Jun 21, 2009

Angela Merkel, Sang Kanselir

Angela Merkel, Sang Kanselir
Oleh : Myrna Ratna

Akhirnya krisis politik yang berlangsung di Jerman selama tiga pekan, menyusul hasil pemilu 18 September yang tak mampu menghasilkan pemerintahan, berakhir sudah. Kubu konservatif maupun kubu Sosial-Demokrat sepakat untuk membangun ”koalisi besar” (grand coalition), dan Gerhard Schroeder akhirnya memberi jalan bagi Angela Merkel untuk menjadi kanselir.

Ini berarti, untuk pertama kalinya dalam sejarah Jerman seorang perempuan menjadi kanselir. Angela ”Angie” Merkel (51) telah membuka cakrawala baru. Mengubah yang tak mungkin menjadi mungkin.

Jalan untuk mencapai puncak itu diraihnya dengan penuh perjuangan, mengingat ia dibebani sindrom ”minoritas ganda”. Pertama, ia adalah perempuan yang bergulat di dunia politik Jerman yang patriarkal. Kedua, ia datang dari Jerman Timur—biasa disebut ”Ossis”—yang kadang dipandang sebelah mata oleh warga ”Wessis” (warga Jerman Barat). Reunifikasi dua Jerman belum mengubah stereotip di kedua komunitas itu.

Lahir di Hamburg, 17 Juli 1954, Merkel (terlahir Angela Dorothea Kasner) harus pindah ke kota kecil Templin di Jerman Timur sewaktu berusia beberapa bulan karena sang ayah yang pendeta dipindahkan tugasnya. Ia kemudian tumbuh dalam tradisi Jerman Timur termasuk ketika Tembok Berlin didirikan pada bulan Mei 1961.

Sejak kecil bakatnya menonjol dalam fisika, matematika, dan bahasa, tetapi ia meraih gelar doktor di bidang fisika, dan kemudian bekerja sebagai ahli kimia di sebuah akademi di Berlin Timur.

Jalur politik menjadi guratan nasibnya ketika tahun 1989 ia terlibat dalam gerakan demokrasi. Seiring dengan runtuhnya Tembok Berlin, Merkel kemudian memperoleh pekerjaan sebagai juru bicara pemerintah dan ia bergabung dengan Partai Uni Demokratik Kristen (CDU) hanya beberapa bulan sebelum reunifikasi Jerman terwujud. Tiga bulan kemudian ia menjadi menteri perempuan dan pemuda dalam kabinet Helmut Kohl yang menyebutnya dengan ”my girl”.

Jarang tersenyum

Dengan cepat karier Merkel menanjak sampai ia menduduki kursi pimpinan CDU. Namun, lompatan besar Merkel ”dari Timur ke Barat” tidak membuatnya menjadi figur yang mudah ”diterima”. Menurut Der Spiegel (Nomor 4/2005), Merkel tetaplah ”orang asing”. Ia dipandang terlalu Timur bagi penduduk di Barat dan terlalu Barat bagi penduduk di Timur.

Sosok Merkel yang berpenampilan ”kuno” dengan wajah yang jarang senyum memang kalah menarik dibandingkan dengan Gerhard Schroeder yang flamboyan. Seperti Schroeder, Merkel pun menikah beberapa kali. Perkawinannya dengan Ulrich Merkel, ahli fisika, berakhir tahun 1981. Demikian juga pernikahan keduanya dengan ahli kimia kandas tahun 1983.

Sedangkan pernikahan ketiganya baru dilakukan setelah ia hidup bersama selama lebih dari satu dekade dengan Profesor Joachim Sauer, ahli kimia di Universitas Humboldt, Berlin.

Pernikahan itu dilakukan setelah seorang kardinal konservatif mengkritik gaya hidup Merkel yang mungkin ”normal” untuk ukuran kebanyakan warga Jerman, tetapi ”sulit diterima” bagi partainya yang konservatif dan getol mengampanyekan nilai-nilai keluarga dan perkawinan.

”Kami menikah”, demikian bunyi sebuah iklan kecil di harian Frankfurter Allgemeine Zeitung tanggal 30 Desember 1998, tiga bulan setelah promosi dirinya sebagai tokoh utama CDU. Tak ada yang hadir dalam pernikahan itu, baik orangtuanya maupun para sahabatnya.

”Yang terpenting saya dan suami tahu itu terjadi,” tutur Angela Merkel seperti dikutip Reuters (7/9/2005).

Kemenangannya sebagai kanselir menunjukkan bahwa visi Merkel dinilai lebih penting oleh rakyat Jerman daripada kehidupan pribadinya.

Meski demikian, sebagai orang nomor satu di Jerman, sulit bagi Merkel untuk menghindari sorotan publik. Kini, suaminya yang disebut pers Jerman sebagai ”pria misterius” mulai diincar. Padahal, Joachim Sauer sangat membenci hal itu.

”Saya tidak akan tampil di publik ataupun bicara pada mikrofon Anda,” kata Sauer kepada televisi Jerman yang berupaya mewawancarainya ketika ia datang bersama Merkel dalam sebuah festival kebudayaan. Sejauh ini, itulah pernyataan Sauer yang berhasil dikutip pers.

Untuk melindungi kehidupan pribadinya, Sauer yang tidak pernah tersenyum melarang wartawan atau orang luar menghadiri kuliahnya. Menurut Reuters, mahasiswa yang ketahuan berbicara dengan wartawan mengenai dirinya akan dipecat. ”Pekerjaan saya tak ada hubungannya dengan kinerja politik Angela Merkel. Jadi, saya bukan bagian dari keingintahuan publik,” katanya tegas suatu kali.

Apakah setelah menjadi pendamping seorang kanselir dirinya akan berubah? Hal itu sulit diramalkan. Namun, bukankah tak ada yang tak mungkin bagi Angela Merkel?

Sumber : Kompas, Selasa, 11 Oktober 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks