Darah Baru Bernama Hamilton
Oleh : A Tomy Trinugroho
Isu rasial merupakan isu usang. Rasanya hanya tinggal segelintir manusia di muka bumi yang masih berpandangan warna kulit dan etnis menentukan tingkat prestasi seseorang.
Bagi mereka yang masih berpandangan sempit tentang etnis dan warna kulit, palung laut terdalam tampaknya menjadi tempat yang cocok karena dunia tak lagi memberi tempat untuk isu-isu purba semacam itu.
Namun, kemunculan Lewis Hamilton sebagai pembalap berkulit hitam pertama yang menggeluti ajang Formula Satu tetap saja memberi kejutan. Pemuda Inggris berusia 22 tahun itu dilihat sebagai pendobrak.
Di tengah ajang F1 yang nyaris didominasi sepenuhnya oleh pembalap kulit putih, Hamilton dinilai dapat menjadi model panutan. Ia memberi contoh nyata bahwa pemuda kulit hitam juga bisa menjadi pembalap F1.
Pada 1986, ada pembalap kulit hitam yang juga menjajal mobil F1. Namanya William "Willi" Theodore Ribs. Namun, pembalap Amerika Serikat itu hanya sebatas menjadi pembalap tes, bukan pembalap yang turun di lomba. Willi saat itu bergabung dengan tim Brabham.
Hamilton yang melakukan debutnya bersama tim McLaren-Mercedes disamakan dengan Tiger Woods, pegolf nonkulit putih. Namun, tentu saja, keduanya tetap memiliki perbedaan mendasar. Woods telah bergelimang sukses luar biasa, sedangkan Hamilton masih harus membuktikan dirinya memang pantas disejajarkan dengan Woods.
Hamilton kerap ditanyai seputar posisinya sebagai pembalap F1 berkulit hitam pertama. Kalau mau jujur, ia tentunya sangat lelah menghadapi pertanyaan semacam itu. Namun, Hamilton tetap mau menjawabnya dengan sopan.
"Semoga keikutsertaan saya di ajang F1 mendorong kelompok-kelompok etnis tertentu terlibat dalam olahraga ini. F1 adalah milik semua orang," ungkap Hamilton dalam wawancara dengan BBC.
Sekalipun terkesan jujur, jawaban itu merupakan hasil kesempurnaan kerja public relations atau humas. Pembalap F1 umumnya sadar harus selalu memberi jawaban positif, antara lain tak boleh membandingkan satu tim dengan tim lain dan satu pembalap dengan pembalap yang lain, serta tak boleh menjelek-jelekkan pihak lain. Mereka mendapat pengarahan tersendiri untuk berurusan dengan media.
Berawal dari gokar
Dilahirkan di Hertfordshire, Inggris, tahun 1985, Hamilton adalah orang kulit hitam dengan garis keturunan berasal dari Grenada di Laut Karibia. Kakeknya tiba di London, Inggris, pada dekade 1950-an. Ayah Hamilton, Anthony, adalah mantan pekerja rel kereta api.
Saat berusia delapan tahun, Hamilton mulai mencicipi gokar dan dengan segera ia mulai menuai kemenangan dan gelar juara. Sekitar tahun 1995 di London, Hamilton yang baru 10 tahun bertemu dengan bos tim McLaren, Ron Dennis, di sebuah acara penganugerahan penghargaan.
"Waktu bertemu pertama dengan Lewis, dia meminta tanda tangan saya," kenang Dennis pada suatu hari di bulan November 2006.
"Tidak seperti kebanyakan orang, ia memandang saya lekat-lekat dan memberi tahu saya apa yang akan dilakukannya terhadap hidupnya. Tanpa sedetik pun melepas tatapan mata, ia bilang akan mewujudkan kariernya. Saya betul-betul terkesan," tutur Dennis. Dalam pertemuan itu, Hamilton mengutarakan keinginannya untuk bergabung dengan McLaren pada suatu hari nanti.
Dalam waktu yang tak lama, yakni tahun 1998, Dennis merekrut Hamilton dalam Program Pengembangan McLaren. Hamilton pun seperti tak tertahankan lagi. Ia tak henti-hentinya membuat orang terkesan.
Tahun 2001, ia memulai karier di ajang balap mobil formula dengan mengikuti British Formula Renault Winter Series. Dua tahun kemudian, ia telah menjadi juara Formula Renault Inggris dan menjadi juara Formula 3 Euroseries tahun 2005. Pada 2006, Hamilton menjajal GP2. Ia langsung menjadi juara di musim perdananya itu.
Kejuaraan GP2 yang berbasis di Eropa adalah pengganti Formula 3000, sebuah kejuaraan yang dianggap berada setingkat di bawah F1. Kejuaraan ini juga dianggap sebagai pemasok pembalap F1. GP2 mulai diadakan pada 2005. Juara musim pertama GP2 adalah Nico Rosberg, yang sekarang membela tim F1 Williams, sedangkan Heikki Kovalainen (Renault) berada urutan kedua klasemen akhir GP2 musim 2005.
Dennis menyebut Hamilton sebagai contoh murid teladan. "Rasa percaya diri kerap berpasangan dengan sikap sombong, tetapi tak secuil pun ada sikap sombong dalam diri Lewis. Ia banyak mendengarkan orang lain, sesuatu yang sering tidak dilakukan oleh orang-orang muda," paparnya.
Sikap rendah hati, kerja keras, dan selalu mau belajar tampaknya memang merupakan bagian integral dari diri Hamilton. Ia berulang kali mengakui masih perlu belajar banyak dari juara dunia Fernando Alonso yang tak lain rekan satu timnya.
Hamilton juga bekerja keras untuk menyiapkan musim perdananya di kancah F1. Sejak diumumkan sebagai pembalap McLaren pada November 2006, Hamilton setiap hari mengunjungi markas tim McLaren di Woking, Inggris. Ia berdiskusi dengan para insinyur tim McLaren seputar mobil F1 dan jalannya balapan. Dunia F1 yang begitu rumit disadarinya menuntut banyak adaptasi.
Pada balapan perdananya di ajang F1 di Australia, akhir pekan lalu, Hamilton tampil cemerlang. Ia menyalip Alonso dan berada di depan pembalap Spanyol itu selama 42 lap dari 58 lap lomba. Di akhir balapan, Hamilton menempati posisi ketiga, Alonso kedua, dan urutan pertama dihuni Kimi Raikkonen dari Ferrari.
Hasil podium di Australia menjadikan Hamilton sebagai pendatang baru dengan penampilan terbaik sejak Jacques Villeneuve melakukan hal serupa pada 1996. Hamilton juga menjadi pendatang baru Inggris dengan penampilan terbaik sejak Mike Parkes finis kedua bersama Ferrari pada 1966.
Hamilton sungguh sangat menjual bagi F1. Ia enak dilihat, sopan, pintar, berprestasi, dan berpotensi besar menjadi juara dunia F1. Lalu, ia juga berkulit hitam sehingga diharapkan kehadirannya akan kian memperluas cakupan pasar olahraga balap mobil termahal sejagat itu.
Lajang yang dilaporkan oleh media Inggris tengah menjalin hubungan dengan Jodia Ma ini tak ubahnya darah baru nan segar bagi F1 yang hadir sejak tahun 1950 dan juga pemberi semangat baru bagi publik Inggris yang mulai kehilangan pahlawan di kancah F1.
Sumber : Kompas, Rabu, 21 Maret 2007
Jun 6, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment