Jun 28, 2009

Anthony Charles Lynton Blair

Persona : Anthony Charles Lynton Blair
Oleh : L Sastra Wijaya*

"Melihat suara-suara yang meminta Tony Blair mengundurkan diri, suasana ini seolah-olah seperti Partai Buruh kalah di pemilihan parlemen," demikian suara dari kubu Tony Blair mempertanyakan logika yang ditampilkan oleh media dan musuh politiknya.

Padahal kenyataannya, sebenarnya sangat terbalik. Tony Blair baru saja membawa Partai Buruh menciptakan sejarah sebagai perdana menteri pertama Inggris dari partai tersebut yang berkuasa tiga kali berturut-turut.

Inilah politik Inggris, yang serba kompleks, dan sekaligus dinamis.

Apakah Tony Blair yang membawa Partai Buruh menang? Sebagian mengatakan justru dialah penyebab Partai Buruh kehilangan mayoritas dari 160 kursi menjadi 67 kursi saja.

Sebelum pemilu dimulai, semua jajak pendapat meramal bahwa Partai Buruh akan memenangi pemilu.

Faktor Perang Irak pada akhirnya menjadi satu-satunya faktor yang memisahkan antarpartai, dan bagi Partai Buruh, kredibilitas Tony Blair-lah yang dipertaruhkan karena dia secara pribadi mendukung perang Irak.

"Irak menjadi faktor, namun ini adalah bagian lebih luas atas hilangnya kepercayaan terhadap Blair," kata anggota parlemen dari Liberal Demokrat, Sarah Teather.

Pemilu 2005 ini seperti menjadi referendum bagi kepemimpinan Tony Blair, dan itu sebabnya banyak kalangan Partai Buruh sendiri meminta dia agar segera mundur atau paling tidak menentukan jadwal pasti kapan dia akan mundur.

Sejak memerintah pertama kali pada tahun 1997, sampai delapan tahun kemudian, Tony Blair perlahan namun pasti membuat "permusuhan" dengan para anggota parlemennya sendiri.

Penentangan dari kalangan dalam lebih membuat masalah bagi Blair dibandingkan dengan tantangan dari kubu oposisi. Semasa menjabat, Blair sudah melihat empat kali pergantian Ketua Partai Konservatif, yaitu John Major, William Hague, Ian Duncan Smith, dan Michael Howard.

Partai oposisi utama ini juga dilanda masalah internal, pertikaian antarpara anggota, kebanyakan pada garis apakah mereka harus berintegrasi dengan Eropa atau tidak.

Di Inggris dikenal sebutan back benchers, yang arti sebenarnya adalah kursi belakang. Sebutan ini merujuk pada para anggota parlemen yang duduk di bagian belakang, anggota parlemen yang tidak mendapat jabatan apa pun dalam pemerintahan. Mereka menjadi penting kalau ada pemungutan suara yang memerlukan mayoritas. Namun, suara mereka sulit dipegang dan banyak yang tidak menyukai gaya pemerintahan Blair.

Di antara mereka terdapat nama-nama "kelas berat" seperti mantan Menteri Luar Negeri Robin Cook, mantan Menteri Olahraga Kate Hoey, mantan Menteri Pembangunan Internasional Clare Short, dan mantan Menteri Kesehatan Frank Dobson.

Belum lagi tentangan dari para anggota parlemen yang sudah lebih lama menjabat dari Blair. Mereka yang tidak mendapatkan kesempatan menjadi anggota kabinet karena terlalu tua, namun sangat populer di daerah pemilihan masing-masing.

Dengan suara mayoritas yang tinggal 67, diperlukan pembelotan sekitar 35 anggota parlemen saja untuk membuat pemerintah kalah dalam meloloskan undang-undang.

Sebagian besar "musuh" Tony Blair ini berasal dari Perang Irak.

Sebagian mundur, membelot, atau dipecat, termasuk George Galloway yang memenangi suara di daerah pemilihan di London Bethnal Green dan Bow, mengalahkan calon dari Partai Buruh sendiri.

Kalangan yang lain berasal dari apa yang disebut old labour (buruh lama). Banyak di antara mereka sudah menjadi anggota parlemen lebih lama daripada Tony Blair.

Mereka mewakili nilai-nilai yang ditinggalkan oleh Tony Blair dan generasinya yang kemudian menyebut diri mereka dan partai sebagai Buruh yang baru (New Labour).

Anthony Charles Lynton Blair lahir 6 Mei 1953 di Edinburgh (Skotlandia), namun dia dibesarkan di kota Durham, yang tidak jauh dari perbatasan dengan Skotlandia.

Kota besar terdekat dengan Durham adalah Newcastle sehingga tidak mengherankan ketika tumbuh Blair mendukung tim bola Newcastle United.

Salah satu gambar yang paling terkenal adalah ketika Blair saling menanduk bola dengan Pelatih Newcastle United-saat itu Kevin Keegan-ketika Blair baru menjadi perdana menteri di tahun 1997.

Blair lulus di bidang hukum dari salah satu universitas paling bergengsi di Inggris, Oxford. Pada masa kuliah ia membentuk sebuah band bernama Ugly Rumours, di mana dia main sebagai gitaris.

Di sinilah dia bertemu dengan calon istrinya, Cheerie Booth-mereka menikah pada tahun 1980-yang juga menempuh pendidikan di bidang yang sama. Cheerie sampai sekarang masih berkedudukan sebagai pengacara di bidang hukum hak asasi manusia, dan satu-satunya istri perdana menteri yang bekerja penuh waktu saat suaminya menjabat.

Mereka memiliki empat putra, Euan, Nicky, Kathryn, dan Leo. Keluarga Blair mencetak rekor baru sebagai perdana menteri pertama dalam 150 tahun terakhir yang memiliki putra saat menjabat. Leo lahir pada tahun 2000 di saat Tony Blair menduduki jabatan di masa kedua.

Walaupun keduanya bekerja penuh waktu dan tinggal di kediaman resmi Downing Street No 10, keluarga Blair tak mendapatkan banyak liputan dari media, dari sisi skandal. Yang paling "menarik" hanyalah ketika putra sulungnya, Euan, ditemukan tertidur di sebuah taman karena mabuk selepas menghadiri pesta perpisahan teman sekolahnya.

Blair menjadi anggota parlemen pertama kali pada tahun 1983. Ini adalah usahanya yang kedua setelah sebelumnya dalam pemilihan sela di Beaconfields, Blair tidak mendapatkan kursi.

Blair masuk dalam pemilihan tahun 1983 dari daerah pemilihan Sedgefield, tidak jauh dari daerah di mana dia dibesarkan di Durham.

Tahun 1983 itu Margaret Thatcher baru saja memenangi pemilu yang kedua bagi Partai Konservatif. Ketika berkuasa kemudian, Blair dituduh dijalankan oleh Thatcher.

Kenaikan Blair ke tampuk pemimpin Partai Buruh baru tercapai 11 tahun kemudian pada tahun 1994, menyusul meninggalnya pemimpin Partai Buruh John Smith secara mendadak.

Dalam pemilihan ketua yang baru, Blair mengalahkan dua calon lainnya, John Prescott yang sekarang menjadi Wakil Perdana Menteri dan Margaret Beckett, Menteri Lingkungan.

Prescott dan Beckett ketika itu sudah dianggap tokoh tua, dan dari kalangan muda calon yang kuat adalah Blair dan Menteri Keuangan saat ini, Gordon Brown.

Yang menarik di periode ini adalah hubungan antara Blair, Brown, dan Peter Mandelson, yang sekarang menjadi Komisioner Uni Eropa Urusan Perdagangan.

Mandelson ketika itu adalah salah seorang pembantu dekat Gordon Brown, namun bergabung dengan kubu Blair yang lebih punya peluang. Guna mendapatkan dukungan dari kubu Brown, Blair dan Brown bertemu secara pribadi di sebuah restoran Italia di London. Blair menjanjikan Brown jabatan Menteri Keuangan.

Isi dari pertemuan tersebut sampai sekarang terus menjadi spekulasi, yang sampai pernah dijadikan film televisi, dan berbagai buku yang membahas politik Inggris.

Apa kebijakan utama Tony Blair yang membuatnya terpilih pertama kali pada tahun 1997?

Sebagian pihak mengatakan kemenangan mutlak Partai Buruh ketika itu dengan mayoritas 190 kursi lebih disebabkan oleh kejenuhan warga dengan pemerintah Partai Konservatif.

Saat itu dalam pemerintahan pimpinan Perdana Menteri John Major banyak terjadi perseteruan antarsesama anggota parlemen.

Sebenarnya dua pemimpin Partai Buruh sebelum Blair, Neil Kinnock dan John Smith, sudah mulai membawa partai tersebut dari berhaluan kiri ke tengah.

Namun Blair bersama pembaru partai seperti Brown dan Mandelson yang secara tegas menyebut partai mereka sebagai New Labour (Buruh Baru).

Salah satu pencapaian besar New Labour adalah menghapus Klausa IV dalam konstitusi partai tersebut, yang membuat partai tersebut tidak menentang kepemilikan publik. Ini sama seperti yang dilakukan oleh Margaret Thatcher ketika dia menswastanisasikan banyak perusahaan negara di awal masa pemerintahannya. Usaha itu menandai matinya serikat buruh yang sebelumnya amat "berkuasa".

Tony Blair memastikan lagi bahwa ketika Partai Buruh kembali berkuasa, mereka tidak lagi kembali ke model-model seperti tahun 1970-an.

Dalam masalah transportasi, khususnya kereta api, masalah kepemilikan swasta ini tidaklah membuat keadaan jadi lebih baik. Banyak keluhan misalnya kereta masih penuh sesak pada saat jam sibuk, sering tiba terlambat, sementara harga karcis tiap tahun terus naik menjadikannya salah satu yang termahal di Eropa.

Dalam tahun-tahun awal masa pemerintahan, Blair lebih banyak berkonsentrasi di dalam negeri.

Namun, peristiwa 11 September 2001 mengubah Blair menjadi politisi dunia. Serangan terhadap Menara Kembar di New York dan di Pentagon bagi Blair adalah serangan teroris terhadap dunia secara keseluruhan.

Peristiwa 11 September juga membuat Blair semakin mendekat dengan Presiden Amerika Serikat George Bush. Persekutuan seorang pemimpin Partai Buruh di Inggris dengan seorang presiden dari Partai Republik di Amerika Serikat boleh disebut hal yang tidak biasa.

Selain kedekatan karena peristiwa 11 September, hubungan yang dekat antara Blair dan Bush bisa dijelaskan dari sisi yang sederhana, usia.

Keduanya ada dalam usia yang hampir sebaya.

Amerika Serikat juga menjadi satu-satunya "mitra strategis" yang tersedia bagi Blair. Dengan keterlibatan mereka dengan Uni Eropa, terutama soal mata uang Euro, masih belum pasti, dan perbedaan usia dengan Kanselir Jerman Gerhard Schroeder dan Presiden Perancis Jacques Chirac, Blair menemukan teman yang bisa diajak bicara dalam diri Presiden Bush.

Dari sisi praktis kebijakan, Blair yang lebih dulu berkuasa memiliki kepentingan strategis. Dengan menjadi "tangan kanan" Bush, Blair berharap dia bisa memberikan masukan penting dalam kebijakan Amerika Serikat, satu-satunya kekuatan adidaya. Bagi Blair adalah lebih baik berada di lingkar dekat sehingga bisa memengaruhi kebijakan mereka.

Akan tetapi, karena kedekatan dan ketidakberdayaan Blair memengaruhi Bush, Blair menjadi santapan empuk para karikaturis. Ia sering digambarkan sebagai tokoh "yang seperti dicocok hidungnya" oleh Bush.

Blair mengharap dukungan dari Bush untuk masalah yang dipentingkan oleh Blair, namun dukungan tersebut tidak juga muncul.

Sebagai ganti mendukung kebijakan Irak, Blair misalnya menghendaki dukungan soal penyelesaian masalah Palestina dengan memberikan tekanan lebih keras kepada Perdana Menteri Israel Ariel Sharon.

Amerika Serikat tidak terlalu antusias dalam masalah ini. Walaupun situasi di Palestina tampak mengalami kemajuan, itu bukanlah karena jasa Blair, tetapi adalah karena meninggalnya Yasser Arafat.

Yang ironis bagi Blair adalah bahwa Perang Irak menjadi masalah politik yang besar baginya dibandingkan dengan Bush di Amerika Serikat, padahal dia adalah tokoh pendamping, bukan tokoh utama.

Para pendukung Buruh secara tradisional bukanlah mereka yang gila perang dan demonstrasi antiperang di Inggris pada tahun 2003 termasuk salah satu yang terbesar di dunia.

Sistem pemerintahan juga berbeda antara Inggris dan Amerika Serikat. Di Inggris, keputusan apa pun yang diambil pemerintah selalu diambil dengan berhati-hati dan dibicarakan dengan saksama di parlemen.

Masuknya pasukan Amerika Serikat ke Irak, jatuhnya Saddam Hussein, dan berbagai persoalan yang ditimbulkannya lebih menimbulkan persoalan bagi Blair.

Terlepas dari Perang Irak, karakter apa yang membuat Blair mampu bertahan sebagai Perdana Menteri untuk masa jabatan ketiga?

Secara umum, bagi para pengkritiknya, Blair dan pemerintahannya paling diingat karena kemampuannya menguasai media. Spin dan PR (public relations) menjadi dua kata kunci yang sering disebut-sebut.

Mantan Direktur Komunikasi Downing Street, Alistair Campbell, dikenal paling agresif untuk memastikan bahwa media mengikuti garis ataupun arah pemberitaan yang dikehendaki oleh Blair. Maka, popularitas Blair sebagai pemimpin sebelum Perang Irak, rata-rata tinggi.

Dari sisi kebijakan, Blair walaupun mendelegasikan perekonomian sepenuhnya di tangan Menteri Keuangan Gordon Brown, berhasil mempertahankan ekonomi dengan stabil.

Ketika mengambil alih kekuasaan pada tahun 1997 dari John Major, ekonomi Inggris memang membaik, dan itu tetap dipertahankan. Gordon Brown dikenal sebagai Iron Chancelor (Menteri Keuangan Bertangan Besi) dengan kebijakan fiskal yang ketat.

Brown dengan ketat mengawasi pengeluaran yang dilakukan oleh berbagai kementerian dan dalam banyak hal Blair memberikan kekuasaan sepenuhnya kepada Brown untuk membuat kebijakan. Blair campur tangan hanya pada kebijakan penting saja.

Keberhasilan utama Blair di dalam negeri adalah kesuksesannya melakukan devolusi, dengan terbentuknya parlemen di Skotlandia dan Wales.

Devolusi ini dengan cepat mematikan aspirasi dari kedua bagian dari Inggris Raya ini untuk merdeka. Mereka mendapatkan kesempatan untuk mengurus masalah di daerah mereka sendiri.

Hal lain adalah menempatkan banyak anggota parlemen wanita. Ketika menang pada tahun 1997, Blair memecahkan rekor menempatkan lebih dari 100 anggota parlemen wanita dari sekitar 646 anggota parlemen.

Keuntungan dari para anggota parlemen wanita ini yang kemudian disebut sebagai Blair’s Babes adalah mereka sangat setia kepada garis pemerintah. Ini sekaligus juga mengubah wajah parlemen, di mana sidang-sidang yang sebelumnya berlangsung sampai malam hari akhirnya diubah sehingga lebih berorientasi kepada jam normal keluarga.

Diskriminasi positif Partai Buruh ini banyak dipuji, walaupun juga banyak yang mengkritik. Jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan anggota parlemen dari Partai Konservatif, yang dalam pemilu tahun 2005, tidak lebih dari 10 orang. Padahal, Partai Buruh menambah jumlah anggota wanitanya menjadi 130 orang.

Namun di salah satu daerah pemilihan di Wales, Blair mendapatkan tamparan karena calon yang menang-seorang laki-laki-membelot dari Partai Buruh karena menentang calon wanita dari partai tersebut.

Keberhasilan Blair terbesar adalah membawa Buruh ke posisi kiri tengah, seperti yang dikatakannya kepada para anggota parlemen baru hari Kamis (12/5/2005).

"Kita menang dari posisi kiri tengah, dan saya sepenuhnya yakin bahwa kita harus tetap berada di sana. Dengan tetap berada di sana, kita akan bisa memaksa Liberal Demokrat dan Konservatif untuk memilih. Konservatif harus memilih apakah mereka akan ke tengah atau ke posisi seperti Thatcher."

"Saya adalah orang yang ingin memberi ruang bergerak bagi Liberal Demokrat, namun sekarang tidak lagi. Liberal Demokrat harus memutuskan apakah mereka ingin suara Buruh atau suara Konservatif," katanya.

Dengan mayoritas lebih sedikit, pemberontakan dari dalam lebih mungkin terjadi. Akankah Blair mengalami nasib yang sama dengan Margaret Thatcher yang praktis "dikudeta" oleh partainya sendiri pada tahun 1991 ?

Banyak faktor yang menentukan masa depan Blair di masa jabatan ketiga ini berada di luar kendalinya. Irak akan tetap jadi masalah dominan, sepanjang keadaan di negeri itu tidak membaik. Referendum Uni Eropa masih harus dijalankan. Berbagai reformasi di dalam negeri, seperti sistem pendidikan dan sistem kesehatan, belum sepenuhnya berhasil.

Banyak pengamat mengatakan Blair akan mengundurkan diri kalau semangatnya untuk menjadi pemimpin sudah tidak ada lagi. Yang lain mengatakan di dalam benaknya dia akan mengincar rekor Thatcher yang memerintah selama 11 tahun.

Blair akan melampaui rekor tersebut bila dia bertahan sampai tahun 2008, hanya setahun sebelum pemilihan umum berikutnya. Bila itu terjadi, pemimpin Partai Buruh berikutnya akan memantapkan posisinya.

"Saya tidak harus menjadi pemimpin yang disukai dan dipuja. Menjadi pemimpin yang dihormati saja sudah cukup," itulah mantra yang disampaikan Blair kepada kalangan dekatnya.

*L Sastra Wijaya, Pembantu Kompas/ Wartawan BBC di London

Sumber : Kompas, Minggu, 15 Mei 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks