Jun 28, 2009

Riri Mestika Rachman : DJ Riri, Dunia Lewat Tengah Malam

DJ Riri, Dunia Lewat Tengah Malam
Oleh : Edna C Pattisina

INILAH sosok yang namanya identik dengan dunia gemerlap alias "dugem" anak muda. Audy Riri Mestika Rachman, yang dengan embel-embel DJ, namanya muncul di poster, flyer, spanduk, hingga SMS dan surat elektronik yang mengumumkan berbagai pesta yang akan digelar. "New Year Rave Party!! Revolution one 0 one 2005/31 December 2004/the 1st water srceen ever use in rave party, there will be animation, laser, light & fireworks show/DJ: Riri-Spinach records...."

DJ alias disc jockey-lah komandan pesta. Mereka yang membawa ribuan anak muda bergoyang di tengah ingar-bingar musik dansa di tempat-tempat yang "aneh", mulai dari tengah hutan belantara, tepi pantai yang eksotik, hingga gudang atau lantai di sebuah gedung tinggi yang tak terpakai. Pengumuman seperti itu biasanya ditutup dengan pesan: "you guys better be there, if you dont wanna miss the best party..." (maksudnya kurang lebih: kalian sebaiknya di situ kalau tidak ingin ketinggalan pesta terhebat).

Bagi beberapa pihak, hal ini adalah sebuah kesia-siaan kaum hedonis kota besar. "Tidak. Jangan hanya lihat glamornya selama beberapa jam. Kita tuh kerja mulai persiapan sampai setelah semua pulang, kita masih beres-beres dan menghitung penjualan tiket," kata Riri.

SEBUAH acara membutuhkan persiapan selama satu setengah bulan. Bentuk acara harus baru sama sekali, mengundang DJ-DJ lain, presentasi ke sponsor, dan bentuk-bentuk promosi lainnya, seperti menyebarkan 3.000 flyer dan poster. "Ini murni bisnis. Jangan terus-menerus diidentikkan dengan alkohol dan obat terlarang. Kami hanya ingin have fun," kata Riri.

Dunia Riri yang gemerlap itu rupanya hanya satu sisi dari kehidupannya. Sehari-hari ia bekerja dari pagi hingga sore di pabrik Decourus. Hal ini dilanjutkan dengan rapat produksi bersama timnya serta tampil di belakang turn table DJ seminggu tiga kali.

Acara yang diadakannya tidak selalu mulus. Awal memperkenalkan pesta-pesta dengan tema, ia pernah mengalami kejadian lucu. Saat menggelar pesta Halloween, polisi datang dan mengangkut dekorasi pesta berupa mumi, dengan dugaan, pihaknya melakukan pesta sekte terlarang.

Pernah juga pestanya hanya dihadiri tidak sampai sepuluh orang, padahal sudah begitu banyak kerja yang dilakukan. "Tapi enggak apa-apa, yang penting ini jadi industri," tuturnya.

Berawal dari tampil di pesta anak-anak muda di gudang-gudang di Perancis tahun 1992, ia kembali ke Indonesia tahun 2000 dan membawa tren musik dansa ini. Kini Riri tidak hanya menjadi DJ dengan kemampuan menyihir para club-er dan honor Rp 55 juta untuk bermain di tiga tempat di malam Tahun Baru. Ia mengembangkan sayap ke bisnis dengan mendirikan Spinach, sebuah perusahaan dengan empat belas karyawan. Mereka bergerak dalam bisnis organisasi pesta, sekolah DJ, dan toko piringan dan distribusi alat-alat DJ. "Aku investasi terus karena aku ingin ada jangka panjang," kata pria yang lahir di Jakarta tanggal 20 Februari 1974 ini.

Pada satu titik, para politikus mungkin bisa mencontoh kiat para DJ ini. Sambutan antusias publik kepada DJ yang berdiri di balik turn table tidak terjadi karena karisma yang dibangun dalam tempo singkat. Seorang DJ harus mampu membaca publiknya baik lewat sorot mata maupun sekadar lambaian tangan. Di sini kualitas seorang DJ ditentukan. "Kita harus terus-menerus bergaul dengan crowd, baru kita tahu apa yang mereka inginkan," kata Riri tentang kiatnya.

Malang melintang sejak 1992 di bisnis ini, Riri menyatakan semua yang ia jalankan saat ini tidak datang dengan instan. Tidak pernah mengenyam pendidikan formal sebagai DJ, Riri yang pernah belajar bahasa di Université Charles de Gaulle, Lille 3, Lille, dan kuliah perhotelan di Cendre International de Glion, Montreux, Swiss, Riri belajar dari kawan-kawan sesama DJ yang ditemuinya saat bermain bersama. Ia pernah lima tahun bekerja di hotel dan hingga kini bekerja di pabrik mebel Decourus milik keluarga. "Gajinya aku kumpul-kumpulin buat modal awal," ceritanya.

Sempat main dengan tape rumah dan honor Rp 250.000 di sebuah "klub bawah tanah" pada tahun 2000, honornya melonjak menjadi 20 kali lipat dalam waktu enam bulan. Sejak itu acara-acara yang diadakan Riri bersama DJ-DJ lainnya, seperti Anton, Naro, dan Romy, menjadi tren di kalangan anak muda.

Riri, misalnya, pernah menggelar pesta di tempat terbuka di Bukit Sentul, di lantai tujuh sebuah gedung kosong di Kuningan, di pelataran Candi Ratu Boko, hingga di tengah hutan Sinolewah, Lereng Merapi, Yogyakarta.

"Aku punya aliran sendiri. Di tengah-tengah tren Tiesto atau Electro yang lagi berkembang sekarang, seorang DJ itu harusnya punya lagu kebangsaan sendiri-sendiri yang kena di feeling crowd-nya," ujar Riri.

BELAKANGAN ini Riri melihat banyak hal yang bisa dieksplorasi dari dunia musik dansa, terutama aliran progresif yang ditekuninya. Bersama Derry dan Andrey Cilling dari kelompok musik Bunglon, Riri menyusun musiknya sendiri. Pola ini lalu berkembang dengan kerja sama bersama Thomas, mantan basis Gigi, dan Rama dari ADA Band, Riri mengembangkan jembatan antara musik dansa DJ dan pertunjukan band. Dan akhirnya keluarlah album Keluar Malam yang merupakan kumpulan lagu ciptaan Riri dan kawan-kawan. "Lumayanlah, 12.000 kopi," katanya bangga.

Sebagai DJ, Riri tidak hanya menambah variasi bentuk-bentuk visual dalam penampilannya. Bulan Mei ini ia memecahkan rekor dengan bermain selama 29 jam 3 menit sejak Jumat (20/5/2005) pukul 19.00 hingga Minggu (22/5/2005) pukul 00.03 di sepuluh tempat. Dari tempat satu ke tempat yang lain, dengan naik mobil, ia terus bermain di turn table-nya. "Seru aja. Aku ingin melakukan sesuatu yang lain daripada yang lain, dan waktu ada yang nawarin, aku pikir belum pernah ada yang melakukan ini," kata Riri tentang acara yang diselenggarakan Clay Production itu.

Inilah dinamika industri hiburan yang dengan sensasinya menyihir sebagian kaum muda metropolis. Sebuah dunia yang hidup lewat tengah malam.... (Edna C Pattisina)

Sumber : Kompas, Sabtu, 11 Juni 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks