Jun 12, 2009

Nicky Hayden : Hayden Hayden Personafikasi Honda

Hayden Personifikasi Honda
Oleh : A Tomy Trinugroho

Akhir pekan lalu "dendam kesumat" Honda terhadap Valentino Rossi terbalas. Perjuangan berat raksasa pabrikan motor itu untuk menumbangkan dominasi Rossi akhirnya tuntas pada seri penghabisan MotoGP musim 2006 di Valencia. Semua ini ditandai dengan hadirnya juara dunia baru, Nicky Hayden.

Keberhasilan Hayden menjadi juara dunia 2006 terkait erat dengan ambisi besar Honda untuk menempatkan kembali pembalap mereka di puncak tertinggi balap motor dunia. Setelah ditinggalkan Rossi pada akhir musim 2003, Honda memang hanya bisa bermimpi memiliki pembalap yang menjadi juara dunia.

Walau sudah dikeroyok pembalap Honda yang tersebar di berbagai tim, Rossi masih saja tak terkalahkan. Gelar juara dunia 2004 dan 2005 berhasil diraih pembalap Yamaha itu. Tiga tahun berturut-turut sebelumnya, Rossi menjadi juara dunia bersama Honda.

Ujung tombak

Hayden merupakan salah satu pembalap muda yang direkrut Honda untuk menjadi ujung tombak mereka di kancah MotoGP. Terjun pertama kali di MotoGP pada tahun 2003, Hayden membuktikan dirinya memiliki bakat lebih dari cukup.

Bersama Repsol Honda, dia menutup musim 2003 pada urutan kelima klasemen dan menjadi Pendatang Baru Terbaik. Rekan satu timnya saat itu adalah juara dunia Rossi.

Honda merekrut Hayden dan menempatkannya di Repsol Honda—tim paling elite di antara tim-tim Honda lain—tentu bukannya tanpa alasan kuat. Pemuda kelahiran 30 Juli 1981 di Owensboro, Kentucky, Amerika Serikat, itu mencetak prestasi mengesankan di ajang Superbike AMA (American Motorcyclist Association). Setahun sebelum menggeluti MotoGP, Hayden menjadi pembalap termuda yang menjuarai Superbike AMA.

Padahal, Hayden mengikuti secara penuh rangkaian seri Superbike AMA baru pada tahun 2001. Di akhir tahun itu, Hayden menempati urutan ketiga klasemen Superbike AMA.

Prestasi mengesankan Hayden bukan sesuatu yang jatuh dari langit. Semua itu bersumber dari lingkungan yang pertama dikenalnya, yakni keluarga. Keluarganya mencintai balap motor dan mendukung keterlibatan Hayden di dunia itu.

Ketika baru berusia sekitar tiga tahun, Hayden telah mencicipi balapan flat track (balapan yang tak berlangsung di lintasan beraspal, tetapi, berbeda dengan motokros karena sesuai dengan namanya, balapan ini berlangsung di trek rata). Tentu ia berlomba dengan memakai sepeda motor mini atau pee wee.

Ayahnya, Earl, sangat mendukung Hayden. Ketika putranya menyatakan cita-cita menjadi juara dunia, Earl langsung membuatkan trek di lahan mereka sebagai tempat Hayden berlatih.

Pada usia lima tahun, ia turun di ajang flat track kelas 80 cc. Lawan-lawannya berusia tujuh dan 11 tahun. Pada usia delapan tahun, ia mengikuti lomba di Oklahoma yang berjarak 800 mil dari Owensboro, Kentucky.

Mantan juara dunia GP 500 1978, 1979, dan 1980 asal Amerika Serikat, Kenny Roberts, punya penilaian sendiri mengenai penampilan Hayden muda. "Nicky sangat berbakat. Saya mengamati dia sejak muda dan ia bisa tampil bagus di berbagai jenis balapan," ujar Roberts, pemimpin salah satu tim MotoGP, tim Roberts.

Pada tahun 1992, atau saat berusia 11 tahun, Hayden mencicipi road race pertama kali. Meski begitu, ia masih mengikuti balapan flat track.

Dua saudara kandung Hayden, Tommy dan Roger Lee, menjadi pembalap. Mereka kini berlaga di ajang Superbike AMA.

Salah satu pengaruh keluarga yang jelas terlihat adalah nomor 69 yang dipakai Hayden. Nomor ini dulu juga dipakai ayahnya. Konon, Hayden senior menyenangi nomor 69 karena gampang dibaca walau pembalap yang memakainya terjatuh.

Anggapan salah

Kepindahan Rossi ke Yamaha mengejutkan banyak pihak, termasuk tentunya kubu Honda. Kala itu, ada anggapan kuat, untuk menjadi juara dunia, pembalap harus bergabung dengan Honda karena pabrikan ini memiliki motor tangguh.

Rossi membuktikan anggapan itu salah. Pembalap Italia yang berusia dua tahun lebih tua dari Hayden ini membuktikan pembalap tetap memegang peranan sangat penting dalam perebutan juara.

Sejak ditinggalkan Rossi, Honda hanya bisa melihat pabrikan saingan mereka, Yamaha, menikmati indahnya memiliki pembalap bergelar juara dunia. Setelah dua musim berturut- turut—musim 2004 dan musim 2005—paceklik gelar juara dunia pembalap—Honda bekerja ekstra keras untuk merebut gelar itu pada musim 2006.

Saat musim 2006 belum lagi dimulai, Repsol Honda dan Hayden bekerja amat keras untuk menyempurnakan motor RC211V hasil pengembangan paling mutakhir.

Hayden telah menyelesaikan uji coba sejauh 3.819 mil sebelum musim 2006 dimulai. Masih belum cukup, Hayden juga khusus berlatih ketika trek diguyur hujan. Hal ini dilakukannya hanya untuk meningkatkan kemampuannya berlomba di bawah guyuran hujan.

Hasilnya sesuai dengan harapan seluruh kubu yang berberseberangan dengan Rossi. Hayden, ujung tombak Honda, tampil sangat konsisten.

Meski hanya dua kali menang pada tahun 2006, ia baru satu kali gagal mendulang poin, yakni di Estoril, Portugal.

Hal ini kontras dengan Rossi yang walau lima kali menang, tetapi tiga kali gagal mencetak poin. Tak mengherankan, Rossi menegaskan Hayden pantas menjadi juara dunia karena tampil paling konsisten.

Sumber : Kompas, Rabu, 1 November 2006

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks