Anang Sumarna, 45 Tahun Bergelut dengan Bambu
Oleh : Her Suganda*
JIKA ingin tahu hubungan antara sosial budaya dan ekonomi tanaman bambu dan masyarakat Sunda, tanyakan kepada Drs Anang Sumarna. Begitu banyak fungsi dan arti bambu sampai ia menyimpulkan bahwa bambu merupakan bahan masa depan yang belum banyak dimanfaatkan.
APA yang dikemukakan tamatan Jurusan Seri Rupa, kini Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD-ITB) tahun 1963, itu bukan sekadar retorika. Selama sekitar 45 tahun Anang Sumarna mempelajari seluk-beluk tanaman tersebut, baik jenis maupun kegunaannya. Di tangannya, bambu bukan hanya sekadar menjadi alat perlengkapan rumah seperti mebel atau tempat tidur.
Dengan bambu, baik batang maupun bongkot paling bawah yang masih penuh dengan akar, ia berkreasi menghasilkan barang-barang bernilai seni yang menghias ruang pamernya di Galeri 16 Bandung. Ada, patung penari Bali dan patung-patung lainnya. Pada salah satu sudut dipajang beberapa patung kera. Bentuknya lucu-lucu. Bulu-bulu binatang itu berasal dari akar serabut bambu yang dibiarkan apa adanya sehingga tampak alami.
"Bongkot pohon bambu bisa kita buat apa saja," katanya.
Jika kita, berkelihng kampung di daerah Jawa, Barat, bongkot bambu yang sudah kering hanya dijadikan kayu bakar oleh penduduk setempat. Muncul ujaran bahwa kayu sisa di tangan orang Bali menjadi patung, di tangan orang Sunda menjadi kayu bakar.
Anang Sumarna telah lama berusaha mengubah citra tersebut.
Hubungan tanaman bambu dengan masyarakat Sunda sebenarnya sudah lama terjalin. Bangunan rumah tradisional bertiang bambu besar disebut gombong, dinding dari anyaman bambu, dan lantai bambu yang disebut "palupuh".
Peralatan dapur seperti kukusan untuk menanak nasi, bakul wadah nasi yang sudah matang, dan banyak peralatan rumah tangga lainnya, menggunakan bahan dasar dari bambu. Bebagai masyarakat peladang, alat keseniannya yang berdiri sendiri seperti suling juga terbuat dari bambu. Alat kesenian lain, yaitu angklung, yang terbuat dari bambu, merupakan perangkat yang digunakan dalam melaksanakan upacara ritual petani tradisional untuk menghibur Dewi Sri yang menjadi lambang kesuburan petani.
BAHWA bambu memiliki manfaat yang sangat banyak dalam kehidupan manusia dibuktikan dengan berbagai produk yang bisa dihasilkan. Sumpit yang biasa dignnakan untuk makan masyarakat China dan Jepang terbuat dari bambu. Batang-batang bambu bisa dijadikan pengganti kayu mink bubur kertas yang disebut pulp.
"Bambu memiliki lebih dari 600 manfaat," kata Anang, penulis buku Bambu (1986) itu. Ia, kecewa karena potensi yang besar itu masih belum sebanding dengan pemanfaatannya. Perhatian pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk kita sendiri, terhadap bambu masih sangat kecil. "Selama ini perhatian kita lebih banyak tercurah kepada kayu," katanya. Padahal, cadangan kayu akan makin berkurang.
Menurut Anang, kekayaan alam Indonesia berupa tanaman bambu bukannya meliputi luas daerahnya, tetapi juga, jenisnya. "Indonesia memiliki kekayaan berbagai jenis bambu," ujar Ketua Yayasan Pengembangan Bambu Indonesia (Yapbindo) dan Yayasan Pariwisata Indonesia (Yapari) itu.
Dari 1.100 jenis bambu di dueria, lebih dari 100 jenis di antaranya tumbuh di Indonesia. Ada yang disebut bambu cangkoreh (Dinocgloa scandens) yang tumbuh di hutan-hutan sampai ketinggian 1.200 meter. Warnanya hijau tua dan buluhnya sering tidak berlubang sama sekali.
Bambu embong (Bambusa horsfieldii) merupakan jenis bambu dan tumbuh merambat. Jenis bambu ini pernah ditemukan di Jawa Timur, namun belum diketahui asal-usulnya. Bambu tamiang yang buluhnya sebesar ibu jari tangan manusia dewasa digunakan sebagai alat berburu dengan sumpit oleh masy-akat tradisional. Masih banyak lagi jenis-jenis bambu lainnya yang bisa dijumpai hampir di seluruh pelosok Nusantara.
Berbagai jenis tanaman bambu tersebut bisa tumbuh di mana saja. Bahkan pengalamannya ketika mengikuti Kongres Bambu Internasional II di Perancis pada tahun 1988 sempat membuatnya terkagum-kagum. Negara berhawa dingin itu ternyata memiliki taman yang khusus ditanami berbagai jenis pohon bambu yang disebutnya sebagai "rumput ajaib".
Bambu disebut "rumput ajaib" karena termasuk keluarga rumput. Beberapa jenis bambu, diantaranya yang tumbuh di atas kondisi tanah tertentu, dalam sehari semalam bisa mempercepat penambah
tingginya beberapa puluh sentimeter. Tetapi anehnya, diameter batangnya tidak berubah sejak tanaman tersebut muncul ke permukayang biasa disebut rebung.
LAHIR dari keluarga petani di Bandung, 27 April 1936, Anang tertarik dengan bambu ketika menyaksikan pameran bambu pada tahun 1960-an. Ia pernah dipercaya menjadi Kepala Dinas Pariwisata Jawa Barat dan kemudian menjadi Kepala Kantor Wilayah Departemen Pariwisata dan Pariwisata Jabar (1978).
Semangatnya yang diilhami oleh tanaman bambu tak pemah surut. "Bambu merupakan sumber inspirasi," katanya. Itulah sebabnya hampir seluruh ruang kosong berupa halaman rumahnya ditanami tidak kurang dari 35 jenis tanaman bambu. Melalui bambu, is bisa melanglang ke-17 negara di dunia.
Dalam waktu senggang, pemegang Diploma Tourism dari Turino, Italia (1974) itu mengisi waktu luangnya dengan melukis. Seluruh karya lukisannya yang teMampang di ruing pamer melukiskan tanaman bambu. "Bambu selalu membmikan kedamaian," ujarnya.
Bahwa bambu bisa memiliki nilai ekonomi tinggi dibuktikannya melalui desain ciptaannya yang berupa mebel. Meja, kursi, serta peralatan lainnya yang terbuat dari bambu sudah berulang kali ditampilkan dalam berbagai pameran.
Kreativitas dalam seni kerajinan bambu tersebut rupanya telah membangkitkan inspirasi para perajin di Jawa Barat dalam menciptakan barang-barang serupa. Apalagi cara pembuatan barang-barang tersebut tergolong sederhana.
*Her Suganda, Anggota Forum Wartawan dan Penulis Jawa Barat
Sumber : Kompas, Senin, 9 Mei 2005
Jun 28, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment