Jun 25, 2009

Onah Lasmanah, Mengembangkan Wana Farma

Onah Lasmanah, Mengembangkan Wana Farma
Oleh : Her Suganda*

Untuk ukuran wanita desa, Onah Lasmanah tergolong sosok luar biasa. Dalam usia yang masih sangat muda, ketika masih duduk di kelas IV bangku sekolah dasar, ia sudah terjun di PKK.

Tak ubahnya istri pejabat pada umumnya, gadis ingusan itu tampil percaya diri di depan kaum wanita di desanya yang sebenarnya lebih layak disebut sebagai ibunya atau bahkan neneknya.

Onah, begitu panggilannya, sejak kecil memang sudah memiliki kepedulian yang besar terhadap kaum wanita di desanya. Saat di bangku SMP, ia sudah jadi kader posyandu. Ia juga aktif di Karang Taruna bersama remaja lainnya. Kegiatan itu masih terus berlanjut hingga kini. Dari tempat tinggalnya yang terletak agak terpencil di Dusun Cibitung, Desa/Kecamatan Cimaragas, Ciamis, Jawa Barat, ia memimpin kaum wanita di desanya yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Harum Sari Manis.

Ketekunan ibu satu anak, Taufik Angkasa (13), ini tidak sia-sia. Tanggal 18 Oktober 2004, Onah berdiri di atas panggung kehormatan pada Hari Pangan se-Dunia ke-24 Regional Asia Pasifik di Bangkok, Thailand. Wajahnya berseri-seri. Perasaannya campur aduk antara bangga dan bahagia. ”Saya hampir tidak percaya dengan pengalaman yang dialami saat itu,” katanya mengenang peristiwa tersebut.

Wanita yang selalu mengaku tinggal di hutan itu menerima penghargaan untuk bidang Biodiversity for Food Security dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO). ”Saya sangat bahagia,” kenang tamatan SMA PGRI Banjar, Ciamis, tahun 1985 itu.

Pekerja keras

Dengan tampilan agak tomboi, Onah termasuk pekerja keras yang tak mudah menyerah. Semasa di SMP, ia sudah biasa memegang cangkul. Kulitnya agak kehitam-hitaman karena sering bekerja di bawah terik matahari, menggarap lahan di dekat Sungai Citanduy yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Selain menanam padi, terdapat beberapa jenis tanaman lain yang dibudidayakan.

Di luar itu, ia memiliki minat yang kuat terhadap ilmu pengetahuan. Onah yang dilahirkan di Cibitung, Ciamis, 3 Februari 1966, tergolong gemar membaca. Karena itu, begitu memperoleh kesempatan mengikuti pelatihan tanaman pekarangan yang diselenggarakan Balai Latihan Kerja (BLK) Hortikultura di Bandung (1997), kesempatan itu tidak disia-siakannya. Kesempatan itu telah membangkitkan minat yang makin kuat pada tanaman obat. Tahun 2000 ia belajar sosialisasi model pekarangan untuk kelompok wanita tani.

Tanaman pekarangan yang dikembangkan adalah tanaman obat, sesuatu yang sebenarnya tidak asing lagi. Ibunya, Ny Mustika (60 tahun), yang biasa dipanggil Mak Mus, dikenal sebagai dukun beranak atau paraji sejak 40 tahun lalu. Selain membantu wanita yang akan melahirkan, ia juga menyediakan jamu khusus wanita hasil racikan sendiri.

Onah, anak kedua yang dibesarkan penuh kasih sayang sang ibu, mengaku terinspirasi oleh aktivitas ibunya. Dengan pengetahuan selama mengikuti pelatihan, Onah mengajak kaum wanita di desanya memanfaatkan pekarangan rumah masing-masing menjadi apotek hidup. Berbagai jenis tanaman obat, seperti kunyit, jahe, dan kencur dibudidayakan. Bahkan berbagai jenis tanaman obat lainnya dibudidayakan di antara tanaman pokok pada hutan rakyat sehingga areal tersebut menjadi wana farma.

Jamu hewan

Kreativitasnya tak terhenti sampai di situ. Idenya muncul setelah timbul keluhan masyarakat karena bau kotoran yang berasal dari kandang ayam. Di daerah itu, beternak ayam ras merupakan salah satu mata pencaharian penduduk.

Ide untuk mengatasi bau tak sedap itu muncul karena terinspirasi resep jamu pengharum vagina yang dibuat ibunya untuk wanita yang baru melahirkan. Sisa bahan berupa ampas jamu tersebut kemudian diolah kembali dengan tambahan rempah-rempah dan tambahan daun-daunan lainnya yang berkhasiat molase. Seluruh bahan tersebut kemudian direbus, ditambah EM 4, EM Bio, dan nutria simba.

Air rebusan tersebut kemudian dijadikan jamu ternak. ”Ternak seperti ayam, itik, kambing, domba, dan bahkan sapi membutuhkan jamu seperti halnya manusia agar tetap sehat,” katanya.

Jamu ternak tersebut menurut dia mampu meningkatkan daya tahan tubuh ternak terhadap penyakit serta meningkatkan nafsu makan. Lemak menjadi berkurang dan dagingnya menjadi lebih padat. Kelebihan lainnya, ternak yang diberi jamu tersebut kotorannya tidak akan menimbulkan bau busuk.

Rencananya, jamu inilah yang bulan September mendatang akan dipamerkan dan dikenalkan pada peternak-peternak di Jerman dan negeri Belanda.

*Her Suganda Anggota Forum Wartawan dan Penulis Jawa Barat

Sumber : Kompas, Jumat, 5 Agustus 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks