Mendengar "Star Wars" Lewat John Williams
Oleh : Frans Sartono
JOHN Williams (73) disebut-sebut sebagai orang yang paling "terdengar" pada seluruh film Star Wars. Dialah komposer dan konduktor yang membuat Star Wars tersimpan dalam memori dengaran penonton. John Towner Williams, lelaki kelahiran Long Island, New York, Amerika Serikat, 8 Februari 1932, itu menggarap musik film untuk seluruh episode Star Wars yang didalangi George Lucas itu.
WILLIAMS berkenalan dengan Lucas pada pertengahan tahun 1970-an lewat kawan dekat Lucas, yaitu sutradara Steven Spielberg. Saat itu Lucas sedang mencari orang yang tepat untuk menggarap musik Star Wars Episode IV: A New Hope yang dirilis pada tahun 1977. Spielberg lalu merekomendasikan nama John Williams yang pernah menggarap beberapa film garapan Spielberg, termasuk Jaws.
Saat menggarap Star Wars, Williams tidak mengira bahwa film itu akan berkelanjutan menjadi enam episode. Yang kemudian terjadi, Star Wars laris di pasar dan berlanjut hingga enam episode.
Musik Williams dianggap menjadi salah satu penguat karakter film tersebut. Death Stars, pesawat sebesar planet yang ditumpangi tokoh bengis Darth Vader itu, misalnya, melintas dengan penuh wibawa dan penuh ancaman di bawah iringan musik garapan Williams. Suasana berwibawa, dahsyat, penuh ancaman itu merupakan interpretasi pribadi Williams. Ia menerjemahkan citra visual dengan suara.
"Saya tidak membaca skenario. Saya memang tidak suka membaca skenario," kata Williams dalam wawancara dengan Film Score Monthly.
Williams tidak membuat musik berdasar skenario. Ia benar-benar mendasari musiknya dari kesan visual. Membaca skenario sebelum melihat hasil visual akan menimbulkan prekonsepsi terhadap film.
"Saya masih ingat ketika menyaksikan film itu. Saya bereaksi pada atmosfer, energi, serta rhythm," kata Williams.
MESKI Star Wars disebut-sebut sebagai film fiksi-ilmiah atau futuristik, John Williams dalam penciptaan musik tidak pernah terpengaruh dengan kategori semacam itu. Ia malah menyebut musik Star Wars sebagai "sangat nonfuturistik". Ia memahami benar bahwa karakter atau lanskap film tersebut sangat asing dan belum pernah terwujudkan secara visual.
"Musik yang saya buat bukanlah musik yang bisa menjelaskan terra incognita- wilayah antah berantah-tapi justru sebaliknya, yaitu musik yang dapat membuat kita tersambung dan emosi kita yang telah akrab," ujar Williams.
Emosi tersebut ia terjemahkan lewat idiom opera abad kesembilan belas. Untuk film yang bermuatan mitologi lintas kultural seperti Star Wars itu, Williams memilih musik yang berakar pada kultur Barat, semisal gaya opera Wagner. Dalam menggarap Star Wars, ia menggunakan orkes simfoni yang banyak melibatkan musisi dari The London Orchestra.
"Orkes simfoni dalam hal ini sangatlah luwes dan pas karena ia elegan. Orkes simfoni itu sendiri merupakan salah satu penemuan terbesar dalam kultur artistik kita. Ia bisa menghasilkan cita suara indah dan mampu menjangkau emosi yang beragam," kata Williams.
Ia memberi contoh penggunaan instrumen tiup logam (brass) pada adegan munculnya tokoh Darth Vader yang digambarkan sebagai tokoh lalim dan otoriter. Begitu juga untuk adegan pembuka film yang secara visual mencekam, Williams menggunakan seksi tiup logam yang memberi efek tegas, gagah, tapi mengancam. Musik tersebut mengingatkan pada upacara militer yang serba tegas, gagah, tegap, semarak, yang menyerupai jenis mars. Saking tegas dan gagahnya, maka jika mendengar, canda Williams, orang seakan sampai harus berdiri tegap dan melakukan hormat.
JOHN Williams menjadi salah satu komposer produktif di Hollywood saat ini. Ia pernah mendapat 41 unggulan Oscar. Ia akhirnya kebagian lima Oscar antara lain untuk Fiddler on the Roof (1971) dan Jaws (1976). Ia juga pernah mendapat 18 penghargaan Grammy.
Musik film merupakan bagian dari kesenimanannya. Di luar urusan film, Williams pernah menjadi konduktor Boston Pops Orchestra pada kurun era 1980-1993. Dia memang terlahir dari lingkungan musik. Sang ayah, Johnny Williams, adalah pemain drum pada grup jazz The Raymond Scott Quintet. Anak Williams juga menjadi pemusik, yaitu Joseph Williams, yang pernah bergabung dalam band Toto pada tahun 1986.
Seperti sang ayah, Williams juga pernah menjadi pemusik jazz ketika remaja. Saat itu sebagai pianis ia sudah mencoba membuat aransemen musik. Umur 15 tahun dia berketetapan untuk menjadi pianis konser. Umur 19 dia telah tampil membawakan komposisi sendiri dalam bentuk piano sonata.
Williams memperdalam studi musik di Los Angeles City College yang kemudian dilanjutkan ke sekolah musik terkenal Juilliard di bawah bimbingan Rosina Lhevinne. Secara khusus ia belajar orkestrasi pada sejumlah komposer musik studio MGM. Pengalaman itu menjadi bekal Williams untuk bekerja sebagai penulis musik di Hollywood.
Ia mulai bekerja sebagai pianis yang antara lain pernah ikut menggarap musik serial televisi Peter Gunn pada tahun 1958. Dari posisi sebagai pianis, Williams mulai dipercaya menggarap musik untuk serial televisi seperti Lost in Space (1965). Sejak itu garapan Williams sering berada di belakang film kondang, seperti The Towering Inferno (1974), Superman (1978), E.T. (1982), JFK (1991), Jurassic Park (1993), dan Schindler’s List (1993).
Williams menjadi langganan sutradara Steven Spielberg. Hampir seluruh film Spielberg memang digarap Williams dan kebanyakan menjadi film laris, termasuk tiga sekuel Indiana Jones. Itulah mengapa duet Williams-Spielberg disebut sebagai blockbuster team. Julukan tim pembuat film laris juga dialamatkan kepada pasangan Williams-George Lucas lewat Star Wars.
Williams bekerja dengan penuh sukacita pada film tersebut. Secara bercanda ia mengatakan, "The Force did seem to be with us (The Force tampaknya selalu beserta kita)."
The Force adalah kekuatan misterius yang melindungi para kesatria dalam film Star Wars. Williams menyitir ucapan para tokoh dalam film tersebut yang sering berucap salam "May the Force be with you". (Frans Sartono)
Sumber : Kompas, Selasa, 31 MEi 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment