Jun 28, 2009

George Alan O'Dowd : Boy George, Saya Bukan Penyanyi!

Boy George: Saya Bukan Penyanyi!
Oleh : XAR

Karma karma karma karma karma chameleon
You come and go, you come and go
Loving would be easy if your colors were like my dream
Red gold and green, red gold and green...

***

ITU adalah refrein lagu Karma Chameleon yang dipopulerkan Boy George (43) bersama band asal Inggris, Culture Club, pada awal era 1980-an. Boy George pada Kamis (12/5/2005) lalu datang ke Jakarta tidak dalam kapasitasnya sebagai penyanyi. Kali ini ia tampil sebagai disc jockey (DJ). Pria kelahiran Kent, Inggris, 14 Juni 1961, itu tampil dalam acara Grand Opening Hard Rock Cafe Jakarta, yang kini berpindah tempat baru di Plaza Indonesia Entertainment X’nter, yang lebih dikenal sebagai EX-dibaca i-eks.

Kepada media yang hendak melakukan wawancara khusus, pihak manajemen Boy George meminta daftar pertanyaan terlebih dahulu. Termasuk sederet pertanyaan yang diajukan Kompas yang kemudian ada dua biji yang tercoret. Pertanyaan tersebut sebenarnya termasuk "wajib", yaitu menyangkut ihwal cara berpakaian dan dandanan Boy George yang mirip perempuan.

Penyanyi bernama asli George Alan O’Dowd itu sejak remaja memang suka bereksperimen dengan apa yang disebut cross-dressing, atau penampilan mirip-mirip perempuan, termasuk busana, tata rambut, alis mata, bedak, sampai pemerah bibir. Gaya androgynous semacam itulah yang ikut mengangkat nama kelompok Culture Club, di mana Boy George menjadi vokalis utama. Penampilan George menjadi sorotan media massa, terutama majalah mode era 1980-an.

Di Jakarta, Boy George tidak tampil "ayu" seperti di zaman Culture Club. Lelaki bertinggi 183 sentimeter itu malah tampak kekar dan terkesan sangar dengan tato di belakang telinga dan seputar tengkuk. Sebagai DJ, dia tampil di belakang turntables, meja pemutar piringan hitam, untuk menyemangati massa berjoget.

Ber-DJ bukanlah aktivitas baru bagi George. Sejak umur tujuh belas tahun, atau jauh hari sebelum dikenal sebagai vokalis Culture Club, George telah berkarier sebagai DJ di London, Inggris. Aktivitas itu menyurut seturut kiprah George sebagai personel Culture Club sejak tahun 1981. Grup yang kini telah bubar itu mampu menjual jutaan album.

KARIER Boy George di belantika musik adalah perjalanan seorang penyuka musik yang mengalir tanpa beban. Bagi Boy George, menjadi DJ, penyanyi, atau penulis lagu bukanlah suatu karier. Bagi dia, itu semua merupakan aliran hidup yang dijalani dengan rasa sukacita.

"Saya tidak mempunyai karier. Saya bukan penyanyi, bukan DJ. Saya hanya melakukan sesuatu yang saya sukai. Saya beruntung karena mendapat bayaran dari kesenangan yang saya lakukan itu. Saya tidak melihat DJ atau menyanyi itu sebagai job atau karier," kata Boy George yang ditemui di Plaza Indonesia.

Jika kemudian dengan gaya mengalir dalam kesenangan itu menjadikan dia terkenal, maka itu bukan sesuatu yang dirancang atau dicita-citakan sejak awal. Ia menceritakan tentang orang- orang terkenal yang sukses karena kehidupan mereka berputar pada suatu kesenangan. Begitu juga apa yang dilakukan George tak lebih dari menekuni sesuatu yang ia sukai, yang kebetulan berupa kegiatan bermusik. Sebagai remaja, pada era akhir 1970-an George sekadar menuruti kata hati ingin main band. Ia dan kelompoknya lalu ingin rekaman.

"Jika kemudian saya dikenal orang, maka sebenarnya itu benar-benar suatu accident, kecelakaan, ha-ha...," kata George. "Ini berbeda dengan apa yang terjadi saat ini seperti pada acara American Idol atau acara pencarian bakat (talent show) lain. Dari awal mereka sudah mempunyai ekspektasi yang lebih besar ketimbang saya dulu. Mereka mempunyai langkah-langkah yang jelas untuk menjadi terkenal, sukses, dan kaya. Sedangkan kami hanyalah orang yang menjalani kesenangan tanpa harapan muluk," lanjut George.

"Kami tidak pernah punya bayangan akan membuat rekaman yang kata orang berhasil seperti It’s A Miracle. Kami hanya berniat membuat rekaman semampu kami, tapi yang terjadi setelah itu benar-benar suatu kejutan," kata George.

Dalam perjalanan sederhana yang menyenangkan itu, George tidak mengenal istilah seperti sukses, puncak karier, masa jaya, ataupun ke-superstar-an, lengser, dan sejenisnya. Sebutan-sebutan semacam itu tercipta dari kerangka pemikiran komersial di mana sukses diukur dengan angka; di mana popularitas ditakar dengan liputan media. Sedangkan kesenangan dan kecintaan bermusik itu tidak mengenal istilah jaya atau sukses. Kesenangan dan kecintaan pada musik itu tidak pernah pensiun.

"Banyak orang hanya ingin terkenal tanpa memahami mengapa mereka ingin terkenal," George.

Ia teringat ketika Culture Club mulai sangat terkenal pada album ketiga. Media tidak lagi membicarakan musik mereka saja, tapi juga kehidupan pribadi. George memetik pelajaran bahwa ketenaran bisa membuat orang mengabdi pada ketenaran itu sendiri dan lupa pada hakikat berkarya.

MENJADI DJ bagi George bukanlah perpindahan karier. Ia tidak melihat aktivitas menyanyi dan men-DJ sebagai sesuatu yang berlawanan. Keduanya sama-sama berada dalam wilayah musik. Yang berbeda, kata George, hanyalah distribusi emosi. Sebagai penyanyi, ia bisa langsung mengungkapkan emosi dalam lagu. Dalam konser, ia bisa memainkan beragam emosi massa. Di konser ia bisa membuat orang menangis, tertawa, atau nyanyi bersama.

Sebagai DJ, emosi itu tersalur lewat medium di luar pita suara. Ia pun hanya terbatas untuk membuat orang terus-menerus menari, berlonjak-lonjak, atau sekadar bergoyang-goyang ringan.

"Tapi masih ada ruang untuk berekspresi dalam DJ. Apa yang saya lakukan dalam ber-DJ itu merupakan ekspresi tentang siapa saya. Pilihan sound yang saya mainkan itu adalah ekspresi saya dan akan tersambung ke orang lain yang menikmati di lantai dansa," katanya.

Apa pun posisinya, sejauh itu berkaitan dengan musik, Boy George bisa menjalani dengan penuh sukacita.

"Musik itu medium yang mengagumkan untuk mengekspresikan rasa gembira, sedih, optimisme, dan banyak lagi. Ia merupakan komunikator universal yang tidak dibatasi bahasa atau kebangsaan. Rentak, lagu, dan melodi akan menyatukan orang di mana pun yang mendengarnya," ujar Boy George. (XAR)

Sumber : Kompas, Sabtu, 14 Mei 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks