Jun 20, 2009

Sayako Kuroda : Puteri Sayako, Terbang bak Burung

Putri Sayako, Terbang bak Burung
Oleh : Pieter P Gero

Sangat mungkin, salah seorang ibu muda yang ditemui lagi antre di sebuah pasar swalayan di Tokyo tak lain adalah Sayako Kuroda. Suatu yang tidak mungkin ketika dia masih sebagai Putri Sayako atau Putri Nori (gelar semasa kanak-kanak), putri tunggal Kaisar Akihito dan Permaisuri Michiko.

Sayako sudah tak memperoleh perlakuan khusus sebagai anggota keluarga kekaisaran sejak 15 November 2005 lalu, saat dia resmi menjadi istri Yoshiki Kuroda. Kini dia tinggal di sebuah apartemen sewaan tak jauh dari Istana. Media setempat bilang, nantinya pasangan baru ini akan pindah ke sebuah kondominium yang akan rampung tahun depan.

Perempuan kelahiran 18 April 1969 ini juga sudah belajar mendapat surat izin mengemudi (SIM). ”Saya harus bisa mengemudi dan belanja di pasar swalayan,” ujarnya kepada pers. Menikah dengan warga kebanyakan membuat Sayako harus kehilangan semua perlakuan istimewa bagi keluarga kaisar. Ini diatur undang-undang sejak tahun 1947.

”Saya ingin belajar segala hal baru dan menantikan kehidupan baru saya sebagai anggota keluarga Kuroda, sembari tetap menyimpan dalam hati kehidupan yang saya alami bersama Kaisar dan Permaisuri serta keluarga saya,” ujarnya setelah menikah.

Sang suami, Kuroda, seorang desainer kota pada Pemerintah Metropolitan Tokyo, yang berada di sampingnya seakan mengiyakan. ”Sepanjang saling menghormati pandangan masing-masing, saya menginginkan sebuah keluarga yang sederhana, di mana semuanya menyenangkan,” ujar Kuroda.

Bagi Sayako, kehidupan harus dihadapi apa adanya. Kehilangan gelar, juga kehilangan tunjangan. Kini dia harus bayar pajak pula. Namun, dia memperoleh semacam ”mas kawin” dari negara sebesar 1,2 juta dollar AS.

Namun, suatu yang membuatnya melangkah ringan adalah pesan kedua orang tuanya. ”Kaisar memastikan bahwa hubungan keluarga mereka tidak berubah,” ujar Sayako. Sementara Permaisuri memeluk erat- erat dan berulang kali mengatakan semuanya akan baik adanya.

Pencinta burung

Sayako adalah sebuah contoh kesederhanaan dan sikap memahami kenyataan yang ada. Begitu tamat dari Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Jepang pada Fakultas Sastra Universitas Gakushuin pada tahun 1992, Sayako langsung bergabung dalam lembaga riset ornitologi (ilmu tentang burung) pada Institut Yamashina.

Dia sangat tekun meneliti burung di halaman seputar Istana Kekaisaran atau Istana Akasaka. Dia kemudian menjadi periset, dan Sayako menulis sejumlah artikel ilmiah soal burung. Dia juga melengkapi soal burung dalam ensiklopedia soal hewan Jepang terbitan tahun 1997.

Kecintaannya akan burung ini bisa jadi yang menginspirasi dirinya untuk suatu waktu hidupnya bisa ”terbang” bebas dan lepas. Suatu yang sangat tak mungkin dengan tetap sebagai anggota keluarga kekaisaran.

Peluang itu datang ketika dia bertemu dengan Yoshiki Kuroda dalam pertandingan tenis dua tahun lalu. Tidak banyak diungkapkan bagaimana keduanya menjalin hubungan asmara selama ini. Boleh jadi, sang kakak Pangeran Akishimo banyak berperan karena Kuroda adalah teman lama sang pangeran. Desember 2004, pihak Rumah Tangga Kekaisaran mengumumkan pertunanganan Sayako dengan Kuroda.

Tumbuhnya cinta dan keinginan ”terbang” seperti burung yang dirisetnya selama ini membuat Sayako bulat memutuskan menjadi orang biasa. Ini pertama kali sejak bibinya, Putri Takako Shimazu, menikah dengan orang kebanyakan tahun 1960. Sayako pun pamit dari Istana beberapa hari sebelum hari perkawinannya, 15 November 2005.

Sebagai putri tunggal Kaisar Akihito, Sayako dengan senyum dan kelembutannya sering menarik simpati rakyat Jepang. Misalnya, dia akan selalu menyempatkan diri berbicara dengan masyarakat kebanyakan saat menghadiri berbagai acara sosial. Berkaitan dengan orang tunanetra, Sayako juga sangat menaruh perhatian pada pusat latihan anjing pemandu bagi orang cacat.

Sebagai seorang putri kekaisaran, Sayako juga ahli dalam tarian Jepang tradisional. Ini sudah dipelajarinya sejak masih di sekolah lanjutan atas dan terus menjadi hobinya hingga kini. Dia bahkan pernah tampil di Teater Nasional Jepang tahun 1998.

Semenjak dewasa Sayako juga sering menjadi duta bagi negaranya. Selain ikut menerima kunjungan tamu kenegaraan, dia juga berkunjung ke sejumlah negara, seperti Slowakia, Slovenia, dan Republik Irlandia, guna memperkuat hubungan dan saling pengertian antara kedua negara.

Semua ini sudah masa lalu. ”Saya lebih mempersiapkan diri sebagai istri dan anggota keluarga Kuroda,” ujarnya. Tak ada lagi riset burung. Juga tidak lagi duta negara. Tak salah, Kaisar Akihito memintanya untuk menghormati suaminya dan pekerjaannya. Juga mempertahankan semua nilai yang sudah didapatnya selama ini.

”Dia seperti seseorang di atas awan yang turun ke orang kebanyakan seperti kami,” ujar seorang warga Tokyo yang mengiring kepergian Sayako dari Istana untuk memulai kehidupan baru sebagai orang kebanyakan. Dia kini dikenal sebagai Sayako Kuroda

Sumber : Kompas, Kamis, 24 November 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks