Jun 6, 2009

Ruth Yeoh :Kini Waktunya Bertindak

Ruth: Kini Waktunya Bertindak
Oleh : Maria Hartiningsih

Berbeda dengan gambaran umum mengenai anak konglomerat, Ruth Yeoh lebih menampilkan sosoknya sebagai peneliti masalah-masalah kritis saat ini; saham, pasar energi, komoditas, teknologi bersih, dan investasi.

Bekerja sebagai peneliti itu dilakukan selama beberapa saat ketika ia bergabung dengan Credit Suisse di Singapura. Namun, kegiatan itu tidak dia lepaskan meski sekarang ia menjabat sebagai Direktur Keuangan YTL Corporation Berhad.

Tampaknya justru penelitian itulah yang mendukung pengelolaan keuangan korporasi. Ruth juga meneruskan kegiatannya menulis di Wall Street Journal Asia dan Financial Times.

Anak sulung Direktur Pengelola YTL Corporation Berhad, Tan Sri Dr Francis Yeoh, itu ditemui di sela seminar internasional bertema Cut Carbon, Grow Profits: Business Strategies for Managing Climate Change and Sustainability, di Kuala Lumpur, Malaysia, pekan lalu.

Seminar yang menghadirkan para ahli di bidang energi terkait dengan bisnis itu mengerangkai acara peluncuran buku setebal 465 halaman, yang judulnya menjadi tema seminar.

Buku yang dieditori oleh Ruth Yeoh dan Dr Kenny Tang, ahli di bidang perubahan iklim dan anggota Board of Governors di University of East London itu, merupakan antologi tentang keterkaitan perubahan iklim, emisi karbon dioksida (CO>jmp 2008m<>h 7028m,0<>w 7028m<2>jmp 0m<>h 9738m,0<>w 9738m<), konservasi, tapak jejak CO>jmp 2008m<>h 7028m,0<>w 7028m<2>jmp 0m<>h 9738m,0<>w 9738m<, dampaknya terhadap institusi keuangan dan keberlangsungan bisnis, serta strategi penanggulangannya. Kata Pengantarnya ditulis oleh PM Malaysia Datuk Seri Abdullah Haji Ahmad Badawi.

Isu keamanan

Ruth berbicara amat fasih mengenai dampak pemanasan global dan risiko-risikonya, tantangan lingkungan, kesehatan dan masalah energi, wilayah kebijakan, strategi kunci bagi perusahaan-perusahaan di Asia, Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism/CDM), dan pentingnya investasi di bidang energi terbarukan di Asia.

"Kebutuhan energi tumbuh mencapai 230 persen antara tahun 1973 dan 2004. Bandingkan dengan pertumbuhan rata-rata dunia yang hanya 75 persen," ujarnya.

"Bisnis hanya berkelanjutan kalau mampu memberikan sumbangan yang berarti pada pembangunan manusia secara luas," ujarnya.

Itu berarti, kehancuran menunggu bagi perusahaan-perusahaan yang memilih strategi penanggulangan masalah berjangka pendek, biaya rendah, dan mengotori lingkungan, apalagi merusaknya.

Seperti dikatakan Ruth, "Melakukan kegiatan bisnis dengan cara yang benar dengan praktik-praktik yang berkelanjutan tak bisa ditunda lagi. Sekarang waktunya bertindak."

Semua itu hanyalah awal dari pekerjaaan panjang demi keberlangsungan kehidupan, bukan hanya sektor bisnis. "Setiap orang dapat berbuat yang terbaik untuk menyelamatkan Bumi dengan mengubah gaya hidup, termasuk efisiensi energi," ujarnya.

Persoalan pemanasan global akibat menumpuknya emisi CO2 di atmosfer Bumi bukan sekadar isu energi dan lingkungan dalam arti sempit. Seperti dia katakan, "Isu itu, bagi kami, lebih merupakan isu keamanan."

Dampak pemanasan global semakin dekat ketika ia menyaksikan satu daerah di Malaysia dilanda banjir dan di daerah lainnya dilanda kekeringan.

Karena itu, pihaknya menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk organisasi nonpemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama bekerja mengatasinya.

Dalam ceramahnya, sang ayah, Francis Yeoh, mengungkapkan, YTL membiayai seperlima dari seluruh biaya program menjadikan sungai-sungai di Malaysia sebagai tempat penampungan (reservoir) air bersih.

Tak bisa menawar

Hubungan antara Ruth dan ayahnya tampak amat dekat. Dalam ceramahnya, Francis menyebut berkali-kali, Ruth-lah yang menyebabkan ia mencebur diri ke dalam persoalan-persoalan yang terkait dengan pemanasan global.

Ruth pula yang katanya membuat sang ayah tak kehabisan energi untuk terus belajar dari siapa saja mengenai pemanasan global sampai memahami detail persoalan.

Pemahaman Francis yang semakin mendalam membuatnya ingin menyebarluaskan misi mantan Wakil Presiden AS Al Gore dalam film An Inconvenient Truth, yang antara lain memperlihatkan seriusnya kondisi Bumi ke depan akibat kenaikan suhu di Bumi yang menyebabkan melelehnya lapisan es di Patagonia, Argentina.

Ruth memompakan semangat agar YTL menjadi perusahaan yang bersih dan ramah lingkungan dalam setiap tahap kegiatannya.

"Hubungan kami sangat dekat, terlebih setelah ibu saya meninggal tahun lalu," ujar anak pertama dari lima bersaudara itu. Buku yang diluncurkan hari itu dipersembahkan kepada almarhum ibunya, Puan Sri Rosaline Yeoh yang berpulang dalam usia 54 tahun.

Meski hubungan dengan ayahnya sangat dekat, dalam soal disiplin, Ruth tak bisa menawar. Ia terbiasa menjalani hidup kesehariannya di rumah kecil dengan kesederhanaan, penghargaan kepada orang lain, kedispilinan, dan kerja keras.

Tampaknya ia bukan tipe Cinderella yang menghabiskan waktu untuk mengurus kecantikan dan merawat tubuh sambil menunggu sang pangeran menyuntingnya.

Waktu senggangnya ia habiskan dengan bermain piano, mendengarkan musik, menonton bioskop bersama seluruh anggota keluarganya. Clubbing, kegiatan waktu senggang yang banyak dilakukan perempuan muda seusianya, hampir tak pernah dilakukan.

"Waktu di Singapura 10 bulan, saya ikut teman clubbing sekali. Maunya sih sering. Tapi, sayang waktunya ya...."

Sumber : Kompas, Selasa, 20 Maret 2007

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks