Kopi untuk Obati Luka
Oleh : Yenti Aprianti
Kopi tidak hanya nikmat diminum pagi atau sore hari, tetapi manjur untuk menyembuhkan luka dengan cepat dan tanpa infeksi. Hendro Sudjono Yuwono MD, PhD (59) telah dua tahun meneliti kopi untuk menyembuhkan luka.
Dokter ahli bedah pembuluh darah tepi di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung, sekaligus dosen di Fakultas Kedokteran Umum Universitas Padjadjaran (FKU Unpad), Bandung, ini mulai tertarik meneliti kopi karena beberapa pasiennya datang dengan luka telah ditaburi kopi.
Kopi mereka jadikan obat penanganan pertama pada kecelakaan. Setelah diperiksa, luka yang ditaburi kopi tidak menimbulkan infeksi. Hendro pun mulai memutar memorinya tentang kopi. Bertahun-tahun sebelumnya ia pernah mendapat informasi bahwa kopi digunakan sebagai obat penyembuh luka oleh masyarakat di perkebunan-perkebunan kopi. Untuk memastikan kebenaran informasi itu, Hendro mulai mencari berbagai literatur.
"Mencari literatur tentang kopi di perpustakaan sulit sekali, tetapi keingintahuan saya terpuaskan setelah membaca berbagai artikel di internet," ujar Hendro.
Menurut sebuah literatur, kata Hendro, mengobati luka dengan kopi sudah dilakukan oleh berbagai masyarakat di dunia seperti Myanmar dan masyarakat di Asia Timur Jauh sejak tahun 1900-an.
Pengetahuannya tentang kopi sebagai obat untuk luka dibuktikan di laboratorium. Ia menggunakan tikus sebagai binatang percobaan untuk membuktikan bahwa kopi bisa menyembuhkan luka. Setelah berhasil, ia mengajak beberapa mahasiswanya untuk meneliti kopi untuk menyembuhkan luka bakar pada marmot.
Dari penelitian ditemukan bahwa kopi memiliki antibakteri yang sangat kuat pada Methicillin Resistant Starhylococcus Aureus (MRSA) atau bakteri yang sering dijumpai pada luka bernanah. Kopi juga memiliki zat yang langsung membunuh bakteri.
Biasanya untuk pengobatan luka menahun digunakan larutan garamisin, tetapi dengan larutan ini luka menjadi basah dan agak lama sembuh. Sementara dengan pengobatan menggunakan kopi, luka juga cepat kering, tidak berbau amis, tidak mengundang lalat, dan tidak menimbulkan infeksi. Luka menahun salah satunya terjadi pada orang yang menderita diabetes.
Penyembuhan luka dengan kopi dinilai bermanfaat karena tidak beracun, murah, dan mudah. Murah karena harga satu ons kopi hanya berkisar Rp 3.000. Untuk menyembuhkan luka berdiameter lima sentimeter hanya dibutuhkan 1/10 ons kopi. "Semua orang bisa menyembuhkan luka dengan mudah dan murah," tutur Hendro.
Kopi ini bisa digunakan untuk mengobati luka serut, luka bakar, atau luka sayat akibat kecelakaan, penyakit diabetes, atau penyakit buerger (luka yang dikendalikan faktor bakat/genetik, diderita oleh lelaki muda, biasanya dipicu oleh rokok).
Terapi dilakukan dengan cara menaburkan kopi pada luka. Diusahakan luka tetap kering. Jika dibutuhkan, misalnya saat mandi dan lainnya, luka yang ditaburi kopi bisa ditutup dengan plastik. Karena tidak mengundang lalat dan infeksi, luka tidak perlu dibalut perban sehingga penderita menjadi lebih nyaman. Sementara pada luka sayat, karena ada jarak antarkulit, biasanya terapi kopi dilakukan setelah luka dijahit.
Hingga kini dosen teladan FKU Unpad tahun 1996 ini masih terus meneliti mengenai kopi, terutama untuk mengetahui mekanisme kopi menyembuhkan luka dan bagaimana kopi bisa mempercepat pertumbuhan epitelium atau sel di permukaan kulit. Kopi yang digunakan dalam penelitiannya adalah kopi robusta. Kopi ini memilki kadar antioksidan dan kofein yang tinggi.
"Kemungkinan penelitiannya akan berakhir pertengahan tahun ini," ujar dokter bedah yang meminum kopi dua atau tiga kali seminggu ini.
Asisten ayah
Ketertarikan suami dari Agustin Widyastuti Soewito dan ayah dari Hyto Subodo Pratiyakso (25) dan Hawani Sasmaya Prameswaru (21) ini terhadap dunia bedah sudah timbul sejak kecil. Hendro mengaku sering melihat ayahnya melakukan operasi kecil di klinik yang terletak di paviliun rumah keluarga mereka di Jalan Sumur Bandung.
Sejak kecil, anak keempat dari tujuh bersaudara ini tidak pernah ngeri atau takut melihat darah dan luka, sekalipun luka menganga. Ayahnya, Yuwono, yang berprofesi sebagai dokter bedah, sering didatangi orang-orang yang ingin disunat hingga yang mengalami luka serius akibat kecelakaan lalu lintas.
"Bagi saya, luka itu sesuatu yang harus diobati," ucap Hendro yang sejak tahun 1965 meneruskan pendidikannya di FKU Unpad hingga lulus tahun 1975.
Suatu hari, saat sudah menjadi mahasiswa, datang beberapa orang menggotong seorang lelaki muda yang mengalami kecelakaan lalu lintas. Lelaki muda tersebut terus mengerang kesakitan karena merasakan sakitnya luka di tubuhnya. Ayahnya segera menangani pasien tersebut.
Selama operasi dilakukan, untuk pertama kali Hendro menjadi asisten ayahnya di ruang operasi. Tugasnya sederhana, mengambil beberapa alat operasi yang dibutuhkan ayahnya. Setelah itu Hendro makin sering mendampingi ayahnya merawat pasien.
Hendro kemudian mendalami ilmu bedah umum di FKU Unpad pada tahun 1981-1985. Setelah menjadi ahli bedah umum, Hendro ditugasi di RSHS dan Unpad untuk mempelajari ilmu bedah di Universitas Amsterdam, Belanda. Setelah mengambil spesialisasi tersebut, tanpa sempat pulang ia meneruskan pendidikan strata tiga di ilmu bedah pembuluh darah tepi di Leiden, Belanda.
Saat itu belum ada ahli bedah pembuluh darah tepi di Bandung. Di Indonesia ahli bidang tersebut hanya ada dua orang, semua dokter dari Universitas Indonesia yang bertugas di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Kini, dalam kegiatannya sebagai dokter bedah, Hendro sering menggunakan kopi untuk menyembuhkan berbagai luka, terutama luka-luka yang menahun. Penggunaan kopi untuk terapi luka sudah disetujui oleh Komite Etika Penelitian FKU Unpad dan RSHS, Bandung.
Pengobatan luka dengan kopi terus disosialisasikan Hendro melalui berbagai jurnal dan pertemuan ilmiah para tenaga medis.
Sumber : Kompas, Senin, 8 Mei 2006
Jun 18, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment