May 31, 2009

Supriyono dan Pencak Silat

Supriyono dan Pencak Silat
Oleh : Denny Sutoyo Gerberding

Stadion Olahraga Den Helder, Belanda, sore itu penuh sesak dengan kaum muda. Ini lantaran ada demo seni bela diri seantero Belanda. Perguruan pencak silat Merpati Putih dari Den Haag dipimpin Supriyono berdemo memukul benda-benda keras dengan tangan kosong.

Di atas panggung ada tumpukan beton, kayu, dan lempengan logam besi. Lalu Tom, pemuda Belanda berperawakan ramping, menghancurkan delapan lempeng beton. Hadirin pun berdecak kagum, beberapa orang mengambil serpihan batu yang berserakan untuk membuktikan itu memang beton.

Secara bergilir, murid-murid Merpati Putih (MP) asuhan Supriyono (53) mempertunjukkan kemampuan tenaga dalam mereka untuk mematahkan benda-benda keras. Mereka menggunakan tangan, kaki, bahkan sundulan kepala. Esok harinya, foto Tom yang tengah beraksi muncul dalam sejumlah koran Belanda.

"Sebetulnya 10 lempeng beton pun Tom mampu. Dia murid yang tekun dan disiplin. Padahal belum lama dia bergabung, tetapi sejak awal saya sudah lihat dia berbakat. Tom itu mahasiswa sastra Jawa," kata sang guru, Supriyono.

Sejak tahun 1984 Supriyono meninggalkan Jakarta dan menetap di Den Haag, Belanda. Pada tahun itu pula ia mulai menekuni olahraga bela diri MP. Di bawah bimbingan Pelatih Bedjo, pengawal KBRI ketika itu, ia turut mendirikan perguruan MP Cabang Belanda pada 8 Agustus 1986.

Sampai sekarang, 23 tahun kemudian, ia tetap setia berkecimpung di MP yang menjadi salah satu wadah kegiatan pelajar dan mahasiswa Indonesia. Bahkan, anggota MP tak hanya WNI, tetapi juga warga Belanda dan campuran Indonesia-Belanda.

Untuk itulah, dua kali dalam seminggu Supriyono selalu menyediakan waktu untuk melatih silat murid-muridnya. Semua itu dia lakukan secara sukarela, tidak menerima bayaran. Bahkan untuk menutup kekurangan biaya operasional, ia sering mengeluarkan uang dari koceknya.

Mendidik dan melestarikan

Di kalangan organisasi bela diri Belanda, nama Supriyono dikenal karena kepiawaian dan dedikasinya yang tinggi. Namun, pria yang beribu Sunda, berayah asal Jawa, dan dibesarkan di Bogor ini tetap berpenampilan sederhana dan ramah. Berbagai piagam kejuaraan dan penghargaan tersimpan rapi dalam lemari, tidak dipajang, apalagi dipamerkannya.

"Supaya bisa menghayati falsafah dan pedoman perguruan kami (MP) sangat berat, yakni mencari tindakan yang benar dan tepat dalam keheningan," ungkap Supriyono.

Soal dedikasi pun, Supriyono hanya berujar, "Moto kami adalah ’Sumbangsihku tak berarti, tapi keikhlasanku nyata’."

Semua itulah yang ingin dia amalkan dan tekankan kepada anak didiknya. Oleh karena itu, dia berusaha untuk tak meminta dan selalu siap memberi.

Supriyono mengaku hanya ingin menekuni, mencintai, dan melestarikan budaya Indonesia, dan berusaha meneruskan ilmu MP kepada mereka yang membutuhkan. Justru di rantau, ia ingin MP sebagai tradisi budaya Indonesia bisa ditularkan.

"Walaupun ilmunya dari Indonesia, nilai-nilai yang melandasi MP itu bersifat universal, seperti menghormati sesama, terutama orangtua dan guru, persahabatan, kasih sayang, serta memberi kepada yang membutuhkan," kata dia.

Berprasangka

Di daratan Eropa, hanya Belanda dan Perancis yang memiliki cabang MP. Mungkin karena masih terbatas itulah, kata Supriyono, "Ada saja orang yang berprasangka ini ilmu mantra atau klenik. Padahal ilmu MP sama sekali bukan sektarian, melainkan tenaga dalam."

Teknik MP adalah kemampuan seseorang dalam waktu singkat menghimpun kekuatan dan menguasai prana dengan menggunakan rangkaian posisi tubuh, teknik pernapasan, meditasi, dan peregangan otot. "Semua itu digabungkan dengan kemampuan psikis dan biologis," lanjutnya.

Dia mencontohkan, pernapasan melibatkan oksigen sehingga terjadi peristiwa kimiawi yang menimbulkan panas atau energi. Ketika napas ditahan, akan terjadi kekurangan zat asam. Ketika ini berlangsung, timbul zat baru yang sangat aktif untuk mempercepat pengulangan peristiwa kimiawi tersebut. Zat ini dikenal sebagai Adenose triposphat (ATP), yang besarnya lima kali lipat dari tenaga yang dihasilkan peristiwa oksidasi itu sendiri.

Apabila proses oksidasi terus berulang cepat, akan timbul getaran. Getaran ini bisa ditingkatkan frekuensinya jika orang mengenali ciri-cirinya. Teknik getaran inilah yang dimanfaatkan MP untuk memecahkan benda-benda keras.

Budi pekerti

Selain pengolahan tenaga dalam, MP juga melatih keterampilan bela diri, kebugaran, peningkatan daya tahan fisik, latihan getaran (mata tertutup menebak warna dan bentuk materi), serta teknik pernapasan dan peregangan yang bisa berguna untuk penyembuhan.

Penyakit asma, misalnya, berpeluang sembuh lewat teknik pernapasan. Setiap latihan Supriyono selalu mengingatkan murid-murid bahwa MP bukan untuk unjuk kekuatan fisik, maka sikap pongah dan sok jagoan harus dihindari. Dia juga dikenal sebagai pembentuk pribadi kaum muda yang "bermasalah".

Dia bercerita, lantaran bentuk badannya yang besar, seorang anak muda menjadi bahan olok-olok di sekolah. Setelah bergabung dengan MP, anak muda itu dibimbing untuk memiliki rasa kepercayaan diri dan bersikap positif. Alhasil, teman-teman sekolahnya bisa melihat sisi positif dari diri anak muda tersebut.

Namun, ada pula murid Supriyono yang tak mematuhi ajaran sang guru. Dengan sikap sombong, dia mencoba memukul benda-benda keras. Kesombongan yang melandasi sikapnya tersebut ternyata malah membuat tangannya terluka.

"Dia tidak berhasil memukul benda keras karena hanya mengandalkan kekuatan fisik saja, tidak dilandasi rasa ikhlas, rendah hati," kata Supriyono, yang bagi sebagian pelajar dan mahasiswa Indonesia di Belanda sering dianggap sebagai orangtua angkat atau tempat "curhat".

Bagi Supriyono, latihan-latihan MP adalah perjalanan menuju penguasaan diri melalui medan yang berat dengan tujuan kemanusiaan. MP tidak mencetak calon jagoan yang ingin menonjolkan kekerasan dan kekuatan fisik.

"Inti ajaran MP adalah untuk membentuk manusia yang santun, berbasis nurani dan budi pekerti. Sebab, dalam kelembutan dan keheningan itu tersimpan kekuatan luar biasa yang pantang digunakan untuk tindak kejahatan," tutur Supriyono, yang berencana mengisi waktu pensiunnya nanti dengan mengelola MP secara lebih profesional.

Sumber : Kompas, Selasa, 21 Agustus 2007

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks