Jun 28, 2009

Albert Alexandre Louis Pierre Grimaldi : Albert dari Monako, Selebriti "Tak Dikenal"

Albert dari Monako, Selebriti "Tak Dikenal"
Oleh : Pieter P Gero

KALAU bisa memilih, Pangeran Albert pasti tidak menghendaki kematian ayahnya, Pangeran Rainier III dari Monako, hanya berselang tiga hari setelah kematian Paus Yohanes Paulus II. Kematian sang ayah, yang sudah 55 tahun memimpin Monako, dan penobatan Albert praktis hilang di balik berita kematian Paus yang sangat menyita pers dan perhatian dunia itu.

Kenyataan yang tak bisa ditampik. Pangeran Rainier meninggal 6 April lalu pada usia 81 tahun dan Albert Alexandre Louis Pierre Grimaldi otomatis menjadi penerus takhta kerajaan kecil di tepian Laut Tengah itu. Tak ada ramai- ramai layaknya kisah-kisah kerajaan. Padahal, Monako yang berpenduduk 32.000 orang itu selalu penuh dengan dunia glamour.

"Selebriti tak dikenal," tulis sebuah surat kabar Perancis edisi bulan lalu soal Pangeran Albert. Albert memang lain dibandingkan dengan ayah dan ibunya, Grace Kelly, yang bintang film tenar Hollywood itu. Pernikahan mereka pada 18 April 1956 menjadi salah satu pernikahan dunia.

Pangeran Albert mendapat sorotan pers lebih banyak pada soal status bujangannya hingga usia 47 tahun meski tak pernah lepas dari kehidupan wanita cantik di sekitarnya. Kedua saudarinya, Putri Caroline (48) dan Putri Stephanie (40), lazim menjadi sorotan pers karena kehidupan asmara mereka.

"Albert memang pemalu dan lebih pendiam dibandingkan dengan kakaknya, Caroline," ujar sejumlah orang dalam Istana. Berpostur tinggi dan agak botak, Albert ganteng serta selalu tampil rapi dan menarik. Dengan statusnya sebagai pangeran dan putra mahkota, sebenarnya dia menjadi incaran banyak wanita. Belum lama ini, seorang mantan pramugari mengaku mempunyai anak perempuan dari Albert, tetapi segera dibantah.

Status lajangnya ini membuat ayahnya merombak konstitusi Monako pada tahun 2002, yang memungkinkan seorang pangeran yang memerintah dan tak punya keturunan bisa menyerahkan kekuasaan kepada saudarinya. Ada pendapat, amandemen ini muncul setelah Albert tanpa alasan yang jelas lebih ingin melajang.

Pangeran Albert lebih sensitif kepada orang lain, padahal orangtua dan saudarinya begitu cepat akrab. Sejak sekolah dasar, dia sudah bergabung dengan sekolah lokal di Monako. Sebagai pelajar dia lumayan, tetapi cenderung menutup diri dan sangat hati-hati dengan posisinya sebagai putra mahkota.

Di dalam istana, Albert juga diatur dan dipengaruhi oleh kedua orangtuanya yang memang tidak pernah menyerahkan anak-anaknya ke tangan pengasuh. Albert diajarkan sopan santun, prihatin kepada yang orang lain, dan tidak pernah memanfaatkan status kerajaannya.

KELIRU kalau menganggap Pangeran Albert tetap lajang karena kurang gaul. Dengan bersekolah di sekolah lokal, dia bisa mengatasi rasa malunya. Sejak remaja dia juga sering ke Amerika Serikat mengunjungi keluarga ibunya. Ia gemar berolahraga dan meraih medali dalam bidang renang dan pancing saat remaja.

Dia anggota tim kereta luncur Monako dalam lima Olimpiade Musim Dingin terakhir. Tenis, berlayar, ski, dan skuas juga merupakan olahraga kegemarannya. Dia menyandang ban hitam dalam seni bela diri yudo. Dia pejabat di sejumlah perkumpulan olahraga di Monako.

Dalam bidang keilmuan, Pangeran Albert belajar di Amherts College, Massachusetts (AS), dan sangat aktif dalam kegiatan mahasiswa. Praktis tak ada kesan bahwa ia seorang pangeran. Dia belajar politik, ekonomi, psikologi, sejarah seni, antropologi, geologi, dan sosiologi. Gelar sarjana ilmu politik diraihnya pada tahun 1981.

Albert juga harus belajar militer. Karena itu, dia bergabung dengan Angkatan Laut Perancis dan ikut dalam kapal induk helikopter Jeanne d’Arc dengan pangkat letnan dua. Dari sana, ia bergabung di perbankan. Ia terpaksa pulang ketika ibunya tewas dalam kecelakaan mobil tahun 1983. Dia begitu terpukul karena sangat dekat dengan sang ibu. Masa depannya seakan sirna.

Namun, dia harus menghadapi kenyataan. Apalagi keceriaan ayahnya juga berlalu. Albert lantas mulai mengambil alih tugas ayahnya di dunia internasional, seperti anggota delegasi Monako ke Perserikatan Bangsa-Bangsa, Komite Olimpiade, dan berbagai kegiatan sosial lainnya. Dia juga harus bersama ayahnya dalam mengatur pemerintahan.

Meski demikian, Albert tetap saja berada di bawah bayangan sang ayah. "Memang dia sering dilibatkan dalam rapat kabinet, tetapi dia tidak diberi kesempatan berbicara," tulis harian Le Parisien. Karena itu, posisi dia sebagai penguasa Monako kini mulai memperlihatkan Pangeran Albert yang sesungguhnya. Bagaimana dia bisa keluar dari bayang-bayang sang ayah.

Beberapa pihak berspekulasi, Pangeran Albert selalu berhati-hati karena statusnya sebagai putra mahkota. Hal serupa juga terjadi dalam memilih pacar atau istri. Banyak warga Monako berharap sebentar lagi Albert akan menikah untuk mendampinginya saat berkuasa. "Lebih baik bagi Monako kalau dia punya penerus," ujar mereka.

SEBAGAI penerus takhta dari sebuah kerajaan seluas dua kilometer persegi, Pangeran Albert jelas hanya akan meneruskan apa yang dilakukan sang ayah yang dikenal dengan "pangeran pembangun" itu. Namun, seperti sang ayah yang dulu menjadikan Monako dikenal setelah menikah Grace Kelly, Albert juga bisa melakukan hal serupa.

Ketika tampil di televisi mengenang sang ayah, Pangeran Albert tidak banyak berbicara hal lain kecuali soal ayahnya. "Saatnya kita berdoa dan mengenang pangeran besar, yang begitu mencintai negerinya dan rakyatnya," ujar Albert. "Kini kita semua menjadi yatim karena pria hebat ini."

Pangeran Albert tidak sedikit pun menyinggung soal politik, soal perannya, dan kekuasaannya mendatang. Dengan setelan pakaian warna hitam, dia hanya meminta kepada warga Monako agar kesedihan dan kematian ini membuat mereka kian dekat dan semakin akrab sebagaimana yang sudah-sudah.

Pangeran Albert praktis sangat tertutup. Dari semua sumber berita yang dilacak, tak ada kalimat-kalimatnya yang langsung menyinggung soal asmara, soal tipe wanita macam apa yang diminatinya. Albert yang religius-sebagai pemeluk Katolik setiap pekan ke gereja-memang sangat berhati-hati soal skandal.

Namun, kini sebagai pemegang takhta, asmara justru mendongkrak citra Monako. Albert mungkin juga akan berbuat yang sama sebagaimana ayahnya. (Pieter P Gero)

Sumber : Kompas, Selasa, 10 Mei 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks