Glenn Fredly, Sukses Menuruti Kata Hati
Oleh : Dahono Fitrianto
Dengarkan...
Dengarkan lagu...
Lagu ini... melodi rintihan hati ini
Kisah kita berakhir di Januari
ITULAH sepenggal lirik lagu Januari yang dibawakan Glenn Fredly. Lagu yang menggambarkan kepedihan hati seorang laki-laki karena harus berpisah dengan kekasihnya tersebut diyakini terinspirasi kisah kehidupan Glenn yang sesungguhnya.
Namun, kata demi kata yang tertuang dalam lagu itu sama sekali bukan sebuah akhir dari kisah perjalanan Glenn Fredly Deviano Latuihamallo. Lagu itu justru menjadi titik awal perjalanan yang membawa lelaki kelahiran Jakarta, 30 September 1975, itu menjadi penyanyi pop pria terpopuler di Indonesia saat ini.
Lagu itu juga yang kemudian terpilih untuk dinyanyikan berduet dengan saksofonis dunia Kenny G dan dimasukkan dalam album terbarunya, At Last... The Duets Album, yang diedarkan di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam mulai 8 April lalu.
Di Taiwan, Sabtu (9/4/2005) lalu, Glenn mendapat kesempatan tampil secara langsung melantunkan Januari dengan iringan tiupan saksofon Kenny G di panggung Red Theater, Taipei. Ratusan penonton terpana kagum menyaksikan penampilan mereka meski tidak tahu arti kata-kata dalam lagu itu.
Momen tersebut menjadi satu tahapan sukses lain dari perjalanan karier Glenn, setelah album ketiganya, Selamat Pagi Dunia, yang diluncurkan April 2003 lalu mencetak sukses dengan laku terjual hingga 700.000 kopi.
GLENN Fredly terlahir dari pasangan Hengki David Latuihamallo dan Linda Mirna Siahaya, pasangan asli Ambon yang lama menetap di Jakarta. Sejak awal Glenn kecil sudah dekat dengan dunia musik karena aktif menyanyi di gereja.
Adalah opanya dari pihak ibu, Gustaf Siahaya, yang sejak awal telah melihat bakat tarik suara lelaki berkulit hitam ini.
"Beberapa waktu sebelum meninggal dunia, Opa berpesan kepada saya untuk menekuni musik dan nyanyi. Menurut beliau, lewat musik saya akan selalu menemukan hal yang baru dan pada akhirnya akan menemukan siapa saya sebenarnya," kata Glenn.
Gustaf juga yang mendorong orangtua Glenn untuk mengikutsertakan anak tersebut dalam berbagai lomba menyanyi. Hasilnya, dalam usia belum genap 10 tahun dan masih duduk di bangku kelas IV SD Tirtamartha, Glenn telah meraih juara I lomba menyanyi yang digelar Yayasan Musik Indonesia dan menjuarai lomba menyanyi Vini Vidi Vici yang diselenggarakan Sekolah Musik Yamaha.
Perjalanannya di dunia industri musik Indonesia mulai terbuka setelah ia meraih hadiah utama dalam ajang Cipta Pesona Bintang yang digelar stasiun televisi RCTI pada tahun 1992 saat ia masih sekolah di SMA YPK Wijaya. Meski begitu, keinginan Glenn untuk masuk dapur rekaman harus ditahan karena berulang kali ia ditolak oleh berbagai perusahaan rekaman. "Saya waktu itu masih ragu apakah benar-benar ingin meneruskan karier di dunia musik atau tidak," tuturnya.
Sampai akhirnya pada tahun 1995, saat ia duduk di kelas III SMA, bakat Glenn terlihat oleh Mus Mujiono dan Yance Manusama, dua musisi yang sedang ingin membentuk band. Glenn langsung direkrut menjadi vokalis band bernama Funk Section yang beranggotakan Mus Mujiono, Inang Masalo, Yance Manusama, Eka Bhakti, dan Irvan Chesmala.
Itulah pertama kali publik mendengar nama Glenn di pentas musik pop. Lewat dua lagunya, Terpesona dan Pantai Cinta, Glenn bersama Funk Section mencetak hit.
Melalui gaya bermusik band tersebut yang agak jazzy dan karakter vokal Glenn yang sangat R&B, Glenn dengan cepat mengumpulkan penggemar.
Selepas dari band itu, Glenn kembali menempuh jalur solo. Rentang waktu tiga tahun setelah itu ia isi dengan menyanyi di berbagai festival dan mengisi acara TV di samping menekuni kuliahnya di Fakultas Komunikasi Universitas Moestopo Beragama, Jakarta.
Baru pada tahun 1998 Glenn berhasil menyelesaikan album pertamanya berjudul Glenn di bawah label Sony Music. Dua lagu dari album ini, Cukup Sudah dan Kau, sempat menjadi singel yang populer dan albumnya meraih angka penjualan 80.000 kopi.
Dua tahun kemudian ia menelurkan album keduanya, Kembali, yang mencatat penjualan hingga 60.000 kopi dan menampilkan singel hit Kasih Putih.
Daya tarik Glenn saat tampil di panggung juga dipandang layak untuk disandingkan dengan aksi panggung artis-artis internasional. Ia pernah menjadi penampil pembuka konser Enrique Iglesias di Jakarta tahun 2004 lalu. Kemudian pada Jakarta International Java Jazz Festival di Jakarta pada bulan Maret lalu, ia duet sepanggung dengan George Duke.
Peraih dua penghargaan Anugerah Musik Indonesia (AMI) Award itu juga memenangi beberapa penghargaan internasional, seperti Anugerah Industry Music Malaysia dan Planet Musik Award Singapura.
SAAT masih dalam masa promosi album keduanya, tepatnya pada bulan Januari 2002, datanglah cerita sedih itu. Kisah cinta Glenn dengan sesama penyanyi dari sebuah grup vokal yang juga sedang populer waktu itu tiba-tiba harus putus setelah dijalin selama delapan tahun lebih. "Glenn benar-benar hancur waktu itu...," kenang seorang teman terdekatnya.
Namun, ternyata di balik perpisahan itu, ada sebuah rencana lain baginya. Kesedihan hati karena harus berpisah dengan kekasih justru menjadi lautan inspirasi baginya untuk menciptakan karya-karya terbaiknya.
Tiga lagu paling populer dari album Selamat Pagi Dunia, yakni Januari, Sekali Ini Saja, dan Sedih Tak Berujung (dalam versi album kemas ulang), berlatar belakang suasana putus cinta yang tampil dengan sangat menyentuh. "Saya tidak pernah berpikir Januari atau lagu- lagu lainnya itu sebagai masterpiece, karya terbaik saya. Saya hanya menuruti isi hati saya saja dan menuangkannya dalam bentuk lagu, tidak lebih," ujarnya.
Menyimak kembali perjalanan hidup anak muda ini, ada kutipan menarik yang ditulisnya sendiri di website pribadinya, www.glennfredly.com, "Apa yang tercipta merupakan jawaban dari putaran waktu yang Tuhan telah sediakan buat G... emosi, ego, luapan tawa, tetes air mata, impian, semua lebur jadi satu, menjadi sebuah pengakuan yang penuh arti buat perjalanan hidup G..."
Sumber : Kompas, Selasa, 19 April 2005
Jun 28, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment