Jun 8, 2009

Kubra Ozturk : Ozturk, Jelita Penakluk Eropa

Ozturk, Jelita Penakluk Eropa
Oleh : Pepih Nugraha

Turki harus menunda hasrat bergabung dengan Uni Eropa, menyusul sejumlah rintangan yang dipasang para pemimpin Eropa. Akan tetapi, gadis belia Turki, Kubra Ozturk, dalam kesunyian usahanya berhasil menaklukkan Benua Eropa dengan menjadi juara catur di bawah usia 16 tahun di Herceg Novi, Montenegro, September 2006.

Ozturk, remaja belia berusia 15 tahun, tanpa harus berbasa-basi di meja perundingan sebagaimana dilakukan diplomat Turki dalam usaha meyakinkan Eropa, telah berhasil menaklukan benua itu di atas papan catur!

Di negerinya, Ozturk adalah inspirasi bagi kejayaan Imperium Ottoman dulu yang dalam perjalanan sucinya berhasil menaklukkan sebagian Eropa, khususnya Cordoba, kini Spanyol. Sepak terjang pasukan "Seljuk" ini membuat Paus Urban II mengobarkan ziarah suci dari Eropa melintas sejumlah kawasan menuju Jerusalem yang kemudian dikenal sebagai Perang Salib.

Perang suci dalam konteks kekinian berubah menjadi perang gengsi di atas 64 petak papan catur, di mana Ozturk keluar sebagai pemenang dan benar-benar menguasai Eropa. Turki bukanlah negeri catur, apalagi kiblat catur dunia yang masih dipegang Rusia dan negara-negara pecahan Uni Soviet lainnya. Tetapi, lewat Ozturk, mata catur Eropa mulai meliriknya karena gadis itu berhasil menaklukkan jago-jago catur yang bermukim di wilayah kiblat catur dunia itu.

Di negeri yang masih menganggap kaum lelaki "lebih penting", kemunculan Ozturk dianggap sebagai oase di tengah padang pasir. Terlebih lagi catur yang masih lekat dengan dunia lelaki, Ozturk menggelindingkan "kebangkitan" kaum perempuan di negerinya yang masih mengagungkan Suat Atalik, pecatur pria Turki yang bergelar grand master.

Ozturk kini siap membuat sejarah di negerinya. Harian besar di Turki, Milliyet, mempunyai tradisi tahunan dengan memilih "atlet terbaik". Dalam sejarahnya, belum pernah ada pecatur yang menjadi nomine atlet terbaik versi harian itu. Sekali muncul pecatur, perempuan! Inilah yang membuat Ozturk menjadi kebanggaan Turki.

Dalam pengumpulan suara yang diselenggarakan Milliyet, sampai 28 Desember lalu, Ozturk masih menempati posisi dua. Posisi pertama masih dipegang pebola voli putri jelita pujaan nasional, Neslihan Demir. Praktis, tinggal Ozturk dan Demir yang bersaing ketat. Di posisi tiga bertengger nama Ali Nihat Yazici, manajer olahraga terbaik.

Tradisi pemilihan atlet terbaik tahunan sangat bergantung pada pilihan pembaca Milliyet. Komunitas catur di Turki kini menggalang suara agar Ozturk terpilih sebagai atlet terbaik Turki tahun ini. Kelompok pencinta Ozturk yang menamakan diri Besiktas JK menggalang suara bagi kemenangan Ozturk dan juga Ibrahim Uzulmez, kapten kesebelasan nasional Turki sebagai pesepak bola terbaik tahun ini.

Laporan harian Milliyet 24 Desember lalu menulis, "Kubra, Sah Cekti!" Artinya, "Kubra (Ozturk) Memberi Sekakmat". Ini semacam ramalan bahwa Ozturk akan membuat lawan-lawan terdekatnya, Demir dan Yazici, tidak berdaya terkena sekakmat Ozturk. Sekakmat adalah istilah catur di mana raja lawan mati terkena serangan lawan.

Bila Ozturk berhasil menjadi atlet terbaik tahun ini, berarti sejarah telah ditorehkan di Negeri Ottoman ini, yang berarti pula menempatkan catur sebagai olahraga unggulan. Akan tetapi, di lain pihak, para pencinta Demir juga tidak tinggal diam. Setidak-tidaknya fans fanatik akan mempertahankan keunggulan Demir.

Penyuka buku

Dilahirkan tahun 1991, Ozturk mulai mengenal catur saat berusia tujuh tahun. Ia mendapat dorongan dari guru olahraga di sekolah dasarnya. "Tetapi, yang membuat saya jatuh cinta kepada catur adalah pelatih pertama saya, Islam Osmanli," katanya saat diwawancara kolumnis catur harian setempat Sabah Newspaper, Ozgur Akman.

Turnamen catur pertama yang diikutinya adalah kejuaraan dunia putri di bawah usia 10 tahun, pada tahun 1999. Ia bermain langsung tanpa kualifikasi. Ia mengaku senang dapat mengikuti pertandingan catur berbobot di usianya yang masih dini. "Pelatih berjanji kepada orangtua saya bahwa di masa mendatang saya akan mendapat medali emas. Saya senang karena ramalannya tidak meleset," kata Ozturk mengenang pelatih pertamanya itu.

Sebagaimana pecatur lain, semula Ozturk menganggap catur sebagai hobi. Akan tetapi, seiring sukses yang diraih serta atas dorongan orang-orang di sekelilingnya, ia merasa harus lebih serius mencurahkan perhatiannya kepada catur. Apalagi kedua orangtua seratus persen mendukungnya. Sang ayah selalu hadir di mana pun Ozturk bertanding.

Keseriusannya menggeluti catur ia buktikan dengan menyisihkan waktu dua atau tiga jam sehari untuk mempelajari catur, lewat buku maupun komputer. Sekali dalam seminggu, ia digembleng pelatih catur kenamaan, Teoman Ulucan.

Ditanya apa daya tarik catur, Ozturk meyakinkan bahwa permainan adu pikir ini membuatnya percaya diri. "Kemiripan catur dan kehidupan adalah perlunya mengantisipasi masa depan. Itu lebih penting bagi saya," katanya.

Ozturk memperlakukan catur dan studinya secara paralel. Ia ingin belajar hukum di universitas, tetapi juga tidak melepaskan hasratnya menjadi juara dunia catur perempuan. Hasrat ini terdorong betapa sulitnya menjadi pecatur di Turki, khususnya pecatur perempuan. "Anda harus sukses di sekolah kalau mau sukses di catur," katanya.

Seperti diakuinya, tidak banyak pecatur perempuan di negerinya. Itu berarti, dia harus membiasakan diri bersaing dengan pecatur pria. Batu sandungan untuk mewujudkan cita-citanya menjadi juara dunia bisa datang dari bintang catur India Koneru Humpy atau bahkan Irene Kharisma Sukandar, pecatur putri Indonesia.

Ozturk mengaku tidak punya cukup waktu untuk pacaran, sebagaimana remaja putri lain seusianya. Catur dan studi telah menyedot sebagian besar waktunya. Namun, ia masih menekuni bola voli dan membaca. Ia menyukai penulis buku Peyani Safa dan Halide E Adivar. Mereka adalah perempuan pengarang Turki yang hidup pada pertengahan pertama abad XX.

Pengagum pecatur eksentrik AS, Bobby Fischer, ini sangat mengagumi Demir, rival utamanya sebagai calon atlet terbaik Turki. Baginya, Demir adalah atlet besar dan terkenal, sehingga baginya mempertahankan posisi tiga besar saja sudah cukup. Ia merasa belum waktunya menjadi "yang terbaik" sebelum menjadi juara dunia catur wanita sesungguhnya.

Sumber : Kompas, Sabtu, 13 Januari 2007

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks