May 29, 2009

Iskandar : Busur Panah dan Atlet Nasional

Busur Panah untuk Atlet Nasional
Oleh : Lis Dhaniati

Sebelum menekuni usaha pembuatan busur panah, Iskandar sempat beraksi sebagai atlet panahan dari Jawa Barat. Perkenalannya dengan dunia panahan, membuat dia bisa melihat peluang dan memilih berkonsentrasi untuk membuat dan memperbaiki busur para atlet panahan.

Di balik penampilan para atlet panahan nasional dewasa ini, ada Iskandar (35) yang menjadi "pemasok" busur untuk cabang olahraga tersebut.

Bisnisnya memang termasuk spesifik. Dia membuat busur untuk cabang panahan ronde nasional maupun tradisional. Sedangkan busur untuk ronde FITA (recurve) masih impor.

"Saya mulai berkecimpung dalam pembuatan busur panahan sejak tahun 1989," kata warga Kelurahan Sukapura, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung ini.

Waktu itu, cerita Iskandar, ia baru lulus SMP. Berhubung orangtuanya tak mampu membiayai kelanjutan sekolahnya, ia memutuskan ikut bekerja pada seorang tetangga yang memproduksi busur untuk olahraga panahan. "Hitung-hitung kerja sambil belajar," ucapnya.

Selama ikut pada tetangga itu Iskandar mengerjakan bagian pekerjaan awal dalam proses pembuatan busur panah. "Istilahnya mah ngebakalan, bikin bakalnya saja," tuturnya.

Pembuatan bakal itu berarti memotong, membentuk, serta menghaluskan bahan busur berupa bambu dan kayu. Tahap akhir, kata Iskandar, dikerjakan sang pemilik usaha sendiri. Meski begitu, Iskandar tetap berusaha menyerap ilmu pembuatan busur dari awal hingga tahap penyelesaian.

Belajar memanah

Dari bekerja pada produsen busur panah, pada 1992 Iskandar tertarik untuk belajar memanah. "Awalnya, saya belajar di lahan milik PT Pindad, BUMN yang membuat senjata," ungkap Iskandar.

Di situ dia melihat bagaimana produsen busur memasarkan produknya langsung di Lapangan Padjajaran yang merupakan tempat berlatih para atlet panahan Jawa Barat. Iskandar terpacu untuk serius berlatih panahan.

Hasilnya, dia bisa tergabung dalam tim Jabar untuk PON 1996 di Jakarta. Namun, keberuntungan belum berpihak padanya. Ia gagal membawa pulang medali sebagai bukti prestasi.

"Mungkin karena waktu itu saya terlalu rajin berlatih. Akibatnya, saat tampil di PON pencapaian saya justru sudah melewati masa puncak. Saat latihan, nilai saya mencapai 900-an. Eh, waktu PON malah turun di angka 800-an," tuturnya.

Meski gagal menorehkan prestasi mengesankan, Iskandar tak kecewa. Baginya, pengalaman sebagai atlet bisa menjadi faktor yang memberi nilai tambah untuk pekerjaannya sebagai pembuat busur panah.

"Saya jadi tahu apa yang diinginkan atlet terkait dengan peralatan yang mereka pakai. Ini berbeda jika si pembuat busur sekadar pembuat," ucap Iskandar. Selanjutnya dia lebih banyak bertugas sebagai mekanik busur untuk para atlet panahan asal Jabar.

Tergabung dalam tim, sebagai atlet maupun mekanik, baginya merupakan berkah. "Jaringan pemasaran menjadi lebih mudah dan luas. Beberapa kali saya bisa ikut pertandingan yang digelar di daerah lain," ceritanya. Interaksinya dengan para pengguna busur hasil produksinya, yang tak sekadar antara penjual dan pembeli, merupakan nilai lebih.

Bambu Tasikmalaya

Busur buatan Iskandar dipakai beberapa atlet nasional, seperti Rusena Gelanteh serta Yasmidar Hamid. Ia juga sering mendapat pesanan dari luar Jabar, seperti Kalimantan, Lampung, Papua, dan Maluku. Dia memberi garansi untuk produk busur bikinannya.

Para atlet yang memakai produknya, secara tidak langsung telah menjadi media promosi paling efektif bagi Iskandar. "Kalau busur itu enak dan awet, mereka pasti bilang kepada kawan-kawan sesama atlet," tutur Iskandar yang mandiri sebagai produsen busur sejak 1999.

Satu busur panah ia jual dengan kisaran harga Rp 450.000 hingga Rp 750.000. Jika busur itu dilengkapi aksesori seperti standar (dudukan) busur, pisir, dan penstabil, harganya menjadi Rp 2,5 juta. Iskandar lebih berkonsentrasi pada pembuatan busur, dan hanya sesekali ia membuat anak panah.

Biasanya Iskandar membuat sendiri busur panah, sedangkan pembuatan aksesori dan peralatan pendukung seperti pelindung dada dan kantung anak panah, dia serahkan kepada para kerabat.

Untuk membuat busur yang kuat, ia memilih bahan baku bambu betung yang kebanyakan didatangkan dari Tasikmalaya, Jawa Barat.

"Sebenarnya semua jenis bambu bisa dijadikan bahan busur. Namun, bambu betunglah yang paling cocok, sebab daging bambu itu tebal dan ruasnya panjang, sehingga busur tidak mudah patah," tuturnya.

Kekuatan busur sangat penting bagi para atlet, sebab busur tak akan mudah patah untuk digunakan latihan intensif. Selain itu, kekuatan melentingkan anak panah pun bisa terjaga.

Selain itu, Iskandar juga hanya menggunakan bambu yang sudah benar-benar kering untuk memastikan kekuatan melentingkan anak panah. "Pengeringan dengan cara diangin-anginkan saja, bisa makan waktu tiga sampai empat bulan," katanya.

Untuk bagian pegangan busur (handle), Iskandar menggunakan beberapa jenis kayu, yakni sonokeling, mahoni, nangka, dan keruing. Berdasar pengalaman, kata dia, kayu keruing dan sonokeling yang paling bagus sebagai bahan baku pegangan busur.

"Sayangnya kedua kayu itu relatif berat," ucapnya.

Meski ada standar yang harus dipenuhi, yakni ukuran tebal dan panjang, busur panah sebenarnya tak lepas dari inovasi. Sebagai mantan atlet (sesekali dia juga melatih atlet panahan), Iskandar mengaku amat terbantu dalam berinovasi.

Dia antara lain bisa mengubah model pegangan, agar lebih nyaman saat busur digunakan. Padahal inovasi yang dilakukan Iskandar sederhana saja, hanya dengan menempelkan bambu pada bagian depan pegangan sehingga mengurangi risiko patah saat ditarik kuat-kuat. Ini berbeda dengan model lama yang melekatkan bambu pada bagian belakang pegangan.

Diawali dengan bekerja sendirian, kini Iskandar mampu mempekerjakan empat orang untuk membantunya. "Setidaknya mereka tidak jadi pengangguran," kata Iskandar tanpa menyebut berapa dia bisa memberi upah mereka.

Jumlah pekerja itu akan bertambah saat pesanan busur panah meningkat. Pesanan tersebut akan meningkat terutama saat menjelang berlangsungnya pertandingan, seperti PON atau kejuaraan daerah.

Sumber : Kompas, Kamis, 5 Juli 2007

2 comments:

INDO ABIS said...

dimana alamat pak iskandar?????
mksh

INDO ABIS said...

dimana alamat pak iskandar?????
mksh

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks