Jun 27, 2009

Eduardo Rodriguez Redakan Amuk Massa di Bolivia

Eduardo Rodriguez Redakan Amuk Massa di Bolivia
Oleh : Simon Saragih

HARI Kamis (9/6/2005) adalah titik balik yang menentukan bagi Bolivia. Masalahnya, sejak 17 Mei Bolivia diharu biru oleh aksi protes yang berhasil menjungkalkan Presiden Carlos Mesa. Protes tidak berhenti dengan pengunduran diri Mesa. Demonstran berjumlah hingga 100.000 orang juga menolak Ketua Kongres Hormando Vaca Diaz dan Mario Cossio.

Bolivia, diambil dari nama Simon Bolivar (pejuang kemerdekaan Amerika Latin dari Spanyol), tetap membara. Mereka hanya menerima Ketua Mahkamah Agung Eduardo Rodriguez sebagai presiden transisi hingga pemilu Desember 2005. Tekanan tersebut membuat Vaca Diaz dan Cossio sadar diri dan akhirnya mundur.

Ada apa dengan Rodriguez sehingga amuk massa di Bolivia langsung berhenti? Padahal, Rodriguez adalah juga keturunan Eropa yang juga kaya raya.

Tokoh di balik demonstrasi di Bolivia, Evo Morales, juga tokoh dari Indian Quechua, bisa menerima Rodriguez. "Kami bisa menerima Rodriguez," kata Morales. Rodriguez pun langsung dinobatkan sebagai presiden transisi. Bahkan, warga keturunan Indian seperti bergembira setelah merasa tuntutan mereka dipenuhi.

Rodriguez bisa diterima karena ia dinilai tidak berambisi dengan jabatan. "Saya hanya mau menjadi presiden jika itu legal dan membuat Bolivia tenang," ujarnya.

SIAPA>small 2small 0< Rodriguez? Dia tidak terlalu dikenal. Tokoh ini juga bukan politikus terpandang di Bolivia. Bahkan, dia baru menjadi politikus praktis setelah terjun pertama kali ke bidang itu, yakni saat dilantik menjadi presiden, Kamis, 9 Juni 2005.

Sebelumnya dia selalu menggeluti bidang hukum dan dinilai sebagai seorang brilian yang meniti karier di bidang hukum dan tak pernah keluar dari jalur itu. Namun, faktanya dia menjadi presiden ketiga dalam tiga tahun terakhir di Bolivia.

Tokoh ini lahir pada Maret 1956 di Kota Cochambamba, bagian tengah Bolivia. Dia kuliah hukum dan lulus pada 1981 dari Universidad Mayor de San Simon, lalu melanjutkan ke Harvard University untuk meraih gelar master administrasi negara di John F Kennedy School.

Kariernya baru mulai melejit pada tahun 1999 ketika mulai bekerja di Mahkamah Agung dan tahun 2004 menjadi Ketua MA. Sembari meniti karier di MA, dia juga mengajar di berbagai universitas di Bolivia.

Selain itu, dia adalah pengacara dan pernah bekerja sebagai penasihat di Kementerian Luar Negeri Bolivia yang menangani proyek-proyek yang memerlukan sentuhan ahli hukum internasional.

Karena kemampuannya, dia juga pernah diangkat sebagai koordinator yang bekerja di Institut Amerika Latin Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pencegahan Kriminal dan Penanganan atas Para Pelanggar (UN Latin American Institute for the Prevention of Crime and the Treatment of Offenders).

Selama menangani berbagai masalah hukum, dia pernah melakukan riset soal penanganan kasus-kasus hukum di Bolivia. Seorang peneliti dari George Mason University (AS), Jose Miguel Fabbri, pernah menyarankan reformasi perundang- undangan di Bolivia. Sebagian dari saran itu diambil dari temuan Eduardo Rodriguez. Temuan tersebut antara lain menunjukkan, rata-rata penyelesaian kasus bisnis di Bolivia memakan waktu enam tahun. Kasus-kasus sipil memerlukan penyelesaian antara 12 hingga 15 tahun.

Rodriguez membeberkan kasus itu dalam rangka tugasnya untuk membenahi perundang-undangan di Bolivia yang tidak jalan dan telah membuat investor internasional menjauh dari Bolivia.

Aspek hukum yang mandul dan wabah korupsi juga membuat Bolivia merupakan negara paling korup. Negara kaya sumber alam, tetapi tergolong termiskin di dunia ini berada di urutan 69 pada 1988 dan melejit lagi menjadi urutan ke-85 pada 2001 sebagai negara paling korup. Memang masih kalah jauh dari Indonesia soal korupsi. Makin tinggi urutan, makin tinggi pula praktik korupsi, sebagaimana tertuang dalam indeks yang disusun lembaga Transparency International.

RODRIGUEZ terangkat karena keahliannya di bidang hukum. Tidak terlalu banyak informasi, apakah bapak empat anak ini merupakan politikus "putih". Yang jelas persepsi tentang dirinya cukup lumayan dan membuatnya bisa diterima massa.

Apakah Rodriguez bisa membawa Bolivia ke arah yang lebih cerah. Hal itu tidak bergantung pada Rodriguez semata. Negara ini sudah lama terkenal dengan politik yang carut-marut.

"Saya yakin bahwa salah satu tugas saya adalah akan mengumumkan proses pemilu yang diharapkan bisa menyeimbangkan demokrasi," katanya. Tentu, kata Rodriguez, jalan ke depan masih panjang dan banyak tugas yang harus ditangani.

"Akan tetapi, saya yakin Bolivia berhak memiliki hari-hari yang baik ke depan yang bisa kita turunkan kepada anak- anak kita. Saya ingin mengabdi sebagai hakim republik, dalam waktu singkat, yang dibantu kongres. Saya menerima jabatan presiden dan juga dengan harapan bisa mendapatkan niat baik dari Anda semua sehingga kami bisa menatap masa depan cerah," ujar Rodriguez.

Demonstran Bolivia menyambut gembira pidato Rodriguez. Dia juga menawarkan diskusi atas banyak hal yang menjadi tuntutan demonstran, antara lain pembatalan otonomi untuk wilayah kaya gas dan minyak di Bolivia, Santa Cruz dan sekitarnya. Dia juga mau membuka dialog soal nasionalisasi perusahaan minyak asing serta dialog soal perubahan undang-undang yang memberikan hak-hak lebih besar pada warga Indian.

Rodriguez bisa saja bermanis mulut saat dilantik sebagai presiden itu. Namun, massa di Bolivia melihatnya sebagai seorang yang tidak punya vested interest yang merupakan bagian dari kelompok kepentingan atau yang menjadi antek-antek AS, IMF, dan perusahaan asing yang menguasai bisnis minyak di Bolivia, seperti dituduhkan kepada mantan Presiden Mesa hingga Vaca Diaz.

Saat menyampaikan pidato pelantikannya, Rodriguez juga mengingatkan, "Saya bukanlah merupakan jagoan dari kelompok kepentingan, entah itu datang dari kelompok politik atau lainnya. Saya akan terus mempertahankan posisi saya itu," kata Rodriguez.

Apakah Bolivia akan menjadi lebih tenang dengan kehadiran Rodriguez? Rodriquez juga menyadari, mungkin dia bukan figur yang andal untuk mengatasi berbagai persoalan di Bolivia yang sudah tertanam ratusan tahun. Namun, setidaknya, figur Rodriguez bisa meredakan sementara huru-hara di Bolivia. (SIMON SARAGIH)

Sumber : Kompas, Selasa, 14 Juni 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks