Oleh : Yurnaldi
Jeda dari banyak kesibukan, siang itu, Muhammad Syafii Antonio tiba di Padang, Sumatera Barat, mengunjungi keluarga istrinya, Ir Hj Mirna Rafki MM. Bertemu keluarga sebentar, lantas ia mengunjungi Panti Asuhan Anak Mentawai yang kondisinya memprihatinkan, dan menyerahkan bantuan.
Di hadapan sekitar 40 anak-anak Mentawai yang mualaf, orang yang baru masuk Islam, Syafii, panggilannya, membagi pengalamannya. Ia juga seorang mualaf. Berkaca dari keteladanan Nabi Muhammad SAW, Syafii menegaskan, jika orang ingin sukses dan bebas dari kemiskinan, kuncinya harus melaksanakan 4B. "Yaitu, belajar dengan giat dan tekun, beribadah, berbakti kepada pembina, guru, dan orangtua, serta berdoa. Saya dulu miskin, untuk sekolah tak ada biaya. Dengan prestasi, ada saja yang membiayai kuliah saya untuk S-1, S-2, sampai S-3, dan visiting research di Oxford University," katanya.
Dengan contoh sederhana dan dipaparkan dengan bahasa gamblang, anak-anak antusias mendengarkan tausiah Syafii. "Saya ingin sukses dan terkenal seperti Pak Syafii," ujar sejumlah anak panti, bersemangat.
Mencermati kondisi sebagian panti asuhan yang memprihatinkan di banyak daerah, Syafii mengatakan, salah satu yang bisa ditawarkan adalah meminta perusahaan- perusahaan untuk menyisihkan dana corporate social responsibility (CSR) guna membantu anak-anak panti asuhan. "Selama ini panti asuhan luput dari perhatian perusahaan. Padahal, melalui dana CSR, perusahaan bisa membantu, misalnya dengan memberikan pelatihan dan keterampilan servis sepeda motor. Mereka juga diberi kesempatan magang atau modal pinjaman lunak," paparnya.
"Banyak jenis keterampilan dan pelatihan yang bisa diberikan kepada anak-anak panti. Misalnya, beasiswa untuk anak panti yang berprestasi," tambahnya.
Belajar bahasa Arab
Syafii lahir dengan nama Nio Gwan Chung. Ia lahir dan dibesarkan di Sukabumi, Jawa Barat. Ayahnya, Nio Sem Nyau, seorang Haksu (Biksu Buddha Tridharma). Tahun 1984, setelah melakukan perenungan dan kajian dari berbagai disiplin ilmu, Nio Gwan Chung berketetapan hati memeluk agama Islam. Namanya pun berganti menjadi Muhammad Syafii Antonio. KH Abdullah bin Nuh al-Ghazali yang membimbingnya mengucapkan dua kalimat syahadat.
Menjadi Muslim, ia belajar bahasa Arab di Pesantren an-Nidzom, Sukabumi. Lulus SMA, Syafii melanjutkan ke ITB dan IKIP, tetapi tak menyelesaikannya. Ia justru memperdalam Islam dengan kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah (sekarang Universitas Islam Jakarta). Ini pun tak berlangsung lama, ia lalu belajar di University of Jourdan di Jordania.
S-1 diraihnya pada 1990, Syafii lalu mengambil program master (S- 2) tentang ekonomi Islam di International Islamic University di Malaysia. Gelar doktor bidang Banking Micro Finance diraihnya di University of Melbourne pada 2004.
"Kita mengalami keterpurukan duniawi dan kerugian ukhrawi, karena selama ini menerapkan Islam secara parsial. Selama Islam hanya diwujudkan alam bentuk ritualisme ibadah, diingat pada saat kelahiran bayi, ijab kabul pernikahan, serta penguburan mayat; sementara itu dimarginalkan dari dunia perbankan, asuransi, pasar modal, pembiayaan proyek dan transaksi ekspor-impor, maka umat Islam telah mengubur Islam dengan tangannya sendiri," katanya.
Dalam hidup dan bisnis, teladan Syafii adalah Nabi Muhammad SAW. "Nabi Muhammad adalah The Super Leader, SuperManager. Dari keteladanan Nabi Muhammad, kita belajar kearifan leadership. Manajemen dari suri teladan terbaik dalam self development, bisnis dan kewirausahaan, kehidupan rumah tangga, dakwah, tatanan sosial dan politik, sistem hukum, pendidikan dan strategi militer," ungkapnya.
Syafii tak "sekadar" memeluk agama Islam. Ia menggeluti dan mendalami ajaran Islam. Ia menulis banyak buku keislaman, dan menularkan konsep ekonomi syariah. Konsep ekonomi syariahnya tak hanya dipakai negara dengan mayoritas penduduk Islam, tetapi juga di Eropa dan Amerika.
Bisnis syariah
Mengutip data Bank Indonesia (BI) pada kuartal I 2008, nilai bisnis syariah Rp 37,6 triliun. Indonesia, katanya, menjadi pemain terbesar dalam industri keuangan syariah. Di sini ada 3 bank umum syariah, 28 unit usaha milik bank umum, 46 asuransi syariah, dan 117 bank perkreditan rakyat syariah dengan 724 kantor dan 1.246 kantor perwakilan.
BI pun menetapkan 2008 sebagai Tahun Perbankan Syariah. Target BI, nilai aset bank syariah naik menjadi 5 persen atau Rp 91,6 triliun. Di balik kesuksesan bisnis syariah itu, andil Syafii tak bisa dikesampingkan.
Ini bermula pada 1997-1998, saat krisis ekonomi melanda Indonesia. Dampaknya, puluhan bank ditutup. Syafii menilai ada yang "tak beres" dalam sistem yang kita anut selama ini. Tak adanya nilai-nilai Ilahiah yang melandasi operasional perbankan dan lembaga keuangan lain, menjadikan lembaga "penyuntik darah" pembangunan ini sebagai "sarang perampok berdasi" yang meluluhkan sendi perekonomian bangsa.
Syafii berpendapat, inilah saatnya para bankir mengimani Al Quran. Menunjukkan bahwa muamalah syariah dengan filosofi utama kemitraan dan kebersamaan (sharing) dalam profil dan risiko dapat mewujudkan kegiatan ekonomi yang lebih adil dan transparan. "Inilah saatnya kita membuktikan sistem perbankan syariah dapat menghilangkan wabah penyakit keuntungan minus," katanya.
Syafii, yang merintis Bank Muamalat dan Asuransi Takaful, menyebutkan telah "mengislamkan" 28 bank, 41 asuransi, 2 lembaga keuangan, 21 suku koperasi, 17 reksadana syariah, dan 1 pegadaian syariah, serta 105 lebih Bank Perkreditan Syariah dan 3.000 BMT (semacam Koperasi Syariah).
Ia, antara lain, dipercaya jadi Komisaris dan Dewan Pengawas di Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Takaful. Pada 2006, yafii diangkat Perdana Menteri Malaysia sebagai Shariah Advisory Council Bank Central Malaysia. Pada 20 Juni 2008 ia ditunjuk sebagai nternational Shariah Advisor di Al-Mawarid Finance di Dubai, Uni Emirat Arab, juga diamanati sebagai Komite Ahli Bank Syariah.
Di sela-sela kesibukan itu, Syafii masih sempat menulis 11 buku tentang perbankan, leadership, dan manajemen. Pada 2003 ia menerima Syariah Award dari Majelis Ulama Indonesia, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Indonesia.
Belakangan, ia juga sibuk membangun Andalusia Islamic Centre Sentul City, Bogor. Bangunan di atas tanah seluas 2,5 hektar itu dimaksudkan sebagai wadah silaturahim, dakwah, pendidikan, dan pencerahan umat Islam.
Sumber : Kompas, Kamis, 23 Oktober 2008
0 comments:
Post a Comment