Jun 21, 2009

Harold Pinter : Jejak Sastra dan Jerit Antiperang Harold Pinter

Jejak Sastra dan Jerit Antiperang Harold Pinter
Oleh : Dahono Fitrianto

Hadiah Nobel terakhir yang diumumkan tahun ini adalah Nobel untuk sastra. Pemenangnya adalah penulis naskah drama asal Inggris, Harold Pinter (75), yang membuatnya menjadi orang Inggris kedelapan yang memperoleh penghargaan tertinggi ini.

Pinter yang lahir di London, 10 Oktober 1930, saat ini dianggap sebagai penulis drama terbesar di Inggris yang masih hidup. Sebelum mendapatkan Nobel, Pinter telah mengoleksi beberapa penghargaan prestisius di bidang sastra, antara lain Shakespeare Prize, The European Prize for Literature, Pirandello Prize, David Cohen British Literature Prize, Laurence Olivier Award, dan Moliere D’Honneur.

Pinter menciptakan sebuah gaya khas dalam dunia drama dan teater. Pentas-pentas teater karyanya banyak menampilkan adegan diam dan sunyi yang menjadi kekuatan utama untuk menampilkan atmosfer artistik.

Begitu melekatnya Pinter dengan gaya khas tersebut, sampai ada istilah dalam bahasa Inggris untuknya, yakni ”pinteresque”. Itu kata sifat untuk menggambarkan suasana teater yang penuh keheningan dan pesan-pesan yang disampaikan secara tidak langsung.

Drama-drama karya Pinter biasanya bernuansa suram dan sedih, berisi karakter-karakter yang penuh teka-teki. Ceritanya mengangkat hal-hal tentang hubungan antarmanusia yang berisi dominasi dan kepasrahan, ancaman dan ketidakadilan, dibumbui berbagai fantasi dan obsesi seksual yang aneh dan menyiksa. Para kritikus menyebut beberapa mahakarya Pinter sebagai sebuah pertunjukan kegelisahan (the theatre of insecurity).

Para juri dari Akademi Swedia (Swedish Academy) yang menentukan pemenang Nobel sastra menyebut karya-karya Pinter ”membuka jurang dan tebing-tebing terjal yang ada di balik kehidupan sehari-hari dan membawa kita ke dalam ruangan tertutup sebuah penindasan”.

”Pinter telah mengembalikan unsur-unsur dasar dalam teater: sebuah ruangan tertutup dan dialog yang tak bisa ditebak, di mana orang saling mengasihani dan tidak ada kepura-puraan lagi,” ujar juru bicara Akademi Swedia, Horace Engdahl, di Stockholm.

Pengakuan ini disertai prestasi dan kiprah nyatanya di dunia teater dan sastra Inggris selama 50 tahun terakhir diharapkan tidak akan mengulang munculnya kontroversi penganugerahan Nobel dalam bidang sastra. Terpilihnya pemenang tahun lalu, penulis dan tokoh feminis asal Austria, Elfriede Jelinek, memunculkan kontroversi.

Antiperang

Harold Pinter lahir dari pasangan Portugis-Yahudi. Ayahnya seorang penjahit yang tinggal di kawasan kumuh di Distrik Hackney, East End, London. Selain dikenal sebagai seorang penulis naskah drama yang hebat, Pinter juga seorang aktivis antiperang sejati.

Dalam biografinya, Pinter mengakui mengalami masa kecil yang sulit. Perlakuan rasialis anti-Semit terhadap warga keturunan Yahudi dan hidup di tengah Kota London yang dihujani bom-bom Jerman pada masa Perang Dunia II turut membentuk pribadinya yang sangat antiperang dan berpandangan politik sayap kiri serta berpengaruh besar terhadap keputusannya menjadi penulis drama.

Sempat mencicipi pendidikan di Royal Academy of Dramatic Art (Rada), tetapi tidak selesai, Pinter mengawali kehidupan sastranya dengan menulis puisi pada tahun 1950. Dua tahun setelah itu, ia menjadi aktor dalam kelompok teater Andrew McMaster dan melakukan pertunjukan keliling Irlandia, memainkan beberapa lakon karya Shakespeare.

Debut naskah dramanya berjudul The Room yang dipentaskan pertama kali di Bristol, Inggris, tahun 1957. Hanya dalam waktu tiga tahun, gaya dan istilah ”pinteresque” telah dikenal luas di seluruh Inggris bersamaan dengan tampilnya beberapa mahakarya Pinter, yakni The Birthday Party, The Caretaker, The Homecoming, dan The Bretayal.

Sejak saat itu, Pinter telah menulis 29 naskah drama, menyutradarai 27 pentas teater, dan menulis beberapa skenario film layar lebar dan film televisi.

Pada saat Inggris membantu AS menginvasi Irak tahun 2003, Pinter secara terbuka dan terang-terangan menyatakan penentangannya. ”Kita telah membawa penyiksaan, bom, uranium, pembunuhan acak yang tak terhitung, penderitaan, dan degradasi kepada warga Irak dan menyebutnya ’membawa kebebasan dan demokrasi ke Timur Tengah’,” tuturnya dalam sebuah pidato antiperang Maret lalu.

Tahun 2002, Pinter mengumumkan dia terkena kanker tenggorokan. Namun, itu tidak menyurutkan semangatnya untuk terus berjuang menentang perang dan tindakan ketidakadilan di dunia.

Bahkan, bulan Maret lalu, Pinter mengumumkan pengunduran dirinya dari dunia teater dan drama untuk lebih berkonsentrasi pada dunia puisi dan politik. ”Energiku sekarang kupakai untuk urusan lain, salah satunya (menulis) puisi. Aku sekarang menggunakan sebagian besar energi untuk urusan politik yang semakin hari makin mengkhawatirkan,” tuturnya. (BBC News/AP/AFP/Reuters)

Sumber : Kompas, Sabtu, 15Oktober 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks