Tegas Tidak Sama dengan Keras
Oleh : Syahnan Rangkuti
Sepanjang 40 tahun berdiri, baru kali ini organisasi olahraga terbesar di Indonesia, KONI atau Komite Olahraga Nasional Indonesia, dipimpin seorang perempuan. Rita Sri Wahyusih Subowo (59), yang terpilih menjadi Ketua Umum KONI pada Musyawarah Nasional Ke-10 Olahraga di Jakarta 21-23 Februari 2007 lalu, menyingkirkan mitos bahwa Ketua Umum KONI harus dijabat laki-laki, pejabat, jenderal pula.
Rita bukan pejabat dan bukan pula dari kalangan militer. Padahal, pesaingnya yang semuanya laki-laki, sebagian besar adalah jenderal dan pejabat. Sebut saja pesaing terberatnya, Jenderal (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan era Presiden Abdurrahman Wahid, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana (Purn) Achmad Sutjipto, mantan Jaksa Agung Andi Muhammad Ghalib, dan mantan Deputi Menteri Pemuda dan Olahraga Djohar Arifin Husin.
"Saya tidak pernah menyangka bakal terpilih menjadi Ketua Umum KONI. Ini semua kehendak Tuhan. Mungkin juga ada masalah jender, tetapi saya merasa semua insan olahraga Indonesia saat ini menghendaki perubahan. Saya bukan pejabat dan tidak memiliki keinginan jabatan ini menjadi batu loncatan. Semuanya hanya pengabdian terhadap olahraga," ujar Rita pada hari pertama berkantor sebagai Ketua Umum KONI, Senin (26/2/2007).
Rita bukan orang baru dalam olahraga Indonesia. Pada masa kepemimpinan Agum Gumelar, Rita menjabat wakil ketua dan kemudian menjadi Sekretaris Jenderal KONI Pusat. Akan tetapi, jauh sebelum itu, Rita sudah berkecimpung dalam organisasi olahraga, terutama bola voli. Tahun 1987, putri pasangan aktor dan sutradara film Rendra Karno (almarhum) dengan Djuriah Karno ini sudah dipercaya menjadi manajer tim bola voli putri pada SEA Games 1987.
Meski mewarisi darah seni orangtuanya, Rita justru lebih senang dengan olahraga. Berbagai jenis olahraga digelutinya sejak kecil, bulu tangkis, tenis, tenis meja, boling, renang, voli, dan basket. Semasa kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Rita menjabat kapten tim basket.
Salah satu keunggulan Rita dibandingkan dengan tiga calon ketua umum lainnya adalah kemampuan lobi internasional dalam bidang olahraga. Tahun 1990, Rita sudah menjadi pengurus inti Federasi Bola Voli Pantai Asia Pasifik. Tugasnya waktu itu adalah menyebarkan olahraga voli pantai ke seluruh daratan Asia. Asia memang terlambat karena voli pantai sudah begitu mewabah di Amerika Serikat, Eropa, dan Amerika Latin.
Voli pantai ini dalam beberapa hal membuktikan keandalan Rita. Hanya dalam tempo empat tahun, bola voli pantai sudah dipertandingkan ekshibisi pada Asian Games Hiroshima, Jepang, 1994. Setahun kemudian, cabang itu sudah dipertandingkan di SEA Games 1995 di Chiang Mai, Thailand.
Rita yang juga Ketua Yayasan Anggrek Indonesia menjadi Sekjen Bola Voli Pantai Asia Pasifik tahun 1992 dan kemudian menjadi Presiden Bola Voli Pantai Asia Pasifik tahun 1993 sampai 1997. Saat ini Rita masih menjabat sebagai Wakil Presiden Bola Voli Dunia dan Wakil Presiden Dewan Olimpiade Asia (OCA).
Rita banyak menjalin persahabatan dengan beberapa petinggi negara yang maju dalam olahraga, semisal Menteri Olahraga China yang juga merupakan pengurus bola voli di negaranya. Dari persahabatan itu pula Rita diperkenalkan kepada Presiden China Jiang Zemin. Dalam pertemuan dengan sang Presiden tahun 2005, Rita mengajukan permintaan agar China bersedia membantu Indonesia dalam olahraga.
"Sekarang saya akan menjemput bola untuk merealisasikan bantuan China untuk Indonesia. Menteri Olahraga China mengatakan, untuk Olimpiade China 2008, rasanya sudah tidak mungkin, tetapi mereka sudah bersedia membantu kita untuk Asian Games 2010 di Guangzhou," ujar Rita.
Sebagai perempuan di tengah-tengah dominasi kaum laki-laki, Rita disebut-sebut tidak akan mampu bersikap tegas. "Tegas tidak sama dengan keras. Saya tidak akan menolerir yang tidak benar. Organisasi ini memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Saya lebih senang bersikap supel dan luwes, tetapi tujuan tercapai. Saya akan tegas terhadap penyimpangan atas hal-hal yang sudah disepakati," katanya.
Istri pengusaha Sobowo Atmosardjono ini memiliki bisnis sendiri. Namun, bisnis itu kini diserahkan kepada anak-anaknya yang semuanya sudah menikah.
Suaminya yang juga pengurus Kamar Dagang dan Industri itu mendukung penuh langkah istrinya. Subowo bahkan sudah berniat mengajak teman-temannya untuk menyumbangkan dana abadi buat olahraga Indonesia.
Sumber : Kompas, Kamis, 1 Maret 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment