Jun 20, 2009

Mujiwati Suyono : Bu Yono Mengubah Daun dan Batang Cengkeh

Bu Yono Mengubah Daun dan Batang Cengkeh
Oleh : Agnes Suharsiningsih

Wangi ampas daun dan batang cengkeh hasil rebusan di ketel ukuran jumbo tercium hingga beberapa meter. Suasana sepi sesekali diramaikan kicauan burung dari dahan pohon, semakin mencirikan kedamaian dan ketenangan daerah pegunungan itu. Gemercik aliran sungai kecil di depan jalan masuk, menambah kenyamanan di daerah berudara segar itu.

Mari duduk di sini saja ya, biar enak ngobrol-nya, sambut Mujiwati Suyono yang akrab disapa Bu Yono sambil mengelap dipan bambu di sudut halaman. Dan, mulailah percakapan hangat, sambil sesekali ditimpali guyonan renyah, awal pekan kedua November lalu.

Percakapan dengan Bu Yono memang tidak berlangsung di sebuah tempat tinggal, tapi di tempat penyulingan minyak cengkeh. Di lokasi seluas lebih kurang 27 are (2.700 meter persegi) dalam wilayah Banjar Anyar, Desa Sambangan, Buleleng, Bali, itulah Bu Yono menggeluti usaha uniknya. Usaha dimaksud adalah mengubah atau mengolah daun dan batang cengkeh menjadi bernilai ekonomis.

Usahanya itu berupa penyulingan yang menghasilkan minyak cengkeh. Bahan baku utamanya adalah daun dan batang cengkeh dari kebun petani sekitarnya. Minyak hasil penyulingan dijualnya ke beberapa pengusaha di Bali dan Jawa. Menurut Bu Yono, minyak itu selanjutnya menjadi bahan baku pembuatan produk pasta gigi, balsam, dan bahkan minuman kesehatan.

Istri dari Suyono ini bercerita, awalnya—lima tahun lalu—dia hanya mendapat pesanan dari teman anaknya yang ada di Jawa untuk mencarikan minyak hasil penyulingan dari batang dan daun cengkeh. Anak keduanya, Didi Februanto, saat itu memang sedang kuliah di Yogyakarta. Sejak saat itu, jadilah perkenalan dengan dunia penyulingan minyak cengkeh.

Saat itu saya belum memiliki tempat penyulingan. Jadi, saya hanya berupaya mendapatkannya dari beberapa orang yang saya kenal. Ternyata sulit sekali mencarinya karena tidak banyak orang menggeluti usaha penyulingan, cerita Bu Yono, yang akhirnya sejak tiga tahun lalu mendirikan usaha penyulingan di lokasinya sekarang.

Usaha penyulingan minyak cengkeh di Desa Sambangan tentu saja potensial karena begitu melimpahnya tanaman cengkeh di Buleleng, daerah Bali bagian utara yang merupakan kawasan pegunungan. Menurut Bu Yono, dia akan dengan mudah mendapatkan bahan baku berupa batang dan daun cengkeh dari daerah sekitarnya yang merupakan sentra cengkeh di Bali.

Melalui proses penyulingan itulah minyak yang terkandung dalam daun dan bersifat panas dihilangkan. Ampas ini masih dapat dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar dalam proses penyulingan.

Selanjutnya, abu dari ampas hasil proses penyulingan itulah yang dijadikan pupuk organik. Jadi, selain mendapatkan minyak sulingan, kita juga dapat memanfaatkan ampas daun dan batang cengkeh sebagai bahan bakar saat proses penyulingan. Bahkan abu hasil pembakaran itu dapat dijadikan pupuk organik yang benar-benar bagus, ujarnya.

Menjalin kerja sama

Melalui proses yang sederhana namun menuntut ketekunan itulah, Bu Yono kini dapat menjalin kerja sama dengan suatu perusahaan ternama. Selain itu, dia juga tetap melayani pesanan dari perusahaan-perusahaan kecil yang sejak tempat penyulingan berdiri sudah menjalin kerja sama.

Kini Bu Yono yang memiliki 17 pekerja, mampu menghasilkan lebih dari satu ton minyak asiri per bulan, yang selanjutnya dijual ke Jawa dan daerah lainnya seharga Rp 35.000-Rp 40.000 per kilogram.

Ke depan, perempuan kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, tahun 1954, yang kemudian menetap di Singaraja sejak tahun 1957, akan mengembangkan penyulingan minyak dilem. Tanaman jenis rumput ini dipercaya dapat menghasilkan minyak asiri yang dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk, seperti juga minyak cengkeh. Kini, di lokasi penyulingan Bu Yono sudah terlihat tumpukan dilem.

Perempuan energik ini mengaku hanya memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Saat dia mengetahui manfaat batang dan daun cengkeh yang biasanya didiamkan oleh pemiliknya, maka dengan ketekunannya dia mulai mencoba mengembangkan penyulingan minyak asiri. Demikian pula dengan dilem yang banyak tumbuh di daerah Singaraja dan sekitarnya, Bu Yono pun mulai meliriknya.

Saya melihat banyak tanaman yang tumbuh di sekitar tempat tinggal saya ini dapat dimanfaatkan menjadi sesuatu yang lebih berharga. Dulunya batang dan daun cengkeh ini tidak ada artinya. Sekarang ada harganya, batang cengkeh Rp 1.300 per kilogram dan daunnya Rp 450 tiap kilogramnya, kenang Bu Yono.

Sumber : Kompas, Sabtu, 19 November 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks