Jun 15, 2009

Legimin, Tester Teh dari Dempo

Legimin, Tester Teh dari Dempo
Oleh : Agus Mulyadi dan Ilham Khoiri

"Kata orang, saya awet muda. Itu mungkin karena saya setiap hari minum teh," ucap Legimin.

Seduhan air teh yang diminum laki-laki berusia 52 tahun itu memang bukan sembarangan. Sebagai seorang tester alias penguji rasa teh produksi pabrik pengolahan teh PT Perkebunan Nusantara (PN) VII Gunung Dempo, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, hampir setiap hari dia meminum air teh.

"Tapi, saya juga memang suka sekali minum teh, baik di kantor maupun di rumah," tambah Legimin.

"Pak Legimin memang terlihat lebih muda daripada usia sebenarnya. Orang yang baru ketemu dengan dia pasti menduga usianya masih 40-an tahun," kata Pratiknyo, Wakil Manajer Perkebunan Teh Gunung Dempo, yang pabriknya di kaki Gunung Dempo (3.195 meter di atas permukaan laut), sekitar 310 kilometer arah barat Kota Palembang, Sumsel.

Legimin pun menyatakan keyakinannya bahwa teh (Camelia sinensis) jika diminum secara rutin selain menyegarkan badan juga membuat awet muda peminumnya. Teh yang ditemukan sebagai bahan campuran minuman di daratan China, ribuan tahun sebelum Masehi, dinikmati bukan hanya karena kenikmatannya melainkan khasiatnya pula.

"Teh yang dihasilkan harus benar-benar tidak mengandung benda lain, misalnya rumput. Jika ada rumput tercampur di daun teh, misalnya, saya bisa merasakannya. Demikian pula jika pengeringan daun kurang pas, rasanya akan lain," ungkap laki-laki kelahiran Kelurahan Gunung Dempo tersebut.

Jika ditemukan unsur lain di dalam sampel daun teh yang dicoba Legimin, harus dilakukan pengolahan ulang.

Dari pencicipan yang dilakukan, Legimin pun dapat menggolongkan teh dalam rasa berbeda-beda tergantung kualitasnya. Ada lima jenis rasa sesuai dengan kualitas masing-masing yang dihasilkan pabrik teh Gunung Dempo, mulai kualitas terendah hingga paling bagus.

Pencicipan yang dilakukan Legimin dilakukan dalam satu rangkaian proses, mulai dari mengambil sampel daun teh yang telah diolah, memisahkan teh sesuai dengan kualitasnya secara kasat mata, hingga mencicipi air seduhan teh dari lima cangkir gelas berbeda.

Pada hari Minggu (20/8/2006) lalu, misalnya, sebanyak lima kali laki-laki tamatan SMP itu mencicipi air seduhan teh dari lima cangkir berbeda. Cangkir pertama hingga kelima berisi teh berbeda kualitas dari yang terendah hingga terbagus.

Legimin tidak meminum semua teh di masing-masing cangkir. Dia hanya menyendok air teh, mencicipinya, lalu membuang dengan cara menyemburkan air teh yang telah dicicipinya di dalam mulut ke tempat khusus di ruangan pengujian.

Cara menyemburkan air teh yang telah dicicipi terlihat khas. Legimin seperti menyemburkan air berwarna coklat, namun semuanya terarah ke dalam area khusus sehingga seolah mengumpul. Tidak ada cipratan air ke lantai atau ke barang-barang lain di ruang itu.

Pengujian rasa oleh Legimin dengan cara merasakannya menggunakan indera pengecap rasa, lidah, adalah puncak dari pengujian rasa teh Gunung Dempo sebelum proses pengolahan secara massal dilanjutkan. Legimin pun lalu mencatat semua proses uji coba di buku yang telah disediakan.

"Mungkin karena sudah sejak umur belasan (tahun) saya akrab dengan daun teh, lidah pun mampu merasakan mana teh murni dan mana teh yang telah bercampur unsur lain," ujar suami Karinem (46) tersebut.

Ketajaman lidah itulah penentu nasib 30 ton daun teh muda basah per hari yang dipetik, lalu diolah menjadi produk jadi teh hitam kering di PT PN VII Gunung Dempo. Berkat lidah Legimin pula, 90 persen produksi PT PN VII Gunung Dempo diekspor.

Berhenti sekolah

Sejak usia 18 tahun, Legimin memang telah bekerja di pabrik teh tua milik PT PN VII di kaki Gunung Dempo tersebut. Legimin bahkan lahir di rumah orangtuanya, pekerja perkebunan teh di selatan Kota Pagar Alam itu. Di sekeliling rumah pekerja tentu saja hamparan perkebunan teh.

Keahlian mencicipi rasa teh dimulai Legimin saat mulai bekerja di pabrik pengolahan teh Gunung Dempo pada tahun 1973.

"Saat itu saya sudah tamat SMP. Ayah saya, Deran (almarhum), yang bekerja di perkebunan teh ini kebetulan pensiun. Lalu, saya memutuskan bekerja saja karena masih ada enam adik yang harus ditanggung hidupnya," tutur Legimin, mengenang langkah yang diambilnya 33 tahun lalu.

Ayah dua anak, Kelpin Ardian (26) dan Karel Oktavansa (25), itu pertama kali bekerja di bagian fermentasi. Selama tujuh tahun dia bekerja di bagian itu, sebelum dipindahkan ke bagian pengeringan hingga tahun 1989.

Ketika di bagian pengeringan itulah Legimin sering ikut-ikutan mencoba mencicipi teh. Tester teh di pabrik Gunung Dempo waktu itu, Kardiman, membimbingnya. Ketika Kardiman pensiun, Legimin yang dinyatakan lolos tes, hingga akhirnya mengikuti pelatihan di Pusat Pengujian Mutu Barang di Jakarta, menjadi penggantinya.

Seperti pendahulunya, saat ini pun tengah disiapkan pengganti sebagai penguji rasa teh di PT PN Gunung Dempo.

"Umur 55 tahun nanti saya pensiun. Perkebunan dan pabrik Gunung Dempo tentu harus terus berjalan, sehingga harus ada pengganti yang menguji mutu teh yang diproduksi di sini," ujar Legimin.

Legimin pun kembali mengingatkan khasiat teh yang membuat peminumnya memperoleh kesegaran tubuh. "Minum teh membuat orang jarang sakit, sekaligus menghambat penuaan," ujarnya.

Sumber : Kompas, Kamis, 31 Agustus 2006

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks