May 31, 2009

Yasuo Fukuda : Fukuda Membawa Pesan Perdamaian

Fukuda Membawa Pesan Perdamaian
Oleh : Budi Suwarna

Seperti telah diperkirakan sebelumnya, Yasuo Fukuda memenangi jabatan Ketua Partai Demokrat Liberal atau LDP sekaligus Perdana Menteri Jepang. Kemenangan ini disambut baik sebagian besar rakyat Jepang. Mereka yakin Fukuda akan "menyelamatkan" masa depan Negeri Matahari Terbit itu.

Publik Jepang memang menaruh harapan yang tinggi kepada politisi veteran berusia 71 tahun ini setelah mereka terombang-ambing oleh kebijakan pemerintahan (mantan) Perdana Menteri Shinzo Abe. Saat itu, Abe dianggap lebih memfokuskan diri pada kebijakan luar negeri dan mengabaikan urusan dalam negeri. Dia juga dianggap ceroboh mengatur uang pensiun. Namun, puncak kekesalan rakyat ketika mereka mengetahui bahwa sejumlah orang dekat Abe terlibat korupsi.

Rakyat Jepang yakin Fukuda adalah sosok pemimpin yang tepat untuk mengatasi semua masalah pelik sekaligus mempersatukan kembali Jepang. Pasalnya, dia memiliki karakter sebagai pemimpin yang matang, santun, dan memiliki pandangan moderat. Sosoknya dinilai kebalikan dari Abe yang dicitrakan lebih ambisius, memiliki pandangan kuat, namun garang.

Dosen politik di Aoyama Gakuin University, Yoshinabu Yamamoto, mengatakan, Jepang biasanya membutuhkan pemimpin yang pandangannya kuat. Namun, sekarang, Jepang lebih membutuhkan pemimpin yang moderat. "Fukuda adalah orang yang memenuhi syarat," kata Yamamoto seperti dikutip AFP, Sabtu (22/9).

Dosen Ilmu Politik di Waseda University, Takehiko Yamamoto, seperti dikutip AFP, Minggu, menambahkan, Fukuda dipilih karena orang berharap dia bisa menciptakan keamanan, keselamatan, dan stabilitas. Tiga hal yang dianggap mengalami kemunduran semasa pemerintahan Abe.

Fukuda tampaknya paham benar bahwa rakyat sedang mendambakan sosok pemersatu. Karena itu, dia pun menyambutnya dengan pernyataan menyejukkan dan penuh harapan ketika dia dipastikan memenangi kursi Ketua LDP. "Tugas pertama saya adalah bagaimana membangun kembali partai dan merebut kembali kepercayaan rakyat," ujar Fukuda seperti dikutip AP, Selasa pekan lalu.

Sekarang, mari kita tengok apa saja yang ditawarkan Fukuda kepada rakyat Jepang. Di bidang ekonomi, dia menyatakan akan tetap melanjutkan reformasi ekonomi. Namun, dia akan memberi perhatian lebih besar kepada rakyat yang terkena imbas kebijakan itu. Caranya adalah dengan meningkatkan proyek-proyek publik guna mengurangi kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Kebijakan reformasi ekonomi ini dimulai semasa pemerintahan PM Junichiro Koizumi. Kebijakan ini telah memangkas proyek-proyek publik yang dianggap boros. Namun, kebijakan itu membuat marah rakyat Jepang, terutama yang tinggal di pedesaan.

Di bidang politik, Fukuda mengatakan, dia tidak akan memprioritaskan program revisi konstitusi pasifis Jepang untuk memfasilitasi perluasan peran militer Jepang di luar negeri. Program ini sebelumnya menjadi program utama pemerintahan Abe.

Di bidang luar negeri, Fukuda ingin Jepang menjadi pembawa pesan perdamaian dan mendapat kepercayaan dari bangsa-bangsa di Asia. Ini penting untuk mengatasi perpecahan akibat Perang Dunia II.

Lebih jauh, Fukuda ingin lebih mendekatkan diri dengan China dan Korea. Salah satu langkahnya adalah dengan tidak mengunjungi Kuil Yasukuni yang selama ini membuat marah China dan Korea. Berkaitan dengan perang terhadap teror, Fukuda tetap akan melanjutkan misi angkatan laut Jepang di Samudra Hindia. Jepang tetap mendukung pasukan koalisi AS di Afganistan.

Sebagian program itu tampaknya dipengaruhi oleh doktrin PM Jepang pada tahun 1976 hingga 1978, Takeo Fukuda, yang juga ayah kandung Yasuo Fukuda. "Doktrin Fukuda", begitu biasa disebut, diumumkan Takeo Fukuda ketika melawat ke Manila tahun 1977.

Ada tiga prinsip dalam "Doktrin Fukuda", yakni Jepang tidak akan menjadi kekuatan militer adidaya, Jepang akan membangun hubungan berdasarkan rasa saling percaya, dan Jepang akan bekerja sama sebagai rekanan secara setara. Itu sebabnya, Fukuda ingin bersahabat dengan negara-negara Asia dan tidak berambisi meningkatkan peran militer Jepang seperti diinginkan Abe.

Politisi veteran

Fukuda lahir pada 16 Juli 1936 di Takasaki, Gunma. Dia adalah putra tertua mantan PM Jepang Takeo Fukuda. Dengan demikian, dia bisa dikatakan sebagai penerus nama besar ayahnya sebagai politisi terpandang Jepang.

Meski seorang anak politisi, Fukuda muda awalnya tidak banyak terlibat dalam dunia politik. Setelah lulus dari Waseda University pada tahun 1959, dia langsung bekerja di Maruzen Petroleum (sekarang bagian dari Cosmo Oil Company). Ketika itu, dia benar-benar menjadi "orang upahan" seperti kebanyakan anak muda Jepang.

Ketika ayahnya, Takeo Fukuda, menjadi perdana menteri tahun 1976-1978, Fukuda baru masuk ke dunia politik. Menurut Wikipedia, dia menjadi seorang sekretaris politik, namun tidak disebutkan untuk lembaga apa.

Karier politik Fukuda baru benar-benar dimulai pada tahun 1990 ketika usianya mencapai 54 tahun. Ketika itu, dia memenangi kursi DPR Jepang. Tujuh tahun kemudian, dia terpilih sebagai wakil direktur. Tahun 2000, dia menjadi kepala sekretaris kabinet untuk PM Yoshiro Mori.

Tahun 2006, Fukuda muncul sebagai pesaing Shinzo Abe untuk memperebutkan kepemimpinan LDP. Namun, beberapa bulan sebelum pemilihan berlangsung, dia memutuskan tidak maju dalam pencalonan karena dia merasa terlalu tua. Mundurnya Fukuda mempermulus jalan Abe untuk menjadi Ketua LDP, sekaligus PM Jepang.

Setelah Abe secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya sebagai PM pada 12 September 2007, Fukuda menyatakan akan bertarung memperebutkan kursi Ketua LDP, sekaligus kursi PM. Hasilnya, seperti diketahui, Fukuda memenangi pemilihan dengan suara mayoritas.

Meski mendapat dukungan besar dari parlemen dan rakyat, bukan berarti Fukuda akan mudah menjalankan pemerintahan. Bisa dikatakan, Fukuda sebenarnya tengah mewarisi "kekuasaan yang compang-camping".

Seperti diketahui, LDP tidak lagi memegang suara mayoritas di Majelis Tinggi, melainkan oposisi. Hal itu berarti, oposisi akan lebih mudah mengganjal kebijakan pemerintah, termasuk undang-undang. Salah satu kebijakan yang terbuka untuk diserang oposisi antara lain reformasi ekonomi ala LDP.

Mungkin jabatan PM ini akan menjadi pertaruhan bagi karier politik Fukuda. Jika dia lalai, nasibnya akan seperti Abe. Ketika baru muncul, Abe disanjung-sanjung sebagai politisi masa depan. Sembilan bulan kemudian, dia menjadi bahan cercaan. Abe seperti meteor yang bersinar terang, namun hanya sesaat.

Fukuda pasti tidak ingin bernasib tragis seperti Abe. Dia pun memiliki bekal sebagai politisi veteran.

Sumber : Kompas, Senin, 24 September 2007

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks