Jun 26, 2009

Mario R Garcia : Falsafah Desain Mario Garcia

Falsafah Desain Mario Garcia
Oleh : H Witdarmono

Banyak orang Kuba berimigrasi ke Amerika Serikat dan menjadi warga negara negeri itu. Umumnya, mereka kemudian menjadi melankolis, reflektif, dan bicaranya lambat karena bahasa Inggris yang belum fasih. Ada semacam perasaan untuk selalu berhati-hati dalam pergaulan, khususnya dalam menghadapi warga Amerika kulit putih.<>

Itulah kami dan saya adalah bagian dari mereka, generasi warga Amerika keturunan Kuba, ungkap Mario R Garcia (58) dalam sebuah percakapan awal Mei lalu di Singapura. Namun dalam solidaritas perasaan itu, kami punya kebanggaan tersendiri mengenai kesuksesan imigran Kuba, tambahnya.

Riwayat Garcia jadi bukti. Bersama orangtuanya, ia datang ke Miami, Florida, pada tahun 1962 dalam usia 14 tahun.

Seperti imigran Kuba lainnya, ia kemudian belajar bahasa Inggris melalui koran dan buku dengan Kamus Inggris selalu di sampingnya. Praktik bahasa dilakukan dengan tetangganya.

Keluarga Garcia bertahan hidup dengan mengandalkan kegigihan, ketekunan kerja, dan kecerdikan menangkap peluang.

Ayah adalah contoh kami. Di Kuba, bisnis Ayah hancur. Kami tiba di Miami tanpa punya apa-apa. Tetapi, tak lama, Ayah kembali punya toko berlian. Meski kecil, tetapi milik sendiri. Dari situlah kami mulai bangkit, kenang Garcia.

Setelah SMU, Garcia belajar jurnalistik di Miami-Dade Community College. Ia lalu menjadi reporter di koran Miami News. Keahlian desainnya membawa Garcia mengajar di Universitas Syracuse dan Universitas Florida. Ia juga mengajar di 14 universitas Eropa dan Amerika Latin.

Kini, ia adalah pendiri dan sekaligus CEO dari Garcia Media, perusahaan konsultasi desain surat kabar. Dengan kantor di Tampa (Florida), Chicago, Buenos Aires (Argentina), dan Hamburg (Jerman), jumlah surat kabar dunia yang sudah didesain (atau diredesain) mencapai hampir 500 koran. Harian Kompas adalah proyeknya yang ke-488.

Sebelumnya, Garcia telah meredesain beberapa koran besar macam The Wall Street Journal, Die Zeit (Jerman), The Hindu (India), dan tentu saja The Miami Herald, koran yang menjadi guru bahasa Inggris-nya. Wall Street Journal adalah proyek yang paling menantang. Koran itu adalah sebuah ikon. Dan kami meredesainnya hingga diterima pembacanya, ujar Garcia.

The Wall Street Journal (WSJ) memang punya tempat tersendiri dalam karier Garcia. Koran itu telah memberi keyakinan pada dirinya bahwa budaya koran adalah bagian dari proses sebuah desain. Budaya itu sendiri terkait dengan nilai-nilai yang dianut oleh tokoh-tokoh di belakang koran tersebut.

Setiap koran memiliki arkeologi visual, begitu pendapatnya. Saat meredesain Kompas, ia lebih dahulu mempelajari edisi pertama Kompas 28 Juni 1965 dan semua halaman pertama Kompas yang mengalami perubahan.

Budaya itu juga menyangkut para pembaca koran. Pembaca sekarang punya lingkungan di mana teknologi menjadi utama. Internet membuat mereka sangat menyadari pentingnya navigasi, kata Garcia.

Memang, pembaca sekarang lebih tertarik pada apa yang cepat terlihat. Mereka tak punya banyak waktu.

Foto yang menarik, judul yang besar, atau grafis yang berwarna menjadi promosi dan sekaligus navigasi. Teknologi memang mengubah sosiologi pembaca. kata Garcia.

Desain baru harus membuat koran tidak hanya mudah untuk jiwa dan pikiran, tetapi juga mudah untuk mata. Di sinilah peran warna menjadi utama, katanya menambahkan.

Sebagai wartawan, Garcia sangat meyakini bahwa isi (berita) merupakan penentu utama keberhasilan surat kabar. Content is king. Isi adalah raja, begitu ungkapnya selalu.

Dari pandangan itu Garcia mengembangkan falsafah kerja WED, yaitu kombinasi antara writing, editing, dan design sebagai prinsip dasar komunikasi ide yang efektif. Melalui WED, sejak awal wartawan, editor, dan desainer harus bekerja sama dengan prinsip keaslian dan fungsionalitas.

Dapatkah ini terwujud apabila redesain hanya dilakukan demi penghematan kertas atau upaya kosmetik mengikuti tren? Tentu tidak. Desain koran selalu menyangkut isi, dan perubahan tidak boleh menggeser yang tetap: kepercayaan.

Sumber : Kompas, Selasa, 28 Juni 2005

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks