Jun 28, 2009

Dradjat Hoedayanto, "Otak" Tol Cipularang

Dradjat Hoedayanto, "Otak" Tol Cipularang
Oleh : Dwi Bayu Radius

APA yang terlintas dalam kepala Ketua Tim Ahli Teknis Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang Dradjat Hoedayanto ketika diminta sarannya dalam pembangunan jembatan tol tertinggi dan terpanjang di Indonesia? Menimbang waktu pembangunan yang sangat terbatas, sekitar satu tahun, tanpa ragu dia mengutarakan, kecepatan dan kesederhanaan fondasi adalah kunci utama.

NAMUN, pembangunan jembatan tol yang dikenal dengan nama Tol Cipularang ini tidak semudah yang dibayangkan. Dradjat dan rekan-rekan timnya harus menghadapi medan berat berbukit-bukit, lembah di proyek sepanjang 40 kilometer itu. Bahkan, di salah satu lembah di Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung, diperlukan pembangunan jembatan dengan tinggi tiang 60 meter di Jembatan Cikubang.

Di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung, Dradjat kembali harus merencanakan jembatan tol dengan panjang sekitar 700 meter, yang disebut Jembatan Cipada. Kedua bangunan itu sampai saat ini merupakan jembatan jalan tol tertinggi dan terpanjang di Indonesia dengan masa pakai minimum 75 tahun.

"Di samping masalah konstruksi tiang itu sendiri, kesulitan yang dialami adalah akses menuju daerah pelaksanaan pembangunan. Setelah dirundingkan, jembatan yang sesuai haruslah sederhana dengan menggunakan I-girder (balok beton berbentuk huruf I) yang di-prestress," kata Dradjat.

Antisipasi untuk kendala pembangunan tiang Jembatan Cikubang yang tinggi dilakukan dengan mendatangkan alat launcher. Alat dari Italia itu baru pertama kali dipakai di Indonesia karena crane yang sebelumnya dipakai hanya mampu mencapai ketinggian sekitar 40 meter.

KESULITAN lain adalah berlakunya Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai bangunan tahan gempa yang ditetapkan tahun 2003. Dalam SNI itu disebutkan, desain bangunan harus didasarkan pada beban gempa yang periode ulangnya mencapai 500 tahun. Pada tahun-tahun sebelumnya, periode ulang gempa yang ditetapkan hanya 200 tahun.

Selain itu, Dradjat merekomendasikan agar standar American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) tahun 2004 diberlakukan. Standar dari Amerika Serikat tentang pembangunan jembatan itu merefleksikan studi-studi terakhir berdasarkan kerusakan jembatan akibat gempa di kota Northridge, Amerika Serikat, tahun 1994 dan Kobe, Jepang, tahun 1995. Setelah dua bencana besar itu terjadi, kata Dradjat, banyak perubahan standar gempa di dunia.

Beratnya pekerjaan itu membuat Dradjat membentuk satu tim yang terdiri dari sembilan insinyur teknik sipil bagian struktur dan lebih kurang enam insinyur dari departemen teknik lain. Tim yang seluruh anggotanya berasal dari Institut Teknologi Bandung (ITB) itu dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok struktur yang menangani jembatan dan kelompok geoteknik yang mengawasi serta memberi masukan terhadap pekerjaan timbunan dan galian.

Pekerjaan itu dianggap sulit karena selain timbunan dan galian di sebagian proyek yang cukup tinggi atau dalam- masing-masing mencapai 30 meter-faktor cuaca dan lingkungan juga sangat memengaruhi. Hujan deras yang turun terus-menerus, misalnya, mengakibatkan timbunan di daerah Pasir Honje dan Cikarentong, Kabupaten Bandung, menjadi longsor.

Standar SNI dan AASHTO yang direkomendasikan itu membuat keterlibatan Dradjat dan rekan-rekannya semakin jauh ketika mereka akhirnya menjadi bagian dari perencana Tol Cipularang. Pasalnya, kontraktor merasa kesulitan apabila harus menerapkan kedua standar itu sehingga Dradjat dan timnya harus ikut berpartisipasi sebagai perencana.

KETERBATASAN waktu memaksa tim itu harus merencanakan sambil membangun secara paralel dengan sistem simultan. Artinya, pekerjaan dibagi-bagi kepada setiap orang yang berkompeten dan bagian yang selesai direncanakan langsung dikerjakan sambil terus merencanakan bagian akhir yang belum selesai.

Oleh karena itu, jangan harapkan jembatan tersebut merupakan suatu bangunan yang berseni. Dradjat mengakui, empat jembatan dalam proyek Cipularang, yaitu Cikubang, Cipada, Ciujung, dan Cisomang, merupakan jembatan yang biasa-biasa saja dari segi keindahan desain. Proyek tersebut lebih memprioritaskan faktor keamanan ketimbang soal keindahan dari segi desain.

Dradjat pertama kali dihubungi pihak PT Jasa Marga untuk membantu proses lelang jembatan yang akan dibangun di proyek Tol Cipularang pada tahun 2004. Ada beberapa tipe jembatan yang diusulkan kontraktor dan bentuk bangunan itu diputuskan setelah mendapat masukan dari Dradjat.

"Jadi pada waktu itu saya diminta menentukan konsep tipe jembatannya agar dalam waktu terbatas dapat sekaligus memenuhi persyaratan teknis dan waktu dengan biaya seefisien mungkin," katanya.

Dradjat sehari-hari bekerja sebagai Kepala Laboratorium Struktur dan Material serta pengajar di Departemen Teknik Sipil ITB. Dia mengenyam pendidikan sarjananya di ITB dari tahun 1962 sampai 1971.

Masa pendidikan yang lama itu, diakui Dradjat, tidak terlepas dari suasana politik yang tengah memanas karena peristiwa Gerakan 30 September. Kegiatan kuliah di ITB pada waktu itu sempat diliburkan selama lebih dari satu tahun.

Setahun setelah itu, orangtua Dradjat memutuskan pensiun sehingga dia harus bekerja dan itu mengganggu proses perkuliahannya. Setelah lulus sarjana, Dradjat langsung bekerja sebagai dosen di almamaternya sendiri.

Dibiayai ITB, Dradjat memperoleh gelar master dalam bidang struktur di Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand, tahun 1974. Gelar doktor di bidang civil engineering diraihnya di University of Illinois, Amerika Serikat, tahun 1983.

"Memilih teknik sipil itu keputusan setelah saya lulus SMA. Tapi, kalau ditanya kenapa memilih teknik sipil, saya sendiri juga sudah lupa," kata Dradjat yang lahir pada 14 Desember 1944 di Kediri, Jawa Timur.

BAPAK dari Wahyuning Hoedayanti, Arya Kurniawan Hoedayanto, dan Satria Kurniawan Hoedayanto ini mengakui tidak ada dukungan yang istimewa selama mengerjakan Tol Cipularang karena itu merupakan bagian dari pekerjaan sehari-hari. "Kalau ada kesibukan yang membuat saya bekerja sampai larut malam, itu adalah hal yang biasa," ujarnya.

Sumber : Kompas, Rabu, 20 April 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks