Jun 19, 2009

Michael Sessions, Wali Kota Seusai Jam Sekolah

Michael Sessions, Wali Kota Seusai Jam Sekolah
Oleh : Pieter P Gero

Ingin tahu bagaimana seorang siswa sekolah lanjutan tingkat atas menjalankan tugas sebagai wali kota? Boleh tengok ke Hillsdale, di negara bagian Michigan, Amerika Serikat. Sejak akhir November lalu, Michael Sessions yang baru berusia 18 tahun dan masih berstatus pelajar di SLTA resmi menjadi wali kota di kota yang berpenduduk 8.200 orang itu.

Begitu dinyatakan memenangkan pemilihan wali kota, 8 November 2005, dengan meraup 670 suara (penghitungan tak resmi menyebutkan 732 suara lawan 668 suara), unggul dua suara atas wali kota sebelumnya, Doug Ingles (51), Sessions langsung menjadi pusat perhatian. Media cetak AS seperti USA Today atau The Detroit News memberi tempat untuk berita fenomenal ini. Media non-AS seperti BBC News atau The Times dari Inggris juga demikian.

Saat pelantikan, 21 November, anak muda kelahiran 22 September 1987 ini bahkan dikerubuti media televisi dunia. Terlihat TV Azteca (Meksiko), Nippon TV (Jepang) dan Russia TV ikut ambil gambar. Kiriman surat elektronik (e-mail) mendukung ataupun juga menyangsikan kemampuan Sessions berdatangan dari seluruh dunia, termasuk dari China.

Saya membaca sukses Anda di media cetak lokal South China Metropolitan Daily. Bagi warga China yang membaca berita tadi akan heran. Ini karena sistem pemerintahan kami berbeda. Hanya yang terkenal, berkuasa, hebat, politik, dan usia tua. Biasanya setelah menimba pengalaman panjang, ujar Michael Yang dalam e-mail ke Sessions.

Kemenangan Sessions memang sebuah fenomena, bukan saja bagi China atau dunia, tetapi juga bagi AS. Karena dengan usia yang baru 18 tahun, Sessions juga merupakan wali kota termuda di sana sekalipun lembaga semacam Asosiasi Wali Kota AS belum punya data lengkap untuk memastikan rekor tadi.

Banyak yang memilih saya karena mereka menghendaki energi baru, ujar Sessions yang berkampanye dari rumah ke rumah karena posisinya sebagai calon tak terdaftar (write-in candidate) terkait dengan usianya yang masih muda. Sessions langsung mencatatkan dirinya sebagai pemilih sehari setelah ulang tahunnya, 22 September, dan kemudian menjadi calon tak terdaftar hari berikutnya.

Suatu yang sulit sebagai calon tak terdaftar, ujar Sessions. Namun, karena tekad dan minatnya yang tinggi pada politik, setiap petang seusai sekolah ia berkeliling kota berkampanye agar dikenal. Saya memang senang berpolitik, ujar Sessions.

Hampir semua orang tadinya ragu mengenai dirinya. Karena usianya yang baru 18 tahun, kantor pemilihan memberikan dia satu suara sebagai hadiah karena nekat menjadi calon wali kota. Orangtua Session tadinya skeptis, tetapi dalam perjalanan akhirnya mereka memberikan dukungan setelah melihat kesungguhan sang anak.

Dana Rp 7 juta

Persiapan Sessions memang kurang meyakinkan. Selain usia sangat muda dan calon tak terdaftar sehingga harus kampanye dari rumah ke rumah, dana kampanyenya juga hanya 700 dollar AS atau sekitar Rp 7 juta (kurs Rp 10.000 per dollar AS). Uang ini hasil kerja paruh waktu selama musim panas.

Sessions tak punya agenda khusus untuk menang. Suatu hal yang sadar dicanangkan adalah sedapat mungkin bertemu banyak warga kota Hillsdale. Ini penting biar banyak orang mengenal saya, ujarnya. Namun, sebagai anak muda, Sessions ternyata beruntung sebab mendapat dukungan dari sesama anak muda yang selama ini menilai pemerintahan kota Hillsdale tidak becus.

Karena itu, kehadiran Sessions merupakan suatu energi baru bagi kota yang terletak di 160 kilometer barat daya Detroit, Michigan, itu. Banyak warga kota juga menyadari bahwa Sessions jauh lebih matang dari sekadar anak SLTA. Dengan berkampanye langsung, Sessions langsung memperlihatkan siapa dirinya, karakternya. Apa adanya. Asli. Suatu yang bisa menjamin dia akan mampu menjalankan tugasnya sebagai wali kota selama empat tahun ke depan.

Doug Ingles, wali kota lama yang dikalahkan, mengaku tak kecewa kalah dari Sessions yang masih anak bawang ini. Ini suatu kekalahan terhormat. Saya tetap bangga, ujarnya.

Begitu dilantik, Sessions langsung membawa wartawan dan tamu keliling kota yang dipimpinnya. Jelas tugas akan berat pada awalnya. Namun, saya akan terus mempelajari tugas yang ada dan saya yakin dari hari ke hari percaya diri saya akan bertambah, ujarnya.

Sebagai wali kota sekaligus sebagai pelajar, lantas apa yang bisa dilakukan Sessions? Sejauh ini tak ada kantor, tak ada kursi, tak ada arsip. Sessions juga hanya menerima gaji yang merupakan derma dari warga sebesar 250 dollar AS (sekitar Rp 2,5 juta) per bulan.

Saya akan menjalankan tugas secara serius setelah bubar jam sekolah. Kamar tidur saya akan menjadi kantor, ujar Sessions. Biar jangan keliru dalam melangkah, Sessions juga akan membentuk dewan penasihat yang melibatkan bekas wali kota dan para pembimbingnya di Kolese Hillsdale.

Sumber : Kompas, Jumat, 30 Desember 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks