Jun 21, 2009

Nyoman Sutantra, Pencipta Prototipe CDI Mobil

Nyoman Sutantra, Pencipta Prototipe CDI Mobil
Oleh : Runik Sri Astuti

Memiliki mobil yang tarikannya ringan, mudah dihidupkan, berkecepatan tinggi, dan hemat bahan bakar serta rendah polusi memang bukan lagi impian. Profesor Ir Nyoman Sutantra berhasil menciptakan sebuah prototipe sistem pengapian menggunakan kondensor untuk menyempurnakan pembakaran.

Condensor Discharge Ignition (CDI), begitu sebutan alat itu. Agar lebih mudah dikenali masyarakat dan untuk membedakannya dengan alat serupa buatan orang lain, Nyoman mematenkan nama Stanly pada CDI yang ia produksi. Selanjutnya, CDI bernomor paten P-00200400471 ini menjadi temuan pertama dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) yang dikomersialkan.

Kata Stanly diambil dari sebuah singkatan nama Sutantra dan Harly. Harly adalah salah satu muridnya yang sedang menempuh pendidikan doktor yang telah membantunya merealisasikan ide pembuatan CDI.

Bermodalkan bantuan pemerintah sebesar Rp 500 juta, prototipe CDI Stanly lantas diproduksi secara massal. Dia mulai masuk pasaran onderdil mobil di Indonesia kendati pangsa pasarnya masih terbatas di Surabaya dan Malang. Rencananya, pasar akan diperluas sampai ke Jakarta.

Maklum modalnya kecil sehingga kapasitas produksinya pun terbatas sekitar 400-500 unit ujar Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat ITS ini.

Proses pengerjaan dipercayakan kepada VEDC (Vocational Education Development Center), sebuah lembaga pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil menengah. Dengan demikian, dapat menularkan ilmu pengetahuan dan memberi lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat kecil. Ibarat pepatah, sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampau.

Uji coba

Sebagai salah satu komponen dalam sistem pengapian busi kendaraan bermotor, CDI bukan hal baru di dunia otomotif. Hal itu menjadi baru ketika Nyoman Sutantra memasangkan konsep CDI ini pada kendaraan jenis mobil sebagai pengganti platina untuk mobil buatan sebelum tahun 1980-an atau Transistor Coil Ignition (TCI) untuk mobil keluaran baru.

Fungsinya sama, yakni sebagai alat pembangkit pengapian pada busi kendaraan. Kelebihannya, CDI Stanly dilengkapi alat bernama osilator, yang bisa menghemat pemakaian bahan bakar. Efisiensinya lebih dari 10-15 persen karena proses pembakaran berlangsung sempurna atau optimal.

Panjang api yang dihasilkan dari pembakaran mencapai 12 mm. Pengapian yang optimal ini membuat bahan bakar mobil semakin irit, begitu juga dengan emisi gas buangnya. Gas buang CO (karbon monoksida) turun 30 persen-40 persen sehingga mengurangi polusi.

Uji coba pada mobil Toyota Kijang menunjukkan, tanpa CDI Stanly, CO yang dihasilkan 1,5 persen. Dengan CDI kami, CO yang dihasilkan mobil hanya 0,96 persen, papar sarjana lulusan Teknik Mesin ITS tahun 1969 dan bapak dari tiga anak ini.

Sebelum diproduksi secara massal, karya pria yang memilih menjadi dosen selepas kuliah ini terlebih dahulu diujicobakan pada 55 mobil angkutan umum jurusan Singosari-Malang, Jawa Timur, selama lebih dari dua bulan. Hampir dua tahun, pria kelahiran Celuk, Sukawati, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, 5 Juni 1951, ini melakukan trial and error sampai menemukan komposisi sempurna untuk alatnya.

Distribusi dan pemasaran juga ia lakukan sendiri. Konsep usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang serba mandiri dan konsep pemberdayaan masyarakat benar-benar ia terapkan. Kita ini kan lembaga pengabdian masyarakat, ucapnya. Suami Made Suarini ini mengaku bahwa kecintaannya pada dunia otomotif muncul sejak kecil. Kecintaan itulah yang mengantarkan semangat untuk belajar dan terus belajar hingga ketekunannya mendapat penghargaan dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada Oktober 2004 untuk kategori Teknologi Industri Kreasi Indonesia.

Segudang karya telah dia hasilkan. Di antaranya, pada tahun 1987 lulusan S2 dari Wisconsin University of America program struktur otomotif tahun 1980 itu berhasil merancang alat untuk menyeimbangkan laju mobil sehingga ketika berada pada posisi belok tetap bisa melaju dengan kencang dan stabil. Ia merancang roda belakang dengan fungsi sebagai penyeimbang.

Bagi pria yang ingin setiap karyanya dapat dinikmati langsung oleh masyarakat ini, otomotif merupakan dunia yang sangat menarik untuk dipelajari karena melibatkan multidisiplin di dalamnya. Ada transportasi, ada teknik mesin, ada mobilisasi massa terlibat di dalamnya dan semua itu merupakan bagian dari napas perekonomian suatu negara, ujarnya.

Sumber : Kompas, Selasa, 4 Oktober 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks