Jun 21, 2009

MH Aripin Ali : Pemberontakan Aripin Memperbarui Sekolah

Pemberontakan Aripin Memperbarui Sekolah
Oleh : P Bambang Wisudo

Kedua orangtuanya hanya bisa marah dan menahan kecewa ketika MH Aripin Ali (36) lari meninggalkan bangku kuliahnya pada semester terakhir di sebuah universitas swasta di Tasikmalaya, Jawa Barat. Kuliah di perguruan tinggi tidak memberikan apa-apa bagi dirinya kecuali janji ijazah.

Sejak itu Aripin jadi penganggur. Ia ditampung oleh kawan-kawannya mahasiswa di Bandung. Sehari-hari pekerjaannya memasak, bersih-bersih rumah, dan melayani kawan-kawannya. Dalam pencarian dirinya, Aripin sempat bergabung dengan kelompok keagamaan yang bergerak di bawah tanah.

Aripin tidak berhenti mencari. Di waktu luangnya, Aripin menjelajahi sejumlah perpustakaan di Bandung. Dalam penjelajahan itulah ia berkenalan dengan filsafat dan teologi. Buku-buku itu tidak sepenuhnya ia pahami, namun Aripin terus membaca. Pemikirannya menjadi terbuka, betapa dogma bisa membutakan. Sesama pemeluk agama bisa membunuh dan saling mengkafirkan hanya karena perbedaan aliran.

Saya membaca dunia yang benar-benar tidak saya mengerti. Dari buku setebal 200 halaman, hanya beberapa halaman yang bisa saya mengerti, kata Aripin yang kemudian dimurtadkan karena pikiran-pikirannya yang kritis itu.

Dari penjelajahan buku itu pulalah Aripin mengenal Franz Magnis-Suseno, JB Mangunwijaya, dan buku-buku yang menawarkan gagasan alternatif dalam pendidikan, seperti pedagogi kritis Paulo Freire. Cukup lama Aripin terhanyut dalam ruang ide-ide, hidup dalam kemiskinan, sampai-sampai istrinya ditelantarkan.

Ketika anak pertamanya lahir, Aripin hijrah ke Jakarta. Ia sempat bekerja sebagai guru les privat, belajar menulis, menjadi pengasuh media untuk anak-anak, sebelum akhirnya masuk menjadi staf litbang di sebuah perguruan Islam di Bekasi. Tugasnya sangat spesifik. Ia diminta mempelajari buku-buku teks pelajaran dan soal-soal serta memprediksikan soal-soal yang bakal keluar dalam ebtanas. Pekerjaan itu menyadarkannya pada betapa bobrok pendidikan di Indonesia.

Aripin begitu jengkel ketika pada 1998 pemerintah menurunkan standar soal ebtanas setelah memperoleh kritik bertubi-tubi karena rendahnya angka kelulusan. Aripin sadar betul rendahnya mutu buku-buku pelajaran. Buku-buku itu dipakai di sekolah bukan karena kualitas, tetapi semata-mata karena kelihaian penerbit melobi sekolah, dinas, atau departemen. Tidak heran bila berbagai indikator menunjukkan mutu pendidikan Indonesia yang rendah.

Saya sangat kagum betapa orang masih mau memercayai Depdiknas, kata Aripin.

Menggarap sekolah

Pemberontakan Aripin terhadap rezim pendidikan yang kokoh tak tergoyahkan itu mendapatkan tempat ketika ia bergabung dengan gerakan para orangtua murid dan pemerhati pendidikan yang membentuk perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan (Kerlip). Waktu itu Kerlip mulai menggarap sekolah laboratorium SD Hikmah Teladan di Cimahi, Jawa Barat. Aripin sebagai koordinator litbang diberi keleluasaan mengembangkan konsep-konsep pembaruan pendidikan anak merdeka. Langkah revolusioner pertama yang dilakukan Aripin adalah membebaskan guru buku-buku teks pelajaran tidak bernyawa yang membelenggu mereka selama ini.

Aripin tidak pernah berhenti mencoba hal-hal baru yang baik untuk sekolah. Tiap hari ia mendengarkan dan mendiskusikan keluhan para orangtua murid dan kesulitan yang dihadapi guru. Selama tiga tahun penuh, hidup Aripin dibuat tidak tenang karena eksperimennya. Ia sering mendapatkan protes melalui layanan pesan singkat (SMS) sampai larut malam. Pekerjaan itu tidak sia-sia.

Dengan sentuhan Aripin, sekolah bukan lagi menjadi penjara dan pembunuh daya kreasi anak. Sekolah adalah sebuah ruang ekspresi bagi semua anak. Semua anak memiliki hak untuk tumbuh sesuai bakat alaminya masing-masing, tanpa ada ketakutan diberi label bodoh, malas, dan sebagainya. Untuk melakukan semua itu, guru dan sekolah harus mampu membebaskan diri dari birokrasi pendidikan yang serba mau mengatur.

Menurut Aripin, ada 1.001 cara bagi sekolah untuk menghindari intervensi birokrasi. Birokrasi dikedipin saja, kata ayah tiga anak ini.

Kini model sekolah yang ditawarkan Kerlip telah diterapkan di empat sekolah. Aripin bersama kawan-kawannya membuka diri untuk sekolah-sekolah dan guru-guru lain yang ingin belajar. Pemberontakan Aripin memberikan angin segar bagi pendidikan Indonesia yang kering kerontang.

Sumber : Kompas, Senin, 17 Oktober 2005

1 comments:

aripinali said...

Saya MH Aripin Ali. Saya masih di SD Hikmah Teladan. Saya sedang menulis "100 Hal yang Hanya Ada di SD Hikmah Teladan". Silahkan melihatnya di www.kusekolah.wordpress.com.

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks