Jun 25, 2009

Abdullah bin Abdul Aziz : Abdullah, Raja Baru Arab Saudi

Abdullah, Raja Baru Arab Saudi
Oleh : Musthafa Abd Rahman

Dewan Keluarga Kerajaan Arab Saudi, segera setelah mengumumkan wafatnya Raja Fahd bin Abdul Aziz hari Senin (1/8/2005), langsung membaiat putra mahkota Pangeran Abdullah bin Abdul Aziz sebagai raja baru negara itu.

Secara protokol maupun tradisi, memang demikian model suksesi yang selama ini terjadi di Arab Saudi, yakni putra mahkota dengan sendirinya menggantikan raja yang mangkat.

Ketika Raja Faisal bin Abdul Aziz tewas ditembak oleh keponakannya sendiri pada tahun 1975, ia langsung diganti oleh putra mahkota Pangeran Khaled bin Abdul Aziz. Tatkala Raja Khaled bin Abdul Aziz wafat tahun 1982, ia langsung pula diganti oleh putra mahkota Pangeran Fahd bin Abdul Aziz. Kini, Pangeran Abdullah bin Abdul Aziz langsung menggantikan pula Raja Fahd bin Abdul Aziz.

Pangeran Abdullah bin Abdul Aziz sebenarnya secara de facto pemegang kekuasaan di Arab Saudi selama 10 tahun terakhir ini, yakni sejak Raja Fahd mendapat serangan jantung secara serius tahun 1995.

Karena itu, peralihan kekuasaan di Arab Saudi dari Raja Fahd kepada Pangeran Abdullah bin Abdul Aziz tidak akan membawa dampak perubahan signifikan.

Arus modernisasi

Abdullah bin Abdul Aziz yang juga menjabat Komandan Satuan Elite Pengawal Nasional terbilang dari generasi putra Raja Abdul Aziz yang menyaksikan dan terlibat langsung dalam proses kebangkitan negaranya dalam arus modernisasi. Pengalamannya menyaksikan sendiri keadaan di sekelilingnya itu membuat ia cepat matang dan dapat memahami situasi.

Dilahirkan tahun 1924, dia dididik dan dibesarkan di bawah pengawasan ketat ayahnya, Raja Abdul Aziz. Seperti halnya putra-putri Raja Abdul Aziz yang lain, Raja Abdullah dikenal sangat kuat memegang ajaran agama serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar atas Tanah Air dan rakyatnya. Raja Abdullah sendiri mendapat pendidikan langsung dari para ulama senior Arab Saudi di bidang agama, sejarah, politik, dan sosiologi.

Pada tahun 1962 ia ditunjuk sebagai Komandan Satuan Elite Pengawal Nasional karena pengalamannya yang luas dalam urusan Badui dan kabilah di padang pasir semenanjung Jazirah Arab. Sejak menjabat Komandan Pengawal Nasional, sosok Raja Abdullah sudah tidak terpisahkan lagi dari satuan elite itu. Para anggota Pengawal Nasional berasal khusus dari anak cucu Mujahidin yang pernah berjuang bersama Raja Abdul Aziz menyatukan Jazirah Arab dan kemudian mendirikan negara Arab Saudi.

Raja Abdullah berhasil membawa Pengawal Nasional tidak semata sebagai lembaga militer, tetapi juga wadah sosial dan budaya. Sejak dipercaya sebagai Komandan Pengawal Nasional, Raja Abdullah telah merestrukturisasi dan merasionalisasi Pengawal Nasional sesuai dengan manajemen militer modern.

Ia mendirikan akademi militer untuk mendidik dan menempa kandidat anggota dan perwira Pengawal Nasional. Akademi militer tersebut dinamakan Institut Militer Raja Khalid bin Abdul Aziz yang dibuka secara resmi oleh Raja Abdullah sendiri pada 18 Desember 1982.

Megaproyek

Raja Abdullah kini menangani sendiri megaproyek pengembangan Pengawal Nasional yang akan merupakan titik balik sejarah bagi lembaga satuan elite pengawal nasional itu.

Megaproyek tersebut di antaranya berupa pembentukan divisi gabungan dalam jajaran Pengawal Nasional yang terdiri dari satuan logistik, intelijen, pelayanan kesehatan, artileri, kavaleri, dan infanteri. Raja Abdullah juga mendirikan kompleks militer dan tempat latihan khusus untuk satuan elite Pengawal Nasional.

Pada 29 Maret 1975, Raja Abdullah ditunjuk sebagai Deputi Kedua Dewan Kabinet Arab Saudi. Pada 13 Juni 1982 ia ditunjuk sebagai putra mahkota, dan pada hari yang sama dipromosikan sebagai Deputi Utama Dewan Kabinet Arab Saudi.

Raja Abdullah bin Abdul Aziz pernah melontarkan inisiatif damai terkenal yang kemudian diadopsi menjadi inisiatif damai Arab pada Konferensi Tingkat Tinggi Arab di Beirut tahun 2002.

Proposal damai itu adalah kesediaan bangsa Arab menjalin hubungan normal dengan Israel dalam semua aspek kehidupan, sebagai imbalan kesediaan Israel mundur dari seluruh tanah Arab yang didudukinya pada perang Arab-Israel tahun 1967.

Di dalam negeri, Raja Abdullah beberapa tahun terakhir ini mengembangkan dialog nasional dengan berbagai aliran mazhab, politik, dan ideologi di Arab Saudi untuk mencari kesamaan sikap menghadapi tantangan dewasa ini, khususnya terorisme, dan reformasi.

Sumber : Kompas, Selasa, 2 Agustus 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks