May 29, 2009

Bastoni, Jejak Panjang Pelestari Harimau

Jejak Panjang Pelestari Harimau
Oleh : Agnes Rita Sulistyawaty

Hutan Senepis-Buluhala hadir di hadapan penonton di Kebun Binatang South Lake, Inggris. Suara hewan dipadu gambar-gambar yang terekam kamera foto intai membawa imajinasi penonton pada hutan di Provinsi Riau itu.

Seusai pertunjukan, sebuah kotak diedarkan. Dana yang terkumpul dipakai untuk membiayai kegiatan konservasi harimau sumatera. Lembar poundsterling tersebut membiayai langkah Yayasan Penyelamatan Konservasi Harimau Sumatera (PKHS)/Sumatran Tiger Trust-Indonesian Program.

"Saya terharu mendengar cerita pengumpulan uang untuk aktivitas konservasi harimau sumatera di hutan Senepis-Buluhala itu. Mereka begitu perhatian pada kita, padahal mereka tinggal di benua yang berbeda," tutur Bastoni (39), pembina PKHS, yang juga mengetuai langkah konservasi di Senepis-Buluhala.

PKHS ada di tiga tempat, yakni Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung, Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) Riau-Jambi, dan calon Taman Nasional Senepis-Buluhala di Kota Dumai, Riau.

Dengan dana itu, tim PKHS keluar-masuk hutan Senepis-Buluhala. Dalam sebulan, dua kali tim masuk ke hutan. Sekali perjalanan bisa menghabiskan waktu hingga 10 hari. Bila tak ada aral melintang, Bastoni ikut dan bermalam di hutan setidaknya 4-5 hari.

Nasib harimau bali dan harimau jawa yang lebih dulu punah telah membuat nama Indonesia buruk di mata internasional. Karena itulah, Bastoni mati-matian berusaha mempertahankan populasi harimau sumatera yang tahun 1992 diperkirakan tersisa 400-500 ekor. Uang donasi itu adalah perpanjangan napasnya.

Gudang pengetahuan

Dari perjalanan menyusuri hutan inilah Bastoni menimba pengetahuan. Perjalanan di hutan yang merupakan kantong harimau di Dumai itu bukan sekadar melangkahkan kaki. Dengan terampil Bastoni mengumpulkan kotoran harimau yang ditemui sepanjang jalan.

Matanya berbinar manakala jejak kaki datuk, sebutan untuk harimau sumatera, tercetak di atas tanah gambut atau tanah liat hutan Senepis-Buluhala. Jejak itu diabadikan dengan foto. Bila memungkinkan, tim membuat cetakan tapak kaki harimau dari campuran gipsum dan air.

Puluhan cetakan tapak kaki harimau, kotoran, dan bulu harimau tersimpan di Kantor PKHS Dumai. Belum lagi foto-foto hasil kamera foto intai di tiga titik hutan Senepis.

Dari tiap gambar harimau yang berhasil diabadikan itu, ia membedakan harimau yang satu dan lainnya. Ini dilihat dari loreng di tubuh harimau. Ia begitu bersemangat saat awal Juni lalu berhasil mengabadikan seekor induk beserta anak. Artinya, Senepis masih menjadi tempat hidup yang memadai bagi harimau kendati tanah gambut di hutan ini sempat diperkirakan tak disukai sebagai habitatnya.

"Sejak saya di TNWK, baru sekali ini camera trap mendapati induk dan anak dalam satu frame foto," tutur Bastoni.

Kemampuan berkembang biak merupakan indikator bahwa lingkungan yang ditempati harimau sumatera memadai untuk dihuni. Hewan-hewan yang jadi makanan harimau bisa ditelusuri dari kotoran datuk yang ditemukan di hutan. Dalam kotoran harimau terdapat sisa tulang atau bulu mangsa yang dimakannya. Sisa-sisa inilah yang menunjukkan keragaman hewan yang tersisa di hutan Senepis.

Hasil dari hutan inilah yang memberi Bastoni pengetahuan gratis, setelah keinginannya melanjutkan pendidikan formal terganjal biaya yang tak mampu ditanggungnya.

Perilaku harimau dipelajari Bastoni dari seringnya dia bergumul dengan alam dan pengamatan terhadap jejak yang ditinggalkan harimau. Ia bahkan bercita-cita menjadikan barang- barang temuan di hutan sebagai bagian dari media pembelajaran bagi anak-anak di sekolah dasar.

Kendati menggeluti harimau, rasa takut saat berhadapan langsung dengan datuk masih melekat padanya. Bastoni bahkan menyimpan pengalaman bertemu langsung dengan harimau yang terjerat tali masyarakat tahun 2006.

Ketika itu harimau berhasil memanjat pohon yang awalnya digunakan Bastoni untuk menyaksikan hewan itu dari dekat. Jantung berdegup keras, ia harus mengambil keputusan. Dia lalu melompat dari pohon yang tingginya sekitar 5 meter.

"Betapa pun lamanya kita sudah menggeluti harimau, tetapi karisma datuk masih tetap ada. Bila berhadapan langsung, mau tak mau rasa takut itu datang juga," ujar Bastoni.

Sampai sekarang ia bisa menunjukkan cakar harimau di pohon yang dipanjatnya. Asalkan pohon itu belum ikut ditebang pembalak atau perambah hutan.

Jalan panjang

Sejak 2002, Bastoni menekuni upaya konservasi harimau sumatera di kawasan hutan Senepis-Buluhala. Tahun 2003 Wali Kota Dumai menunjuk kelompok hutan Senepis-Buluhala sebagai kawasan konservasi harimau sumatera. Namun, hingga kini penunjukan itu belum terwujud.

Fakta lapangan bahkan berkata sebaliknya. Kawasan hutan malah dikapling-kapling menjadi milik perorangan. Melihat kondisi di lapangan, Bastoni memperkirakan tersisa lima tahun saja sebelum seluruh pepohonan rindang yang menaungi pakan mangsa harimau sumatera beralih menjadi kebun sawit.

Bunyi gergaji mesin (chainsaw) bersahut-sahutan seperti balap motor dari dalam hutan. Dulu, bunyi itu merupakan tanda pembalakan liar. Kini, itulah pertanda konversi lahan yang semakin dekat.

Keresahan tentang ruang hidup harimau sumatera di blok Senepis semakin membayang ketika akses jalan Kota Dumai- Bagan Siapi-api dirintis oleh pemerintah daerah. Jalan selebar 18 meter itu membelah hutan Senepis-Buluhala.

Jalan yang dikerjakan awal 2007 ini merupakan pertanda "rumah" harimau sumatera semakin dekat dengan jurang kehancuran. Perambahan hutan, kepemilikan lahan di dalam hutan, dan konversi hutan menjadi perkebunan semakin mudah dilakukan.

Tak heran jika Bastoni merasa PKHS masih berjalan sendiri. Sementara lembaga yang dipimpinnya itu jelas tidak bisa mengambil kebijakan menyikapi fakta di lapangan.

Kondisi itulah yang terjadi di hutan Senepis-Buluhala. Ketika kotak dana di Inggris diedarkan untuk konservasi harimau di Indonesia, habitat harimau sumatera itu justru dirusak oleh tangan bangsa sendiri.

"Saya tidak bisa membayangkan betapa besar kehilangan kita kalau harimau sumatera sampai benar-benar punah," tuturnya.

BIODATA

Nama: Bastoni
Istri: Gustimar (31)
Anak:
1. Kanda Satria Bagus (13)
2. Abi Pangestu Bagus (8)
3. Alhadiyah Bagus, meninggal saat dilahirkan 30 Mei 2007

Perjalanan:
- Tahun 1987 membentuk Kerinci Recreation Club (KRC), komunitas yang menggerakkan aktivitas alam di Gunung Kerinci
- Tahun 1993 - 1995 bergabung dengan Sumatran Rhino Survey (SRS) menangani konservasi badak sumatera
- Tahun 1995 bergabung dengan Program Konservasi Harimau Sumatera (PKHS) di Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Program ini diperluas ke wilayah perbatasan Provinsi Jambi dan Riau
- Tahun 2000 turut merintis Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT)
- Tahun 2002 merintis konservasi harimau sumatera di Senepis-Buluhala - Tahun 2003 menggarap konservasi harimau sumatera di Dumai

Sumber : Kompas, Selasa, 10 Juli 2007

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks