi nanas yang terletak di kaki Gunung Salak.

Sobir menguraikan, nanas berasal dari Amerika Selatan di kawasan lembah Sungai Parana, Paraguay. Bangsa Indian diduga melakukan seleksi dari beberapa jenis nanas sehingga diperoleh jenis Ananas comosus yang enak dikonsumsi dan sekarang dibudidayakan secara luas di seluruh dunia.

Pada abad ke-16 bangsa Spanyol membawa nanas ke Filipina dan Semenanjung Malaya hingga Indonesia. "Penyebaran nanas yang luas menyebabkan nanas telah berkembang menjadi beberapa kultivar yang berbeda-beda dalam ukuran tanaman, ukuran buah, warna, dan rasa daging buahnya," papar Sobir.

Sobir yang menyelesaikan studi doktornya di Okayama University, Jepang, pada tahun 2000 kemudian melakukan kegiatan mengumpulkan jenis nanas bogor di sentra produksi buah tersebut di seputar kaki Gunung Salak. Dari desa Ciapus, Kecamatan Ciomas, Cipelang, Tajurhalang, dan Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, dan Sukaluyu di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Sobir mendapatkan lima jenis nanas. Kelima jenis nanas ini adalah nanas bogor, nanas minyak, nanas hijau, nanas merah, dan nanas buaya.

Selanjutnya, dalam upaya meningkatkan nilai ekonomi nanas, PKBT IPB melalui Program Riset Unggulan Strategis Nasional (Rusnas) mengembangkan varietas unggul nanas. Program Rusnas pengembangan nanas diarahkan untuk mengembangkan varietas nanas yang memiliki idiotipe yang sesuai dengan keinginan konsumen baik untuk konsumsi segar maupun memenuhi kebutuhan industri. Kegiatan ini dimulai tahun 2001.

Siap membantu

Dari lima jenis nanas bogor yang dikumpulkan Sobir, akhirnya ditemukan jenis nanas yang baik kualitasnya, yakni nanas mahkota dan kiara. "Kami akhirnya memilih nanas mahkota yang buahnya relatif besar dan manis rasanya dibandingkan kiara untuk diteliti dan dikembangkan secara total di lahan percobaan di Pasirkuda ini," ungkap Sobir, kelahiran Ciamis tahun 1964 yang meraih Sarjana Pertanian IPB tahun 1986.

Dari hasil penelitian, nanas mahkota berhasil diperbanyak melalui setek maupun kultur jaringan. Nanas mahkota ini bersama nanas delika yang diteliti dan dikembangkan di kebun percobaan yang sama telah diluncurkan Rektor IPB Prof Ahmad Anshori Mattjik dan Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman pada rangkaian acara Dies Natalis IPB tahun lalu.

Sobir mengungkapkan, pihaknya tidak sanggup untuk menyediakan bibit dalam jumlah banyak. "Untuk satu hektar saja diperlukan sekitar 60.000 bibit. Kalau untuk seribu hektar diperlukan sekitar 60 juta bibit. Kalau ada perusahaan yang tertarik berusaha menyediakan bibit nanas bogor secara komersial, kami senang dan kami peneliti PKBT siap membantu. Kami tak sanggup menyediakan bibit dalam jumlah yang banyak," papar Sobir.

Nanas bogor, menurut Sobir, sebaiknya dikembangkan di daerah-daerah. "Nanas Bogor ini merupakan jenis tanaman yang hebat, bisa tumbuh di berbagai daerah, baik dataran rendah maupun tinggi. Di daerah Sukaharja dan Cipelang dengan ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut (dpl) dan di kebun Pasirkuda yang tingginya 200 m dpl bisa tumbuh dengan baik. Kami juga sedang mencoba dengan teman-teman di UGM Yogya untuk menanam nanas mahkota di daerah lahan yang kurang air seperti di Gunung Kidul," paparnya.

"Prospek buah segar seperti nanas cukup baik. Indonesia merupakan negara pengekspor nanas kaleng terbesar ketiga setelah Thailand dan Filipina," ujar Sobir yang beristrikan Bonita dan dikarunia tiga anak, Farah, Toriq, dan Selma.

*FX Puniman, Wartawan, Tinggal di Bogor.

Sumber : Kompas, Rabu, 7 Juni 2006

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks