Heri dan Konservasi Situ di Depok
Oleh : R Adhi Kusumaputra
Awalnya, Heri Syaefudin (38) penasaran melihat areal sempadan situ atau danau di seputar Kota Depok, Jawa Barat, dibiarkan menganggur dan ditumbuhi semak belukar. Mengapa sempadan situ tidak dimanfaatkan menjadi kawasan agrowisata berbasis tanaman hias yang dapat menghasilkan uang?
Heri memulainya dari Situ Pengasinan di Kecamatan Sawangan. Dia melihat Situ Pengasinan nyaris lenyap karena berubah menjadi empang dan sawah, bahkan nyaris diuruk menjadi perumahan oleh pengembang.
Perusakan lingkungan di Situ Pengasinan dapat dihindari ketika pada tahun 2003 Wali Kota Depok (waktu itu) Badrul Kamal meminta petugas Dinas Pekerjaan Umum mengeruk danau seluas 6,5 hektar itu sehingga Situ Pengasinan kembali pada fungsinya. Di sekitar situ, dalam jarak 50 meter, harus menjadi ruang terbuka hijau dan tidak diperbolehkan ada bangunan permanen.
Tahun 2004, Heri membeli tanah seluas 3.000 meter persegi di tepi Situ Pengasinan. Saat itu di sempadan situ dipenuhi semak belukar. Dengan tekad yang kuat, Heri mengubah dan menatanya menjadi tempat yang sedap dipandang. Arealnya tetap menjadi bagian dari lanskap danau. Di sana ada kolam ikan, penuh tanaman hias, dan rerumputan hijau.
Heri merangkul warga Kelurahan Pengasinan yang sebelumnya bertani untuk memanfaatkan danau yang saat itu telanjur jadi sawah dan empang. Setelah danau dikembalikan pada fungsinya, Heri mengajak warga menjadi petani tanaman hias.
Tentu saja, tidak dengan seketika warga memenuhi ajakannya. Mereka ragu-ragu dan ingin melihat-lihat dulu. Namun, Heri tidak putus asa dan terus bekerja.
Setelah warga melihat apa yang dilakukan Heri terbukti ada hasilnya, warga Pengasinan dan warga kelurahan lain di Sawangan ramai-ramai mengikuti ajakannya untuk bertanam tanaman hias.
Sampai akhir tahun 2006 ini, ada sekitar 500 orang menjadi petani tanaman hias dan 100 lainnya menjadi pedagang yang memiliki kios di sepanjang Jalan Raya Bojongsari (Sawangan)-Ciputat. Mereka tergabung dalam tujuh kelompok tani dan koperasi.
Heri, anak petani yang lahir pada 22 Juli 1968, mengenyam pendidikan di SMP Grabag, Magelang, Jawa Tengah, dan SMAN I Temanggung. Heri hijrah ke Jakarta tahun 1988, menyelesaikan pendidikan di Akademi Lanskap Jakarta dengan tugas akhir tentang konsep penataan sempadan situ pada tahun 1992. Setelah bekerja sebagai pekerja lanskap di berbagai tempat, Heri pindah ke Sawangan, Depok, tahun 2002.
Menurut Heri, pada saat itu perdagangan tanaman hias sudah ada di Sawangan, tetapi jenisnya tidak bervariasi. Hanya palem dan rumput. Petaninya pun tak bertambah.
Kini, Heri merasa bangga karena cita-citanya memberdayakan masyarakat Sawangan ada hasilnya. Sekarang, penghasilan seorang petani tanaman hias rata-rata Rp 3 juta sampai Rp 15 juta per bulan. "Setidaknya anak-anak muda yang dulu kerjanya cuma nongkrong kini mempunyai pekerjaan dan penghasilan," ungkap Heri.
Bu’an (41), warga Pengasinan, misalnya, mengaku awalnya ragu mengikuti ajakan Heri. Namun, setelah usaha peternakan lele dan ayamnya bangkrut, ia beralih menjadi petani tanaman hias. Dari usahanya itu, kini dia mampu menguliahkan anaknya di Bogor. "Tetangga saya pedagang bubur, mengerjakan usaha tanaman hias ini secara sambilan dan mendapat penghasilan lumayan," tuturnya.
Dilirik perbankan
Yang juga membanggakan Heri, konsepnya membangun Sawangan menjadi kawasan agropolitan berbasis tanaman hias didukung kalangan perbankan. Melalui program Perbankan Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) Bank Mandiri, setiap petani bisa mendapat kredit bank dengan bunga 6-8 persen per tahun.
Usaha Heri memberdayakan warga Pengasinan ini mendapat perhatian tim Program Pendanaan Kompetensi Indeks Pembangunan Manusia ((PPK IPM) Jawa Barat. Daerah ini akan dibangun dengan dana PPK IPM sebagai daerah pertanian tanaman hias. Setidak-tidaknya jalan tanah menuju lokasi Situ Pengasinan diharapkan dapat segera diaspal.
Heri pun melihat usahanya tidak sia-sia karena Wali Kota Depok Nur Mahmudi Isma’il peduli terhadap upaya pelestarian lingkungan, sekaligus upaya memberdayakan masyarakat sekitar itu. "Kalau Situ Pengasinan berhasil menjadi kawasan agrowisata berbasis tanaman hias, danau ini bisa menjadi proyek percontohan bagi 30-an danau lainnya yang ada di seputar Kota Depok," ujarnya.
Suami dari Santi Widya (32) dan ayah dari dua anak itu berpendapat, seharusnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membantu program penyelamatan lingkungan di daerah pinggirannya itu. Kalau DKI membantu menyelamatkan situ-situ di Kota Depok, Jakarta akan terhindar dari kekeringan di musim kemarau dan tidak kebanjiran di musim hujan.
Sumber : Kompas, Rabu, 6 Desember 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment