Jun 4, 2009

Benny Rachmadi & Muhammad Misrad : Kritik Ketawa ala Benny & Mice

Kritik Ketawa ala Benny & Mice
Oleh : Amir Sodikin

Serial kartun Lagak Jakarta karya Benny Rachmadi dan Muhammad Misrad dicetak ulang dengan bundel lebih mewah, Lagak Jakarta I+II Edisi Koleksi. Dibanderol Rp 95.000 per buku, dalam dua bulan terjual sekitar 10.000 eksemplar.

Reportase sosial dua kartunis soal "Trend & Perilaku", "Transportasi", "Profesi", "Krisis", "Reformasi", dan "Pemilu’99" itu sudah satu dekade lewat, tetapi cerita komikal soal Jakarta itu tetap dicari.

Buku yang baru, Jakarta Luar Dalem, juga laku sekitar 10.000 eksemplar dalam dua bulan. Kekonyolan, keluguan, kejujuran, kesemrawutan, kegelian, satire, semua ada pada komik strip buatan Benny dan Mice, ini nama lain Muhammad Misrad.

Kartun mereka ada untuk menjahili dan mengkritisi Jakarta sehari-hari, tanpa kekerasan dan tak membuat orang marah. Mereka menjadi kontrol sosial "yang menyenangkan" bagi perilaku salah dan aneh di Jakarta.

Sejak 2003 Benny & Mice juga hadir di Kompas setiap hari Minggu. Banyak yang menganggap kartun Benny & Mice dibikin satu orang. Padahal, produk itu mereka buat berdua. Tokoh kartun itu memang "jelmaan" pembuatnya.

Benny kartun berambut keriting, menggambarkan Benny Rachmadi (38) yang juga keriting. Mice kartun yang rambutnya lurus dan berkacamata merepresentasikan Muhammad Misrad (37). Mereka memang mirip.

Tetapi goresan Benny dan Mice sudah tak bisa dipisahkan. Tak akan ada yang bisa membedakan, mana karya Benny dan mana Mice. "Bahkan istri saya tak bisa membedakan," ucap Benny.

Menikmati karya dua sekawan ini seperti menelusuri kondisi Jakarta dari tahun ke tahun. Dari sisi ekonomi, tren fashion, hingga politik. Karya mereka seperti "pelajaran sejarah" Jakarta yang bikin kita ketawa.

Kekocakan khas komik timbul karena mereka memandang Jakarta dari "kacamata polos". Kesederhanaan justru menarik banyak orang, sampai-sampai banyak mahasiswa meneliti Benny & Mice. Bahkan, ada yang khusus riset bahasa yang digunakan. "Padahal kami cuma pakai bahasa sehari-hari, obrolan biasa," kata Mice.

Ide cerita

Untuk menggarap satu tema, ide cerita tak harus dirapatkan. "Ide sering muncul tak sengaja. Misalnya, saat jalan-jalan di mal, semua remaja perempuan memakai baju berfungsi ganda, untuk gaya dan menutupi seragam sekolah. Setelah ngobrol dengan teman, baju cardigan itu memang lagi tren," ujar Mice.

Maka, Benny & Mice pun ngerjain para pencinta cardigan. Melihat para remaja mengenakan cardigan, Mice bukannya bersemangat melirik, tetapi justru menangis. "Lho kok nangis?" tanya Benny kartun. "Jadi inget Nenek di kampung," jawab Mice.

Benny & Mice sering mengkritisi "demam" mode atau budaya pop yang latah. Ketika Benny & Mice kartun menjadi pelayan toko handphone (HP), datang perempuan cantik berniat membeli HP mewah. Bukannya menawarkan HP mahal, mereka justru bertanya, kenapa beli HP sampai Rp 7 juta kalau kebutuhannya hanya telepon dan SMS? Calon pembeli itu pergi dengan kesal, dan pemilik toko memecat Benny & Mice.

Ide kebetulan juga terjadi saat menggarap tema iklan salah satu provider HP yang menggunakan model Dian Sastro. "Saya boncengan (motor) sama Benny, sering melihat baliho besar yang menampilkan Dian Sastro," begitu Mice bercerita sambil senyum-senyum.

Maka, keluarlah edisi Benny & Mice yang menceritakan keinginan terpendam Mice bertemu sang idola. Dengan grogi, Mice kartun mengutarakan maksudnya, "Hmm boleh minta tanda tangannya?" kata Mice berbicara dengan baliho bergambar Dian.

"Sakit tuh orang," ketus Benny kartun. Usut punya usut, Mice pada kehidupan nyata memang mengidolakan Dian. Para penikmat Benny & Mice mengendus hal ini sejak lama, karena pada beberapa edisi mulai 2003, Mice berkali-kali menyebut Dian Sastro.

Sejarah usil

Benny dan Mice adalah teman "seperjuangan" sejak kuliah Desain Grafis, Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Duet mereka mengerjakan kartun berawal saat diserahi membuat koran dinding IKJ.

"Tadinya isi koran itu tulisan ilmiah, misal membahas sejarah seni rupa. Waktu kami yang bikin, temanya diubah menjadi kejadian sehari-hari," cerita Mice. Dari koran dinding inilah hobi usil dengan kartun dimulai.

Waktu itu ada mahasiswa yang kelakuannya "aneh", suka masuk ke berbagai komunitas bermodalkan omdo, omong doang. "Kita buatkan kartun dia. Tapi bukannya marah, dia malah senang," kata Benny.

Benny sejak kecil senang menggambar. Walaupun besar di Samarinda, Kalimantan Timur, ia sudah bercita-cita belajar desain grafis di Jakarta. Maka, setelah lulus SMA, Benny masuk IKJ.

Berbeda dengan Mice, lajang kelahiran Jakarta ini menjadi kartunis gara-gara terkesan billboard iklan. Maka masuklah dia ke IKJ. "Awalnya orangtua tidak setuju karena zaman dulu kan orangtua mengidolakan dokter dan insinyur," cerita Mice.

Benny dan Mice mulai menampilkan karya secara luas ketika mendapat pesanan membuat ilustrasi buku pada 1997-1998. Judul bukunya masih mereka kenang: Matinya Ilmu Ekonomi, saduran dari The Death of Economics karya Paul Ormerod.

Setelah penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) melihat coretan mereka, muncul ide agar Benny dan Mice membuat buku sendiri. "Lalu dirundingkan ide itu, pengalaman di koran dinding cukup membantu karena kami terbiasa bekerja sebagai tim," kata Benny.

Keluarlah buku mereka dengan seri Lagak Jakarta terbitan KPG. Tahun 1997-1999 mereka membuat enam judul buku. Buku-buku itulah yang kemudian diterbitkan lagi dalam Satu Dekade Lagak Jakarta Edisi Koleksi 1 & 2 (2007). Sedangkan Kartun Benny & Mice: Jakarta Luar Dalem (2007) terbitan Nalar berisi kartun mereka yang dimuat di Kompas.

Selain membuat kartun secara lepas untuk media massa, Benny sejak 1998 bergabung dengan Kontan. Sementara Mice memilih bekerja freelance.

Pada kurun 1993-2002 Benny sempat mengajar di IKJ, sedangkan Mice mengajar di jurusan yang sama, Desain Grafis IKJ, periode 1994-1996.

Sekarang mereka tidak mengajar lagi. "Karena sudah tidak dibutuhkan, he-he-he," celetuk mereka.

Sumber : Kompas, Sabtu, 12 Desember 2007

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks