May 31, 2009

Suleiman Mohamed

Suleiman Mohamed, Produk Indonesia
Oleh : Tonny D Widiastono

Kemajuan yang dicapai Malaysia sekarang tak bisa lepas dari peran Indonesia. Dalam bidang pendidikan, misalnya, Indonesia amat berperan dalam mengantar sejumlah orang Malaysia meniti karier yang lebih terbuka. Kesempatan menikmati pendidikan lebih tinggi di Indonesia itu terbuka selepas konfrontasi Indonesia-Malaysia berakhir.

Banyaknya orang muda Malaysia menuntut ilmu di luar negeri didasari minimnya prasarana pendidikan yang dimiliki Malaysia saat itu. Hingga 1969, jumlah universitas di Malaysia bisa dihitung dengan lima jari. Universiti Malaya, perguruan tinggi pertama dan tertua di Malaysia, menjadi rebutan lulusan SMA. Bila etnis Melayu harus mengikuti kompetisi masuk universitas, mereka akan kalah dengan etnis China yang menguasai hampir 83 persen mahasiswa Universiti Malaya.

"Saya angkatan pertama yang pergi ke Indonesia tahun 1968. Saat itu saya bersama dua teman mendarat di Halim Perdana Kusumah. Dari Jakarta melalui Puncak, kami bertiga menuju Bandung. Melalui tes, tahun 1969 saya masuk Jurusan Publisistik Universitas Padjadjaran, Karlimah masuk Fakultas Sastra-Antropologi Unpad, dan Nurdin meninggal karena tabrakan di Bandung," cerita Suleiman Mohamed PhD.

Sampai tahun 1969, jumlah mahasiswa Malaysia yang belajar di Bandung mencapai 500 orang lebih. Dari jumlah itu, 70 persen mahasiswa dibiayai negara, sisanya membiayai sendiri.

"Ini berarti Indonesia kami jadikan Mekkah pendidikan. Kami yakin dengan taraf pendidikan di Indonesia saat itu, kami pun bisa berkembang. Coba kalau kami tidak bisa masuk universitas, akan menjadi apa?" kata Suleiman Mohamed.

Sampai dua-tiga tahun lalu, ada lima lulusan universitas di Indonesia yang menjadi rektor perguruan tinggi di Malaysia, di antaranya Prof Dr Saleh Yazin (Rektor Universiti Kebangsaan Malaysia) dan Moh Nuh Dalimin (Rektor Universiti Malaya-Sarawak).

Kini, mereka yang pernah menuntut ilmu di Indonesia membuat semacam perkumpulan, lembaga Persatuan Alumni Pendidikan Tinggi Indonesia (PAPTI). Kegiatan PAPTI terutama adalah memelihara hubungan dengan almamaternya di Indonesia.

Menjiplak

Meski oleh berbagai pihak pendidikan di Malaysia dinilai relatif maju, masih sekitar 4.500 mahasiswa Malaysia yang menuntut ilmu di Indonesia. Mereka umumnya belajar pada fakultas kedokteran.

"Mengenai kemajuan pendidikan di Malaysia, kami belajar dari Indonesia. Saat itu Indonesia memiliki pendidikan yang bagus. Kami menjiplaknya untuk diterapkan di Malaysia. Hasilnya kini bisa dinikmati banyak pihak. Maka, sepatutnya kami berutang budi kepada Indonesia," tuturnya.

Selepas meraih gelar sarjana dengan penguji rektor Unpad saat itu, Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja, dan dekan Astrid Susanto Sunaryo, Suleiman mengawali karier sebagai wartawan pada media Utusan Malaysia. Ia lalu bergelut di bidang politik dan bergabung dengan United Malay National Organization (UMNO).

Kariernya menanjak. Suleiman pernah menjadi Timbalan (wakil) Menteri pada Jabatan Perdana Menteri, Timbalan Menteri Penerangan, dan Timbalan Menteri Kesehatan. Semua itu pada masa Mahathir Mohammad menjadi perdana menteri.

"Kami lulusan Indonesia berjaya naik. Datuk Moh Rachmad, lulusan Universitas Indonesia, pernah menjadi Menteri Penerangan. I am the product of Indonesia. Saya bangga menjadi alumnus pendidikan Indonesia. Tanpa itu, bagaimana mungkin saya meraih PhD dari Universiti Kebangsaan Malaysia?" ujarnya menambahkan.

Memang, banyak orang muda Malaysia lulusan perguruan tinggi Indonesia yang kemudian menduduki tempat-tempat strategis. Ada yang menjadi menteri, profesor, doktor, dosen, bekerja mengembangkan Petronas, dan menjadi polisi, seperti Datuk Sofian Ahmad yang menjadi Kepala Polisi Kedah.

Paku Buwono

Suleiman mengaku masih memiliki darah Minang-Riau dan Jawa. Darah Jawa diterima dari Paku Buwono VI yang dibuang dan dibunuh Belanda di Ambon. Ketika Perang Padri, keturunan Paku Buwono VI, Raden Mas Wijayakusuma, diantar Belanda ke Sumatera untuk menumpas Imam Bonjol. Kenyataannya, mereka justru berkawan dan balik melawan Belanda.

Wijayakusuma lalu pergi ke Kanagarian Lubuk Sikaping, Sumbar, dan menikahi putri Raja, Bungo Satangkai. Bungo Satangkai mempunyai empat anak, tiga perempuan dan si sulung lelaki, Tulung, yang kemudian diangkat menjadi Tuanku Lareh di Lubuk Sikaping.

Tuanku Lareh mempunyai anak bernama Suki. Suki punya anak perempuan, Nilam. Saat berumur 11 tahun, Nilam diambil pamannya, Katib Koyan, yang menjadi penghulu Kuala Lumpur pertama.

"Nilam itulah emak saya. Pada 9 Oktober 2002 saya bersama Gus Dur dianugerahi gelar bangsawan, Kanjeng Pangeran oleh Paku Buwono XII. Penelusuran silsilah ini dikaji secara historis, ilmiah, dan dengan batin," paparnya.

Cinta Bandung

Saat wawancara, telepon genggam Suleiman Mohamed yang menggunakan nada sambung degung berkali-kali menyela pembicaraan. "Saya tak bisa melupakan Bandung. Bagi saya, degung itu memberi isi. Setiap malam, kalau sudah sepi, saya menyetel degung, dan hati ini seperti disiram kembali," tuturnya.

Suleiman ingat betul, selain sebab dorongan ingin maju, ada daya tarik lain yang membuatnya ingin ke Indonesia.

"Selepas konfrontasi, lagu-lagu Ernie Djohan begitu populer di Malaysia. Salah satu yang ikut menarik banyak orang belajar ke Indonesia adalah Teluk Bayur. Simak kata-katanya, Ku kan mencari ilmu di negeri orang, bekal hidup kelak di hari tua…. Itu amat berkesan. Juga lagu Lambaian Bunga oleh Koes Hendratmo, Bunga Nirwana oleh Said Effendi, Lilis Suryani, Ivo Nila Khrisna dan yang lain," ungkap Suleiman.

Sampai sekarang Suleiman tetap membina hubungan dengan teman-teman di Indonesia.

"Saya dulu pemalu. Sekarang menyesal mengapa dulu tidak mengambil mojang Sunda sebagai istri. Bahasa Sunda saya pun cuma saetik. Rasanya hidup saya seperti pepatah Melayu lama: Tempat Jatuh Lagi Dikenang, Ini Kan Pula Tempat Bermanja. Artinya, saya tak akan pernah melupakan tempat-tempat yang berperan besar dalam hidup saya," tutur Suleiman.

Bunyi degung dari nada sambung telepon bimbit pun berbunyi lagi....

Sumber : Kompas, Sabtu, 22 September 2007

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks