May 29, 2009

Liya Kebede, Berlian dari Etiopia

Liya Kebede, Berlian dari Etiopia
Oleh : Simon Saragih

Ia menjadi Goodwill Ambassador WHO pada 7 Maret 2005 atas pilihan Direktur Jenderal WHO Lee Jong-wook. Liya Kebede pun mewakili organisasi PBB itu. Dia menjadi figur tokoh terkenal yang yang ditunjuk bukan pejabat resmi. Dengan statusnya itu, ia ikut memperjuangkan pencegahan kematian ibu, bayi, dan perbaikan kesehatan anak.

Liya adalah dubes yang sempurna untuk isu ini. Bukan hanya karena ia wanita muda dan berkarier, melainkan dia warga Etiopia yang merangkak ke puncak profesi sebagai model. Dia punya pengalaman soal kesenjangan di antara dua dunia dan dia juga bersemangat menggunakan popularitasnya untuk menjembatani kesenjangan yang ada," kata Lee soal Kebede.

Kebede dipilih untuk menyukseskan program WHO berjudul "Buatlah Semua Ibu dan Anak Selamat".

Ia ingin dunia tahu bahwa 500.000 ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau melahirkan, dan hampir 11 juta anak meninggal sebelum berusia 5 tahun. Tragedi itu umumnya terjadi di negara berkembang seperti Etiopia. WHO ingin mengurangi angka kematian itu menjadi hanya sepertiga pada tahun 2015.

"Sebagai warga Etiopia dan seorang ibu, saya kaget mendengar begitu banyak ibu dan anak yang meninggal sia-sia setiap tahun. Saya benar-benar berkomitmen menggunakan pengaruh saya untuk memastikan kematian ibu dan anak tak lagi luput dari perhatian," tutur Kebede.

Penolakan

Perempuan ini lahir dan tumbuh di Addis Ababa, Etiopia. Saat belajar di sekolah Lycee Guebre Mariam (sekolah pendidikan Perancis di Addis Ababa), seorang sutradara film tertarik kepadanya, kemudian Kebede pun diperkenalkan kepada agen model Perancis.

Setelah merampungkan studi, pada usia kurang dari 18 tahun, ia pindah ke Paris untuk mendalami profesi model. Dia harus menghadapi dunia yang memanjakan sekaligus bisa menyakitkan. Pada awal tahun 2000-an, ia menghadapi penolakan sebagai model.

Merasa tak bisa berkembang di Paris, Kebede pergi ke Chicago, Amerika Serikat, yang juga menyambutnya dingin. New York pun menolaknya. Kebede dianggap gadis biasa tanpa keistimewaan. Namun, ia tak kecewa atau mundur. Ia yakin masalahnya hanya soal waktu. Dia tetap berharap ada perancang yang menemukan "sesuatu" dalam dirinya.

Kebede menyadari, secara de facto dunia model adalah dominasi kulit putih walau ada satu-dua model kulit hitam. Namun, dia yakin dan punya kiat menaklukkan dunia model. Katanya, impian harus terjaga karena impian adalah harapan.

"Jika Anda tak memiliki impian, saya tak tahu lagi apa yang Anda miliki. Anda harus menginginkan sesuatu yang di luar keyakinan umum dan benar-benar menyenangkan jika impian itu terwujud," kata Kebede, yang lahir dari keluarga kelas menengah dengan empat anak. Ia adalah satu-satunya anak perempuan.

Lingkungannya jauh dari nuansa model. Namun, sejak kecil hatinya ingin berada di dunia model. Kebede tak berwajah seperti keturunan Etiopia umumnya. Banyak pria Etiopia yang menyanjungnya sebagai si cantik dengan keunikan. Itulah yang membuat dia punya rasa percaya diri dan bermimpi menjajal dunia model.

Pendorongnya adalah model Naomi Campbell. Poster Campbell ia pasang di rumah. Iman Abdulmajid, model kulit hitam pertama yang berhasil menerobos dominasi kulit putih, pun menjadi inspirasinya.

Berlomba-lomba

Walau berkali-kali ditolak menjadi model, Kebede tak berhenti belajar berlenggak-lenggok. Ia aktif dan gencar mendekati para pemerhati model. Tahun 2000 dia bertemu Tom Ford, Direktur Artistik Gucci, yang memberi kesempatan baginya tampil pada peragaan busana di Milan, Italia.

Setelah itu, semua mata melirik dia. Penampilan Kebede di Milan membuat mereka yang pernah menolaknya menyesal. Donna Karan, Chanel, dan Dolce & Gabbana, misalnya, lalu memburu dia. Riwayat hidupnya pun masuk dalam daftar agen-agen model.

Pada tahun 2003 Estee Lauder mengontraknya senilai 3 juta dollar AS. Hal ini sekaligus menjadikan Kebede sebagai model keturunan Afrika pertama dalam 57 tahun sejarah perusahaan kosmetik itu.

Maka, semua sudut tubuh dan wajah dia dinilai "tinggi". Kebede yang memiliki tinggi 178 cm itu telah membuat Etiopia mendadak terkenal di dunia model.

Kecantikan Kebede disebut unik. Wajahnya rupawan, mata dan bibirnya aduhai. Begitulah sebagian orang menggambarkan dirinya.

Aerin Lauder, Wakil Presiden Global Advertising Estée, melukiskan Kebede sebagai sosok yang mengubah definisi kecantikan dan warna. Ia dianggap sebagai bagian dari talenta dunia, yang terdiri atas berbagai peradaban, dan Kebede mewakili Afrika.

Makin bertaburan tawaran untuknya, mulai dari negara di Eropa, seperti Italia, hingga berbagai kota di Amerika Serikat. Kisah Kebede pun diserupakan dongeng Cinderella.

Dari posisi sebagai seorang yang ditolak, Kebede lalu tak saja dipandang sebagai model kulit hitam yang sukses. Dia pun disebut-sebut seksi, elegan, dan bersemangat dengan ambisinya.

Ia juga menjadi pemberi semangat bagi setiap kelompok minoritas bahwa harapan tidak pernah pupus. "Saya bahagia jika seorang gadis muda melihat saya dan berkata, ’ia berhasil, berarti saya juga bisa’," kata Kebede tentang mereka yang menjadikannya sebagai idola.

Sejak tahun 2007 dia menetap di New York dengan suaminya, Kassy Kebede, seorang ahli keuangan, dan dua anak mereka, Suhul serta Raee.

"Sekarang saya ingin kembali ke Etiopia, melakukan sesuatu yang semoga berguna untuk orang banyak dan memberi sumbangsih," kata Kebede kepada CNN awal Juni 2007.

Bono, rocker Irlandia dari grup U2, pun menyanjung Kebede. "Dia adalah selebriti sejati yang menghindari kepalsuan. Ia pas sekali dengan misi kemanusiaannya itu," kata Bono.

Sumber : Kompas, Rabu, 4 Juli 2007

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks