Jun 17, 2009

Muhammad Syamsudin : Tukang Becak Hijaukan Kota Banjarmasin

Tukang Becak Hijaukan Kota Banjarmasin
Oleh : M Syaifullah

Lingkungan kotor, kumuh, dan semrawut menjadi potret sehari-hari Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Udaranya juga panas karena lingkungannya terasa gersang. Kalau sekarang sudah mulai terlihat ada tanaman-tanaman hijau dan beberapa kawasan mulai bersih dari sampah, hal itu antara lain karena jasa seorang tukang becak bernama Muhammad Syamsudin.

Kegersangan Banjarmasin ternyata menyentuh hati Muhammad Syamsudin, warga jalan Japri Zam-zam, Banjarmasin. Hanya dengan berusaha mengumpulkan biji ketapang (Terminalia catappa) saat istirahat menarik becak, dirinya mulai mencoba membibitkan tanaman tersebut dan mulai tahun 2003 melakukan penanaman di pinggir-pinggir jalan dan sungai di Banjarmasin. Hasilnya, sampai saat ini sudah lebih dari 3.200 pohon ketapang dan angsoka dia tanam sendiri.

"Saya tidak mengharapkan apa-apa dari usaha ini. Saya bersyukur bila tanaman-tanaman itu bisa menghijaukan Banjarmasin. Sungguh sayang kalau Banjarmasin yang dijuluki kota seribu sungai tidak banyak ditanami pohon. Saya iri melihat Semarang, banyak pohonnya," kata pria kelahiran Madura, Jawa Timur, tahun 1969 itu.

Syamsudin merantau ke Banjarmasin pada tahun 1986. Saat itu pekerjaan yang ditekuni khusus sebagai tukang becak malam hari. Sementara pada siang hari dirinya ikut aktif di organisasi Garda Bangsa. Di organisasi ini, ia sempat ikut membantu dalam berbagai kegiatan sosial. Selain itu, dia juga ikut membantu Anang Rosadi, Pemimpin Yayasan Anang Adenansi, yang kini duduk sebagai anggota DPRD Kalsel.

"Kegiatan penanaman pohon itu datang dari inisiatif sendiri. Saya tidak pernah minta-minta dana kepada siapa pun untuk kegiatan ini. Saya diizinkan untuk menanam saja sudah sangat bersyukur," tutur bapak dari dua anak ini.

Menurut Syamsudin, ia patut bersyukur karena sudah lebih dari 3.000 pohon yang ditanamnya sendiri. Usaha itu bukan tak ada tantangan. Tangan-tangan jahil, seperti mencabut pohon yang baru ditanam, merusak, menyiram dengan air panas, bahkan menabrak bibit pohon, itu sudah hampir setiap hari dilihatnya. Semua itu dihadapi dengan sabar. Tanaman yang mati dia ganti dengan yang baru.

Syamsudin mengatakan, kalau saja dirinya menghadapi tangan- tangan jahil itu dengan kemarahan, barangkali usaha penanaman pohon secara massal di Banjarmasin ini tidak akan membuahkan hasil. Selain yang bersifat merusak tadi, ia juga dicurigai oleh beberapa rekan tukang becak atau pedagang kaki lima mendapat proyek penghijauan dari pemerintah. Mereka kadang-kadang tak segan-segan minta uang rokok. "Saya katakan kepada mereka bahwa yang dilakukan ini bukan keduniawian, tetapi ini untuk akhirat. Alhamdulillah, mereka bisa mengerti," katanya.

Syamsudin mengatakan, ia memilih kedua tanaman itu karena bibitnya mudah didapat. Kedua, tanaman itu diperkirakan cukup besar menyerap air, terutama pada lokasi-lokasi banjir. Pertama kali dilakukan penanaman sekitar 50 bibit pohon ketapang di Jalan Sutoyo. Namun, yang berhasil tumbuh hanya 40 batang. Kini tingginya sekitar tiga meter.

Dari sana kemudian dilanjutkan di pinggir-pinggir jalan lainnya. Tentangan yang paling sering dihadapinya adalah dari para pedagang kaki lima. Sebab, lokasi tanam sering menjadi tempat lapak atau warung milik mereka.

Ia juga minta izin kepada Pemerintah Kota Banjarmasin, kepolisian, dan dinas perhubungan setempat untuk melakukan penanaman. "Wah, kalau tidak pakai izin, barangkali saya bisa dipukuli orang karena dikira merusak atau mengganggu usaha orang lain. Sekarang, dari beberapa tempat yang sudah ditanami, termasuk beberapa pusat perbelanjaan, para pemiliknya memberikan dukungan yang positif sehingga kegiatan penanaman ini bisa terus berjalan," katanya.

Untuk penyediaan bibit, ia mengumpulkan biji dari beberapa pohon ketapang tua. Dengan itu, dia melakukan pembibitan. Lokasi pembibitan, selain memakai lahan seluas 300 meter di dekat rumahnya, juga meminjam tempat di halaman rumah Anang Rosadi di Jalan Pembangunan I, Banjarmasin. Saat ini ada sekitar 2.000 bibit pohon yang siap ditanam.

"Buat saya, tidak ada target kapan kegiatan menanam ini berakhir. Saya hanya berharap hal ini bisa terus berjalan sampai akhir hayat," kata penarik becak yang berpenghasilan Rp 25.000-160.000 per hari ini.

Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) Rudy Ariffin saat memberikan piagam penghargaan kepada Muhammad Syamsudin sebagai warga peduli lingkungan pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Banjarmasin, Senin (5/6/2006), mengatakan, usaha yang dilakukannya sangat layak menjadi teladan bagi warga lainnya. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kalsel sendiri akan mengusulkan Syamsudin menjadi salah satu peserta dari Kalsel untuk menerima penghargaan Kalpataru.

"Saya tidak menduga ada penghargaan seperti ini. Saya tidak ingin dinilai tinggi seperti itu. Tujuan saya, sebagai warga hanya ingin membantu menghijaukan Banjarmasin sesuai dengan kemampuan yang ada," ujarnya.

Sumber : Kompas, Sabtu, 10 Juni 2006

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks