Jun 20, 2009

Rizgar Mohammed Amin : Hakim yang Berani dan "Cool"

Hakim yang Berani dan "Cool"
Oleh : Luki Aulia

Sejak awal proses pengadilan, hakim penyelidik Rizgar Mohammed Amin (47) selalu dicaci-maki dan diprotes oleh Saddam Hussein. Meski begitu, berbagai umpatan dari kubu Saddam ditanggapi Amin dengan wajah cool.

Awalnya nama Rizgar Mohammed Amin nyaris tidak pernah terdengar di dunia peradilan Irak. Namun, sejak pengadilan mantan Presiden Irak Saddam Hussein dimulai, Oktober lalu, nama dan wajahnya menjadi amat dikenal. Tidak hanya di Irak, tetapi juga di berbagai negara di dunia yang mengikuti jalannya proses pengadilan Saddam dan ketujuh kaki tangannya atas kasus Dujail.

Berbeda dengan empat hakim anggota rekan Amin yang disembunyikan identitasnya demi keamanan dan keselamatan, Amin menjadi satu-satunya hakim dalam pengadilan Saddam yang identitasnya dibuka secara blakblakan ke hadapan publik. Wajahnya pun setiap hari muncul di tayangan Court TV, yang kemudian ditayangkan secara tunda oleh CNN.

Saat ditunjuk menjadi hakim penyelidik untuk mengadili kejahatan perang dan kemanusiaan Saddam, Amin diprotes oleh rakyat Irak. Amin yang berasal dari etnis Kurdi dikhawatirkan tidak akan bisa membuat keputusan yang adil mengingat Kurdi pernah ditindas dan diperlakukan tidak adil di era rezim Saddam.

Apalagi mengingat pasukan keamanan Saddam pernah melakukan pembunuhan massal di Halabja tahun 1988 dengan penyebaran gas beracun hingga menewaskan sekitar 5.000 warga Kurdi. Namun, Amin dikatakan tidak pernah terlibat dalam kegiatan politik ataupun berhubungan dengan Peshmerga (milisi Kurdi).

Selama ini Amin dikenal di kalangan rekan-rekannya sebagai hakim yang memiliki integritas tinggi. Amin juga dikenal sebagai hakim yang selalu menata pernyataannya dengan jelas dan runtut serta tidak pernah bersuara keras. Amin juga dikenal sebagai orang yang sabar dan berusaha menenangkan, tetapi tetap tegas dan memiliki pendirian teguh. Sikap cool Amin ini berulang kali tampak di layar kaca saat menghadapi sikap keras Saddam.

Jika Saddam sudah terlalu ngeyel, biasanya Amin hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala. ”Hakim yang memimpin sidang ini sangat bagus dalam berbagai hal, termasuk penampilan dan moralnya. Cara dia menangani pengadilan ini juga baik,” kata Ketua Tim Pembela Saddam, Khalil al-Dulaimi.

Meski bersikap tegas, Amin kerap bersedia menoleransi keinginan dan tindakan para terdakwa dan pengacara. Misalnya, ketika ketujuh rekan Saddam meminta izin mengenakan kain penutup kepala atau kafiyeh. ”Anda bisa mengenakan apa pun yang Anda inginkan asalkan sopan,” kata Amin.

Atau, misalnya, ketika Saddam memprotes perilaku para penjaga penjaranya. ”Tangan saya diborgol. Mereka tidak boleh melakukan itu,” jawab Saddam dengan keras ketika ditanya oleh Amin tentang keterlambatan Saddam masuk ke ruangan sidang. Amin dengan tenang kemudian menjawab dengan sopan dan suara pelan serta lembut, ”Saya akan meminta polisi untuk tidak lagi melakukannya.”

Tidak pernah takut

Mengingat kondisi keamanan Irak yang labil, Amin dinilai sebagai hakim yang sangat berani menghadapi risiko apa pun, termasuk dibunuh oleh para pengikut setia Saddam yang dituding kerap melancarkan serangan. Meski pengadilan dilakukan di kawasan penuh penjagaan di Zona Hijau, Baghdad, berbagai serangan tetap saja terjadi. Tim pembela Saddam bahkan berulang kali meminta proses pengadilan dilakukan di tempat lain mengingat kondisi keamanan Baghdad yang labil.

Namun, Amin memutuskan untuk tetap menjalankan proses pengadilan di Baghdad. Bagi Amin, Baghdad cukup aman untuk ”proses pengadilan yang biasa dan adil” meski diakuinya akan sangat sulit dilakukan. Posisi Amin memang tidak enak. Satu sisi nyawanya terancam dengan berbagai kemungkinan serangan pengikut Saddam. Di sisi lain Amin juga kerap diancam Saddam dan ketujuh rekannya.

”Warga di Sulaimaniyah selalu ingat bahwa Amin tidak pernah takut mengambil keputusan yang sulit pada saat-saat yang sulit. Amin pernah menghukum mati seorang pejabat tinggi militer di milisi Kurdi karena terbukti memerkosa dan membunuh beberapa orang,” kata seorang wartawan asal Sulaimaniyah yang mengenal Amin dengan baik.

Saat ini Amin tinggal di daerah Sulaimaniyah bersama dengan istri, Nazanin Ahmed (43), dan empat anaknya. Karena memiliki pendirian tegas, Amin pernah menolak bergabung dengan Partai Baath. Akibatnya, setelah lulus dari Universitas Baghdad pada tahun 1980, karier Amin sempat seret dan hanya bekerja sebagai seorang guru di sebuah sekolah hukum di daerah kelahirannya selama 10 tahun.

Nasibnya mulai berubah pada pertengahan 1990-an saat ditunjuk oleh Jalal Talabani untuk menjadi hakim ketua pengadilan daerah, kemudian meningkat menjadi direktur pengadilan kriminal di Kirkuk. Sejak awal menjejak profesi hakim, Amin mulai sedikit dikenal sebagai hakim yang memiliki integritas yang tinggi. Sekitar satu tahun yang lalu Amin diusulkan oleh beberapa pejabat pemerintah dari Kurdi untuk berpartisipasi dalam Pengadilan Khusus Irak.

Amin dan keempat hakim lainnya bertugas untuk membuktikan apakah Saddam dan ketujuh rekannya benar-benar melakukan dan memerintahkan eksekusi atas 148 warga Dujail setelah upaya percobaan pembunuhan terhadap Saddam tanggal 8 Juli 1982 di Dujail gagal dilakukan.

Penampilan dan sikap Amin justru menonjol dan menjadi bahan obrolan rakyat Irak yang menyaksikan siaran tunda pengadilan. Banyak yang terpukau, tetapi banyak juga yang merasa Amin bersikap terlalu lembut kepada Saddam.

”Amin sangat sopan. Dia memperlakukan semua terdakwa dengan hormat. Saya harap Amin tetap memimpin sidang agar kami yakin pengadilan ini jujur,” kata Amira Ali, warga Sunni.

Tariq Harb, pengacara kriminal independen Irak, mengatakan Amin telah menjalankan proses pengadilan dengan adil. ”Sikapnya santai dan sabar, tetapi tidak lemah. Sebaliknya, dia tampak sangat percaya diri,” ujarnya.

Sumber : Kompas, Kamis, 8 Desember 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks