Oleh : Ani
Saat masih mengenakan seragam putih merah, Andreas tidak pernah berciita-cita untuk berkecimpung di dunia Information Tekhnology (IT). Impiannya cuma satu, menjadi pemain basket profesional dan terkenal. Namun kini, agaknya dia cukup puas memimpin perusahaan asing, Dell dan membawahi Asia Pasifik dan Jepang.
"Karena dunia IT dan dunia telekomunikasi adalah 2 industri yg paling seksi dan akan semakin seksi di waktu yang akan datang," ujar Andreas.
Lahir dan besar di tengah keluarga atlit basket membuat Andreas juga terobsesi menjadi pemain basket tangguh. Namun, cita-citanya tersebut terganjal tinggi badannya yang tidak memenuhi syarat untuk menjadi pemain basket. "Saya kan pendek. Lihat saja pemain basket sekarang tinggi-tinggi," katanya sambil tertawa.
Selepas melepas gelar masternya di University of Western illinois, Andreas kembali ke tanah air untuk mengadu nasib. Kala itu, dia lantas menerima tawaran bekerja sebagai marketing sebuah kartu kredit. Namun, baru genap sebulan dijalani, Andreas lantas memutuskan untuk hengkang.
Pengalaman tersebut memberi pengaruh dalam banyak hal. Dia menuturkan,"Saya merasakan ternyata susah jualan kartu kredit dan membujuk orang." Akhirnya, Andreas kecemplung dalam dunia IT.
Sebelum menjadi Regional Managing Director Asia Pasific and Japan di Dell, Andreas pernah berkiprah di Hewlett-Packard (HP). Akhir Oktober 2006 lalu, dia hijrah ke salah satu musuh bebuyutan HP dalam hal produksi dan penjualan, seperti personal computer (PC) built-up dan server, Dell.
Tentu saja, hal ini menjadi kabar mengejutkan bagi manajemen HP, baik di Indonesia maupun di kantor pusat. "Pria memasuki usia 40 tahun memasuki midlife crisis, yakni ganti agama, ganti istri dan ganti pekerjaan. Nah, ganti agama dan istri tidak mungkin, yang bisa ganti pekerjaan," ujar Andreas sambil tertawa.
Namun yang pasti, kata Andreas, alasannya adalah karena di beri kesempatan untuk berkiprah secara internasional dengan membawahi berbagai negara. Dan itu dapat dilakukan dengan tetap tinggal di tanah air. Sosok Andreas memang sudah sangat melekat dengan HP. Tak hanya di Indonesia, tapi juga Singapura dan Australia. Ia pernah menjabat Corporate Account Representative HP di Singapura, Manajer Pengembangan Pasar HP di Australia, dan pada 1999 menjadi Manajer Country HP Indonesia.
Sebelum ke HP, Andreas pernah berkarier di NeoStar Inc., Dallas-Texas, AS, dan PT Service Quality Centre Indonesia. Pengalaman, prestasi dan otoritas Andreas di HP tak perlu diragukan lagi. Tahun 2003, penyandang gelar MBA dari Western Illinois University, AS, ini pernah mengantarkan HP Indonesia meraih penghargaan Best Country of the Year di seluruh Asia Pasifik dan Jepang. Sebuah penghargaan yang menggabungkan penilaian pada kinerja tim: penjualan, profitabilitas, pangsa pasar, manajemen, kepuasan karyawan dan kepuasan pelanggan. Penghargaan serupa juga diperolehnya tahun 2005.
Toh, semua itu tak menyurutkan minat Andreas meninggalkan HP. Meski mendapat tawaran dari sejumlah perusahaan melalui jasa headhunter yang menghampirinya, termasuk dari perusahaan multinasional di bidang entertainment, Andreas lebih memilih Dell. "Dell merupakan salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia yang memiliki model bisnis yang sangat unik. Ini membuat saya harus mempelajarinya lebih dalam lagi," katanya.
Selain itu, ia menambahkan, ruang lingkup perusahaan asal Amerika Serikat ini, sebagai perusahaan global yang beroperasi di banyak negara menjadi footprint yang sangat kuat. "Walau saya sudah memiliki pengalaman internasional, secara pribadi saya belum pernah memegang sebuah region. Pada dasarnya, ini merupakan pengembangan diri bagi saya," tutur Andreas.
Bagi Andreas, meninggalkan HP juga bukan perkara mudah. Ini bisa dibuktikan dari lamanya proses negosiasi dengan Dell yang memakan waktu hingga 6 bulan. Baru pada akhir Oktober 2005 lalu Andreas resmi masuk Dell, dengan opsi dan jabatan yang menggiurkan. Selain memimpin dan mengelola bisnis Dell di Indonesia sebagai Direktur Pengelola, ia pun dipercaya sebagai Direktur Pengelola Dell Asia Selatan dan Grup Developing Markets, yang membawahkan 20 negara berkembang lainnya di kawasan ini.
Yang lebih menarik lagi, kelahiran Jakarta, 12 September 1968, ini diberi hak eksklusif oleh Dell, yakni diperbolehkan bermarkas di Jakarta. "Ini suatu hal yang istimewa. Sebab, setahu saya belum pernah ada region head perusahaan yang sifatnya major yang diperbolehkan berbasis di Jakarta," ujarnya.
Boleh jadi, ditariknya pehobi bola basket ini merupakan salah satu upaya Dell memperkuat keberadaannya di Indonesia dan Asia Selatan. Terlebih lagi, sejauh ini Dell masih kesulitan menaklukkan pasar Indonesia. Andreas meyebutkan, tugas utama yang dibebankan di pundaknya adalah meningkatkan kinerja sehingga Dell bisa mencapai posisi pertama di setiap segmen pasar dan ujung-ujungnya meningkatkan kepuasan pelanggan.
Hasilnya, pertumbuhan Dell maju pesat hingga 40 persen dengan pasar mencapai 700 ribu unit per tahun di Indonesia.Sejujurnya, tugas Andreas terbilang berat. Di Indonesia, misalnya, meski International Data Corporation menyebutkan bahwa di segmen korporasi besar Dell memimpin pasar, terutama untuk PC, di segmen consumer dan UKM, Dell masih kesulitan menembus dominasi HP, IBM/Lenovo, Acer dan Toshiba.
"Memang untuk total market, Dell di Indonesia masih kecil. Selama ini Dell hanya main di enterprise, tidak main di segmen small-medium business dan consumer. Tugas saya sekarang adalah memperkuat posisi enterprise dulu, setelah itu akan melangkah masuk pasar small-medium business dan consumer. Tetapi, saya optimistis dengan kredibilitas Dell," ujar Andreas.
Sumber : Kompas, Senin, 27 Oktober 2008
0 comments:
Post a Comment