Jazz Urakan Jamie Cullum
Oleh : Ninuk Mardiana Pambudy dan Frans Sartono
Mengapa penampilan Jamie Cullum (27) di Java Jazz dibanjiri penonton muda? "Kalau kita menaruh segalanya di museum itu mungkin bisa terdengar kuno. Tapi, kalau kita menempatkan itu sebagai lagu baru, dengan cara baru, kita bisa membuat pendengar muda tertarik," kata Jamie dalam wawancara dengan Kompas di belakang pentas seusai tampil di Java Jazz, Minggu (4/3/2007) malam.
Jamie Cullum, pianis-penyanyi asal Inggris itu, menjadikan konser jazz bagai pesta rock. Di hajatan Dji Sam Soe Super Premium Jakarta International Java Jazz Festival 2007, sekitar 5.000 penikmat muda rame-rame menyanyikan What a Diff'rence a Day Made. Itu lagu "tua" era 1950-an yang disulap Jamie menjadi lagu era MTV.
Dan lihatlah polah lelaki kelahiran Essex, London, 20 Agustus 1979 itu. Ia menyudahi konser dengan lagu These Are The Days. Ia berdiri di atas grand piano Yamaha lalu meloncat turun ke lantai. Pada lagu kedua Get Your Way, ia angkat kaki tinggi-tinggi lalu didaratkan pada tuts piano.
Mengacu pada kelaziman tabiat musisi jazz, tingkah Jamie bisa dibilang bengal bin urakan. Tapi, begitulah Jamie berkomunikasi dengan kaum muda: pecicilan penuh energi.
"Musik yang saya mainkan dan sambutan massa memberi saya energi. Ketika Anda berada di panggung dan penonton merespons Anda, itu adalah energi luar biasa. Dan publik Jakarta malam ini dahsyat," kata Jamie yang mengenakan celana jins bolong-bolong, sepatu sport, serta kaus oblong plus rompi, dan berkalung rosario.
"Saya datang ke Jakarta untuk penggemar saya yang telah membeli album saya," kata Jamie yang populer di Indonesia lewat album Twenty Something dan Catching Tales terbitan Universal Music.
Jazz muda
Repertoar Jamie di Java Jazz sebagian diambil dari standard tune, lagu jazz standar yang diolah sesuai musik hari ini. Tersebutlah I Get a Kick Out of You sebagai lagu pembuka. Itu lagu kondang Cole Porter yang antara lain pernah dibawakan Frank Sinatra pada era 1950-an.
Atau What a Diff'rence a Day Made, lagu era 1930-an yang aslinya berjudul Cuando Vuelva A Tu Lado. Versi lirik berbahasa Inggris dipopulerkan oleh Dinah Washington era 1950-an. Ia juga membawakan lagu rock Jimi Hendrix tahun 1967, The Wind Cries Mary.
"Saya tidak memilih. Lagu itu sudah berada di bawah jari-jari saya saat saya main piano. Saya memainkan ratusan lagu. Saya pilih lirik yang nyambung dan relevan dengan audiens remaja atau umur 20-an, atau pengunjung konser rock, kelab, atau pesta-pesta," katanya.
"Lirik lagu I Get a Kick Out of You itu sangat modern. Itu memang lagu lama, tapi bagi saya dan bagi audiens saya itu lagu baru. Mereka mendengar dan menikmatinya," tuturnya.
Kiat Jamie berhasil merebut perhatian publik pada awal popularitas di tahun 2003. Kritikus musik menyebut Jamie sebagai Sinatra in Sneakers. Sinatra mengacu pada legenda Frank Sinatra yang lagunya dibawakan Jamie. Sneakers merujuk pada tampilan fisik Jamie yang kasual, tidak berjas dasi, dan sepatu klimis ala biduan masa lalu.
Jamie menyambungkan tradisi jazz era Sinatra dengan realitas kaum muda hari ini di mana musik pun juga bergaul dengan jenis musik lain.
"I would like to say it as pop music. Tapi pop yang disentuh dan dibungkus dengan jazz. Intinya saya memainkan musik yang saya suka dan disukai anak muda atau siapa pun," katanya.
Jembatan
Selain lagu jazz standar, Jamie juga menyerap lagu yang akrab di telinga kaum muda. Di Java Jazz ia suguhkan Sexy Back dari Justin Timberlake. Juga High and Dry dari grup rock Radiohead. Ia juga bawakan Don’t Cha dari grup cewek sensual Pussycat Dolls. Di panggung lirik lagu itu ia pelesetkan untuk mengolok-olok dirinya yang berpostur relatif pendek: "Don’t you wish your girlfriend was hot like me" diubah menjadi "Don’t you wish your boyfriend was short like me".
Jamie juga suguhkan komposisi orisinal yang dibuat bersama sang kakak, Ben Cullum, seperti Frontin’, Mind Trick. Referensi dengaran Jamie sangat luas, mulai rock sampai jazz. Ia banyak menyerap musik jawara jazz seperti Miles Davis, Herbie Hancock, Bill Evans, sampai Marcus Miller. Tapi dengan rendah hati ia mengaku sebagai bukan pemusik jazz.
"It’s hard to be a jazz musician. Menjadi pemusik jazz itu berat. Orang harus mencapai tataran dan kemampuan tertentu untuk menjadi pemusik jazz," katanya merendah.
Dari jazz, Jamie menyerap semangat spontan dan kejujuran ekspresi yang terwujud dalam improvisasi. "Seniman jazz tidak bergantung pada apa yang telah ada. Kita harus menciptakan permainan personal. Kita mainkan apa yang mengalir di kepala lalu mengeksekusinya," kata Jamie.
Itu kredo artistik seniman jazz yang dianut Jamie. Sikap itu ia terapkan di pentas. Dengan gaya urakannya itu, ia menjadi semacam jembatan yang mengantarkan penggemarnya untuk berkenalan dengan jazz. Dan tampaknya mereka telah berkenalan. Dengarlah penonton muda di Java Jazz bernyanyi bareng: "What a difference a day made. And the difference is you."
Sumber : Kompas, rabu, 7 Maret 2007
Jun 7, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment