Jun 4, 2009

Muhammad Harun Kadirin : Pembuat Motor Gede dari Palembang

Pembuat Motor Gede dari Palembang
Oleh : Buyung Wijaya Kusuma

Jika Anda penyuka moge atau motor gede (besar) tetapi kantong kurang tebal, maka Muhammad Harun Karidin adalah orang yang bisa Anda temui. Dia memiliki keahlian membuat sebuah motor yang benar-benar besar, hanya dengan melihat miniatur motor yang dijual di toko mainan sekalipun.

Pria itu menunjukkan sebuah miniatur motor dengan garpu depan panjang dan roda belakang yang besar. Dia lalu membandingkan bentuk miniatur motor itu dengan sepeda motor sungguhan yang sedang dia kerjakan. Bentuk motor setengah jadi itu terlihat mirip dengan model mainan yang dipegang Harun (47).

Itulah keahlian Harun. Dia akan mewujudkan keinginan pemesan untuk memiliki moge sesuai dengan bentuk miniaturnya. Seorang pemesan, misalnya, cukup membawa sepeda motor Binter Mercy tahun 1980-an dan sebuah miniatur motor yang dapat disembunyikan dalam genggaman tangan. Maka, di tangan Harun, motor Binter Mercy tersebut kemudian dipreteli, yang diambil hanya mesinnya.

"Bahkan, untuk pelek motor, kami buat sendiri dengan menyesuaikan ban yang bisa didapat dari penjual barang bekas Singapura. Kemudian, kami merancang as dan piring untuk menghubungkan roda dan mesin dengan rantai," ujar Harun.

Oleh karena harus menyesuaikan ban yang relatif besar, daun pelek pun diambil dari bekas pelek ban mobil, seperti VW atau Toyota Kijang, sementara jari-jarinya atau biasa disebut "bintangnya" merupakan hasil rancangan Harun. Meskipun buatan sendiri, kalau sudah dicat nikel, benda itu tidak kelihatan seperti buatan tangan.

Menurut Harun, pengerjaan yang tersulit dari membangun motor besar adalah membuat sasis motor. Pasalnya, bagian ini adalah nyawa dari sepeda motor. Oleh karena itu dibutuhkan pengukuran yang tepat agar motor dapat dikendarai dengan nyaman dan aman.

Sekitar dua bulan

Untuk membangun sebuah sepeda motor seperti bentuk miniatur motor yang diinginkan pemesan, kata Harun, dibutuhkan waktu rata-rata dua bulan. Ini dengan perhitungan motor siap untuk dicat dan didandani atau dilengkapi aksesori.

Biaya yang harus dikeluarkan pemesan sekitar Rp 8 juta, tergantung desain dan bahan yang dibutuhkan. Kalau sampai tahap pengecatan dan aksesori sepeda motor, biaya yang dibutuhkan bisa mencapai Rp 15 juta.

Harun yang saat ditemui sedang bekerja sendiri mengatakan, jika pesanan motor yang dikerjakan hanya satu unit, dia masih bisa mengerjakannya seorang diri. Dia juga yang pergi ke beberapa tempat penjual barang bekas untuk mencari bahan-bahan yang dibutuhkan, seperti ban, pelat baja, dan pipa bekas.

Namun, kalau dalam waktu bersamaan ada pesanan sampai dua-tiga moge, dia meminta bantuan asisten yang juga memiliki hobi membuat motor besar. Akan tetapi, yang sering terjadi, pemesan meminta Harun yang mengerjakan sendiri. Untuk itu, mereka bersedia menunggu sampai berbulan-bulan.

Menyinggung tentang kekuatan moge buatannya, Harun menjamin sepeda motor itu aman dan pengerjaan lasnya pun tidak berkarat atau patah. Menurut dia, motor yang sedang dibangun selalu dikendarainya dulu sampai ke luar kota Palembang sebagai uji coba. Ini biasa dia lakukan sebelum proses pengecatan.

Membuka bengkel

Kegemaran mengutak-atik sepeda motor sebenarnya sudah dilakukan Harun sejak dia masih berumur 13 tahun. Begitu tergila-gilanya pada sepeda motor, Harun sampai meninggalkan bangku sekolah menengah pertama di Palembang. Meski tak punya pengetahuan tentang sepeda motor, pada tahun 1973 itu Harun nekat memilih bekerja di sebuah bengkel.

"Karena senang saja, biarpun tanpa pengalaman dan pengetahuan tentang motor, saya memilih kerja di bengkel. Ya, hitung-hitung biar bisa kerja sambil belajar," katanya.

Setelah 21 tahun bekerja dengan orang lain memperbaiki berbagai merek dan beragam model sepeda motor, keahlian Harun pun berkembang. Dari tak tahu sama sekali, dia jadi bisa membetulkan motor, bahkan kemudian membangun kendaraan roda dua. Merasa sudah cukup menguasai "ilmunya", Harun pun berusaha mandiri.

"Cukup sudah bekerja dengan orang lain. Saya mencoba mandiri. Jadi, saya buka bengkel sederhana saja di kawasan Cinde, Kota Palembang, tepatnya di Jalan Candi Walang," ujar Harun.

Awal usaha pembuatan motor besar dimulai Harun secara tak sengaja. Dia berkawan dengan seorang polisi yang punya hobi motor besar. "Waktu itu Pak Suripto (polisi yang menjadi rekannya) bertugas di Palembang. Dia menjadi teman sekaligus langganan pertama saya," tutur Harun bercerita.

Hanya dari pertemanan dan promosi lewat mulut ke mulut, kini Harun dikenal orang sebagai pembuat motor besar. Dia tak lagi hanya menjadi pekerja bengkel yang tahu bagaimana memperbaiki mesin motor, tetapi juga menguasai keterampilan membangun moge yang perkasa dan bentuknya enak dipandang mata. Untuk itu, dia merasa terus tertantang untuk merancang hal-hal "kecil", seperti tutup tangki bensin, jari-jari pelek motor, dan aksesori lainnya.

Dari barang bekas

Pekerjaan yang ditekuni Harun memang bukan kerja kantoran yang "bersih", tetapi penghasilan dari bengkel motornya tak bisa diabaikan. Dia hanya tersenyum saat ditanya berapa omzet usahanya. Katanya, dari hasil membangun moge, dia bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Dia memastikan bahwa penghasilannya cukup untuk membesarkan enam anak, bahkan ada di antaranya yang sudah meraih ijazah sarjana.

Dari kerja bengkelnya juga, Harun bisa membeli rumah dan memiliki bengkel yang berlokasi di tempat strategis. Kini dia juga sudah punya rumah sendiri. Namun, yang paling dia banggakan adalah bengkel yang menjadi tempat kerja. Meskipun kecil, bengkel tersebut berada di tengah pusat jual beli barang besi bekas yang memudahkan dia mendapatkan bahan baku.

"Saya beruntung punya bengkel di sini, di pusat loakan barang besi bekas. Jadi, kalau saya perlu baja dan pipa bermutu, biasanya tersedia di sini. Sebenarnya barang bekas ini kualitasnya jauh lebih kuat dibandingkan dengan pipa yang dipakai motor saat ini," tuturnya.

Memang, sebelum finishing, motor yang selesai dibangun berwarna coklat karena besi yang digunakan adalah barang bekas. Namun, dia menjamin semua itu berkualitas nomor wahid. Pipa yang menjadi rangka motor, misalnya, adalah bekas pipa dari kilang minyak atau instalasi gas sehingga bisa dipastikan tebal dan tahan karat.

Alasan itu pula yang membuat Harun berani menjamin motornya aman dikendarai. Dia memastikan rangka motor tidak akan mengalami patah saat dikendarai. Buktinya, tak pernah ada pelanggan yang kembali dan mengeluh karena motornya patah atau bagian sambungan mengalami karat maupun keropos.

Menyinggung izin resmi dari dinas terkait jika sepeda motor sudah berubah bentuk, menurut Harun, tak perlu ada izin baru karena mesin tetap dan nomor rangka yang dipakai pun sama. Artinya, yang berubah adalah wujud saja, tetapi mesin dan rangkanya tetap seperti semula sehingga surat tanda nomor kendaraan (STNK) pun tidak berubah.

Motor buatan Harun bahkan tak sedikit yang dibawa sampai ke luar wilayah Sumatera Selatan dan tak bermasalah saat mengurus mutasi STNK. Produknya memang menyebar karena beberapa pelanggannya adalah pekerja perusahaan minyak yang sering berpindah tugas.

Sadar pendidikannya tak memadai, Harun tetap berusaha belajar langsung dengan praktik dan pengamatan. Dia tak menyerah. Kegigihan dan ketekunannya terbukti membuahkan hasil. Dari sekadar pekerja bengkel yang tak tahu mesin, dia bisa menjadi salah seorang pembuat moge yang dicari orang.

Sumber : Kompas, Senin, 30 April 2007

1 comments:

Unknown said...

dimana yah bengkel pak harun? kalo boleh minta contact personnya. tks

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks