Jun 25, 2009

Muhammad Ali Gathmyr : Gathmyr, Napas Budaya Sumatera Selatan

Gathmyr, Napas Budaya Sumatera Selatan
Oleh : BM Lukita Grahadyarini

Sukses tidak akan tercapai tanpa bimbingan Yang Kuasa. Filosofi ini dipegang teguh oleh pengusaha dan perajin di Palembang, Muhammad Ali Gathmyr. Keyakinan itulah yang menggiring galeri kerajinan Mir Senen miliknya yang dirintis sejak 1980 dikenal hingga ke sejumlah negara.

Gathmyr terdorong keinginan dan keseriusan untuk memopulerkan budaya Sumatera Selatan. Hasilnya, kerajinan lemari, meja, kursi, dan tempat tidur dengan ukiran khas Palembang, pakaian pengantin tradisional Sumatera Selatan, kursi berbahan songket, hingga anyaman yang dirancangnya dikenal hingga ke mancanegara.

Dengan produk bermerek Mir Senen yang telah dipatenkan, pria yang biasa disapa Myr ini menjaring pelanggan dari dalam negeri dan luar negeri, seperti Amerika, Jepang, hingga Eropa. Pameran barang kerajinan juga telah dilakoninya ke hampir berbagai belahan dunia.

Lahir dari keluarga berada—ayahnya adalah tuan tanah dan ibunya adalah kolektor barang-barang antik—tidak lantas membuat Myr mengawali kariernya dengan mudah. Perjuangan keras harus dilaluinya untuk meraih cita-cita menjadi pekerja seni.

Sewaktu sekolah dasar, ia terbiasa dididik hemat dan prihatin. Keinginan untuk memiliki baju baru, dan sepatu baru, seperti layaknya anak-anak seusianya ketika itu, diperoleh dari hasil jerih payahnya sendiri.

Didikan keras dari orangtuanya mengasah jiwa bisnis Myr. Sejak sekolah dasar hingga tamat sekolah menengah pertama, Myr memiliki uang saku dari hasil membuat dan berjualan manisan mangga di sekolahnya. Hasil penjualan dipakai untuk membeli alat tulis, baju, dan sepatu baru, sebagian lainnya ditabung.

Keinginan untuk menekuni dunia seni muncul selepas sekolah menengah atas pada tahun 1973. Namun, keinginan itu ditentang sang ayah, Senen, yang memintanya menekuni ilmu hukum. Myr pun merantau ke Yogyakarta dengan berbekal uang tabungan. Ia lalu mendaftar ke Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia ASRI. Tetapi, uang tabungan itu hanya cukup untuk bertahan hidup selama empat bulan.

Kemauan kuat Gathmyr untuk menekuni dekorasi interior akhirnya meluluhkan hati sang ayah yang lantas membiayai kuliahnya. Selepas kuliah tahun 1980, Gathmyr kembali ke Palembang. Kegalauan dirasakannya saat menyadari bahwa Palembang yang merupakan pusat kerajaan Sriwijaya pada masa lampau itu minim pengembangan seni.

Saya sungguh heran, kenapa Palembang tertinggal dibandingkan dengan Yogyakarta dalam pengembangan seni dan budaya, padahal keduanya dulu merupakan kawasan kerajaan, tutur Gathmyr mengenang.

Keinginan untuk menghidupkan kerajinan khas daerah Palembang membuatnya menapaki usaha dekorasi pengantin tradisional. Usaha itu diawalinya dengan meminjam barang-barang di rumahnya untuk dijadikan peralatan dekorasi.

Dari usaha dekorasi pengantin, anak ke-11 dari 30 bersaudara itu ayahnya memiliki empat istri mengumpulkan modal untuk membeli peralatan dekorasi pengantin. Ketika usahanya berkembang, ia pun merambah ke pengembangan kerajinan Sumatera Selatan.

Penghargaan Upakarti

Penghargaan Upakarti untuk jasa kepeloporan dalam usaha pengembangan industri kecil dan kerajinan diraihnya pada tahun 1994. Dua tahun kemudian, ia meraih penghargaan International Trophy for The Best Quality dalam kerajinan dari Pemerintah Spanyol.

Pada tahun 1997, ia meraih penghargaan Top Executive Indonesia Award dari Kamar Dagang Indonesia karena kepiawaiannya menciptakan industri kerajinan yang menarik perhatian dunia.

Meskipun sebagian karyanya kini mendapat sambutan positif dari sebagian masyarakat, duda beranak dua ini masih menyimpan kerisauan akan masa depan pelestarian kerajinan dan seni budaya Sumatera Selatan.

Pemerintah mempromosikan wisata ke luar negeri, tetapi melupakan pengembangan seni yang merupakan inti dari promosi wisata. Akibatnya, ketika turis datang ke Sumatera Selatan untuk berwisata, mereka tidak menemukan suguhan atau pertunjukan yang sesuai dengan promosi, katanya.

Pria yang kini berusia separuh abad itu memiliki harapan agar pelestarian budaya Sumatera Selatan membawa kedamaian. Damai terhadap lingkungan dan damai dengan masyarakat.

Orang yang menghargai seni, dan budaya, memiliki pekerti yang lembut sehingga tidak akan bersikap kasar terhadap sesamanya, tuturnya.

Ada satu obsesi yang dalam waktu dekat akan diwujudkannya, yaitu mendirikan museum seni rupa tradisional yang berisi pernik-pernik kerajinan tradisional hingga pernik-pernik kuno.

Saya akan terus menggali semua potensi yang ada di Sumatera Selatan, supaya masyarakat dapat mengetahui bahwa kebudayaan nenek moyangnya sangat tinggi, kata Gathmyr mantap.

Sumber : Kompas, Jumat, 26 Agustus 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks