Purwadi dan Obsesi Kota Kerang
Oleh : Lis Dhaniati
Apabila ingin belajar budidaya atau mengadakan penelitian tentang kerang hijau (Perna viridis) di Cirebon, Jawa Barat, datanglah pada Purwadi (58). Ia Ketua Kelompok Nelayan Mina Citra Lestari, yang dinilai maju dalam membudidayakan hewan bercangkang keras ini.
Sebelum membudidayakan kerang hijau, Purwadi sempat mengusahakan tambak. Pekerjaan yang terkait dengan laut itu memang bukanlah pekerjaan utama. Sebenarnya suami Sukawati (50) ini adalah pegawai negeri sipil yang sempat berkarier di beberapa instansi Pemerintah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Setelah pensiun beberapa tahun lalu ayah lima anak ini mempunyai banyak waktu untuk menekuni budidaya kerang hijau.
"Hasil dari kerang hijau memang tidak sebesar jika menangkap ikan di laut. Namun, usaha ini sangat menolong pada saat nelayan tidak bisa melaut karena pengaruh musim," ungkap Purwadi di rumahnya, di Desa Grogol, Kecamatan Cirebon Utara, Kabupaten Cirebon.
Purwadi yang sempat menjadi pegawai di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cirebon ini juga paham benar bahwa selain oleh faktor musim, nelayan juga menghadapi kendala overfishing di laut zona satu.
Overfishing maksudnya ketidakseimbangan antara jumlah nelayan dan ikan tangkapan yang tersedia di daerah itu. Para nelayan tidak berani melaut ke jarak yang lebih jauh karena keterbatasan kemampuan perahu. Umumnya, mereka memang menggunakan perahu kecil yang tidak tahan ombak besar. "Akibatnya, tangkapan hanya sedikit sehingga pendapatan mereka kecil," tutur lulusan Akademi Gula Surabaya ini. Kondisi diperparah oleh beberapa kali kenaikan harga bahan bakar minyak.
Purwadi mengaku bukan perintis budidaya kerang hijau di perairan Cirebon. Usaha ini telah dimulai tahun 1980-an oleh beberapa nelayan setelah melihat kegiatan serupa di perairan Jakarta. Pembelajaran langsung terjadi sebab nelayan dari Cirebon dan sekitarnya selalu "merantau" ke laut Jakarta saat musim di daerahnya tidak bersahabat.
Budidaya kerang hijau merupakan usaha ekonomi berbasis keluarga. Pengusahaan dari mulai penanaman, panen, pengupasan kulit, hingga penjualan bisa melibatkan seluruh anggota keluarga. Akumulasi pendapatan akan memiliki arti signifikan bagi peningkatan ekonomi rumah tangga.
Budidaya kerang hijau sendiri tidak membutuhkan banyak modal, kecuali saat pembuatan kerangka bambu atau rumpon yang merupakan tempat menempelnya kerang. Bambu yang dikombinasikan dengan tali atau jaring akan mengundang bibit-bibit kerang hijau untuk tinggal, setelah rumpon direndam di laut.
Tanpa harus memberi pakan, nelayan bisa memanennya dalam waktu enam bulan, kemudian berlanjut dalam interval tiga bulanan. "Ini mengingatkan kita akan lagunya Koes Plus, yakni tongkat kayu jadi tanaman. Kalau di sini, tongkat dan tali jadi kerang," ujar Purwadi.
Mencintai laut
Namun, sejak awal mulai hingga beberapa tahun lalu budidaya kerang hijau di wilayah ini tidak mengalami perkembangan berarti karena usahanya masih berjalan sendiri-sendiri tanpa jejaring kelompok usaha.
Belakangan dibentuklah kelompok usaha budidaya kerang hijau ini, yaitu Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas) Mina Citra Lestari. Ini kemudian diikuti sejumlah bantuan modal dan dukungan instansi terkait sehingga membuat budidaya kerang hijau di Cirebon pun tumbuh.
Data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cirebon, menyebutkan, terdapat 645 unit "rumah kerang hijau" pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 660 unit di tahun 2005. Bertambahnya unit juga diikuti peningkatan jumlah produksi kerang hijau, yakni 9.644 ton di tahun 2004, menjadi 10.032 ton di tahun 2006.
Purwadi tidak menampik bahwa budidaya kerang hijau masih menghadapi banyak kendala. Masalah klasik menyangkut pemasaran yang masih terbatas di dalam negeri.
"Gengsi kerang hijau belum naik. Belum ada permintaan ekspor untuk kerang jenis ini," ungkap Purwadi. Ia memimpikan kerang hijau bisa menjadi komoditas unggulan daerah Cirebon, tidak hanya dari segi kuantitas, tetapi juga harga pasar. "Kalau Cirebon sudah tidak bisa disebut sebagai Kota Udang, sebagai gantinya adalah Kota Kerang," kata Purwadi.
Obsesi Purwadi itu dibarengi kerja sama dalam kelompok sehingga membuat Mina Citra Lestari yang dipimpinnya berhasil menjuarai Lomba Pokmaswas tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2006. Tahun ini mereka sedang berjuang untuk meraih gelar serupa di tingkat nasional.
Saat ini Purwadi telah menyelesaikan draf buku tentang budidaya kerang hijau. "Saya menulisnya berdasar pengalaman pribadi dan sedikit referensi. Ini karena buku referensi memang masih sedikit. Karena itu, saya berharap buku ini bisa berguna," kata Purwadi yang kelompoknya sering menerima kunjungan nelayan dari berbagai daerah untuk belajar tentang kerang hijau.
Ketertarikan Purwadi pada budidaya kerang hijau tidak berdiri sendiri. Ia menyebutkan, barisan rumpon bambu di perairan yang tidak jauh dari pesisir Kabupaten Cirebon sekarang ini terbukti cukup membantu memecah ombak laut yang ganas. Ini berguna untuk mencegah abrasi yang terus mengancam akibat kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai.
Purwadi sendiri mengaku tidak berlatar belakang keluarga nelayan. Keluarganya lebih banyak berkecimpung sebagai pendidik dan petani. "Tetapi, saya mencintai laut," tutur Purwadi.
Menurut Purwadi, satu kunci dalam bergaul dengan kaum nelayan adalah jangan sekali-kali membohongi mereka. "Sekali bohong, kepercayaan akan sulit diraih lagi," pesan Purwadi.
Sumber : Kompas, Rabu, 28 Juni 2006
Jun 16, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment