Jun 19, 2009

Frank Bruno, Berusaha Keluar dari Gangguan Kejiwaan

Frank Bruno, Berusaha Keluar dari Gangguan Kejiwaan
Oleh : L Sastra Wijaya

Bagi Anda yang mengikuti perkembangan dunia tinju kelas berat, mungkin samar-samar masih mengenal nama Frank Bruno. Tidak, dia tidak akan kembali naik ring lagi di usianya yang ke-43 tahun.

Tidak seperti Evander Holy- field yang masih meramaikan dunia tinju di usianya yang ke-42, Bruno baru saja menerbitkan buku riwayat hidupnya, cerita yang mengharukan mengenai kehidupannya sebagai orang yang pernah didiagnosa menderita sakit jiwa.

Bruno masih menjalani pengobatan, namun dia sudah keluar dari rumah sakit, menjalani kehidupan di rumah, minum obat-obatan yang diharapkannya akan membuatnya bisa mengatasi gangguan mental tersebut.

Tidak mengherankan bila buku Bruno berjudul Frank— sebagai nama depan dan juga artinya terbuka—bercerita jujur mengenai perjuangannya ketika dia mengundurkan diri dari dunia tinju dan kemudian mengalami kepribadian ganda (bipolar disorder)—dulu dikenal dengan istilah manic depression.

Buku ini diterbitkan dua tahun setelah Bruno dibawa ke rumah sakit jiwa Goodmayes dan dia secara resmi dinyatakan sebagai penderita sakit jiwa. Buku ini adalah bacaan yang bermanfaat bagi pencinta buku di Inggris di saat liburan Natal dan Tahun Baru.

Buku ini berisi pengharapan bagi mereka yang menderita sakit jiwa dan keluarganya bahwa menderita gangguan kejiwaan tidaklah berarti harus selalu tinggal di rumah sakit, terkurung dari dunia bebas.

Dunia tinju kelas berat banyak diisi dengan petinju-petinju yang sudah terbiasa dengan kehidupan keras. Contoh paling nyata adalah Mike Tyson yang banyak berurusan dengan pihak berwenang.

Namun, Frank Bruno adalah salah satu olahragawan terpopuler di Inggris. Tidak seperti bintang olahraga lain, kadang mendapatkan cemoohan. Simpati terhadap Bruno tampak tulus.

Selain mengharumkan nama Inggris di dunia tinju, Bruno juga terkenal rendah hati. Dia sering tampil melakukan pantomim dan dikenal memiliki selera humor yang tinggi. Dia tidak malu-malu meledek dirinya sendiri guna menghibur.

Maka, tidak mengherankan ketika tabloid Inggris The Sun menulis Bonkers Bruno Locked Up (Si Edan Bruno ditahan di rumah sakit), banyak pembaca yang marah karena judul berita The Sun tersebut terlalu kasar.

Tabloid ini kemudian melakukan hal yang jarang dilakukannya, meminta maaf, menunjukkan betapa banyaknya simpati yang dicurahkan untuk Bruno.

Apa yang dialami Bruno ini, menurut penuturannya sendiri, adalah hal yang tragis. ”Bagaimana orang seperti saya yang memiliki rumah besar di daerah yang mewah, juara dunia tinju kelas berat, dan memiliki gelar kehormatan Member of The British Empire (MBE) dari Ratu, mengalami hal seperti ini,” kata Bruno dalam buku yang ditulis bersama dengan wartawan The Observer Kevin Mitchell.

Di luar kebiasaan

Dari mana semua gangguan kejiwaan itu berasal? Bila merunut kembali ke belakang, Bruno dengan jelas menyebut tanggal 16 Maret 1996, ketika dia mengundurkan diri dari dunia tinju setelah kalah RSC (referee stop the contest) di ronde ketiga dari Mike Tyson dalam pertandingan di Las Vegas.

Di usia 35 tahun dengan kondisi mata yang terus memburuk, yang sudah dideritanya sejak muda, Bruno memutuskan mengundurkan diri.

Dari situlah masalahnya muncul, hal yang juga banyak dialami oleh para olahragawan lain di Inggris maupun di bagian lain dunia, apa yang harus dilakukan setelah karier mereka berakhir.

Kegiatan rutin yang sudah mereka lakukan sebelumnya selama bertahun-tahun, seperti skipping, lari, dan sparring, bagi Bruno, sekarang sudah tidak harus dilakukan.

”Saya punya rumah bagus. Uang di bank ada jutaan, istri dengan tiga anak. Namun, saya ini pengangguran. Saya merasa sangat kehilangan karena tidak bisa bertinju lagi,” kata Bruno.

Sejak itu gangguan kejiwaannya, menurut dokter yang kemudian merawatnya, mulai muncul. Walaupun Bruno tidak menyadarinya waktu itu.

Banyak tingkah Bruno yang di luar kebiasaan. Misalnya, dia pernah membeli 1.000 pohon cemara untuk ditanam di sekitar rumahnya.

Kadang dalam keadaan depresi, Bruno merasa ada orang yang mau menyerangnya. Di saat itu pula keadaan rumah tangganya semakin memburuk, dan akhirnya di tahun 2001, Bruno bercerai dari istrinya, Laura, yang sudah dinikahinya selama 20 tahun.

Masih belum begitu sadar dengan keadaan kejiwaannya, Bruno berusaha menyibukkan diri dengan melakukan berbagai kegiatan, antara lain menjadi DJ musik di beberapa kelab malam di beberapa kota. Namun, pertemuan dengan ”orang-orang malam” membuat Bruno terperangkap menggunakan obat terlarang, seperti heroin.

Semuanya itu berakhir 22 September 2003, ketika beberapa perawat dan petugas ambulans menjemput Bruno di rumahnya. Bruno dinyatakan mengalami gangguan kejiwaan.

*L Sastra Wijaya, Kontributor Kompas dan Penyiar Radio BBC di London

Sumber : Kompas, Jumat, 6 Januari 2006

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks