Jun 1, 2009

Hu Jiantao : Kekuasaan Paripurna Hu Jintao

Kekuasaan Paripurna Hu Jintao
Oleh : Budi Suwarna

Paripurna sudah kekuasaan Hu Jintao. Generasi keempat dalam kepemimpinan Partai Komunis China ini menggenggam tiga lembaga kekuasaan sekaligus, yakni partai, negara, dan militer.

Tiga kekuasaan ini dia peroleh sekaligus dalam Kongres Ke-17 Partai Komunis China (PKC) pertengahan Oktober lalu. Saat itu kongres memilih Hu sebagai Sekretaris Jenderal dan Ketua Komisi Militer Pusat PKC. Dua jabatan itu juga hampir pasti menjamin Hu memperpanjang kekuasaannya sebagai Presiden China untuk lima tahun mendatang.

Bayangkan betapa berkuasanya Hu. Sebagai sekjen partai, dia amat menentukan semua kebijakan dan keputusan partai. Sebagai Ketua Komisi Militer Pusat, dia mengendalikan 2,3 juta tentara China. Sebagai presiden, dia menentukan arah kebijakan Pemerintah China.

Fenomena seperti ini bukan sesuatu yang luar biasa dalam kepemimpinan di China. Pasalnya, hampir semua penguasa di China sebelumnya juga memiliki kekuasaan serupa. Namun, fenomena ini menarik karena Hu tidak dengan mudah menduduki tiga lembaga kekuasaan itu secara sekaligus. Hu harus bersusah payah mengatasi rivalnya, mantan Presiden Jiang Zemin, sebelum mendapatkan itu semua.

Ketika pertama kali menjabat presiden tahun 2003, bisa dikatakan kekuasaan Hu belum lengkap. Saat itu dia "hanya" memiliki modal sebagai sekjen partai, sementara jabatan tertinggi militer masih diduduki Jiang. Dengan demikian, Jiang bisa menggunakan pengaruhnya pada pemerintahan Hu.

Setahun kemudian, Hu baru memperoleh jabatan Ketua Komisi Militer Pusat setelah Jiang mengundurkan diri dari jabatan itu. Ada spekulasi mundurnya Jiang merupakan hasil tekanan Hu.

Spekulasi tinggal spekulasi. Yang jelas Jiang tidak begitu saja melepaskan pengaruhnya di partai. Jiang masih memiliki pengaruh di Panitia Pelaksana Politbiro dan Komite Pusat PKC. Namun, sekali lagi, Hu berhasil mematahkan pengaruh Jiang. Pada kongres itu, Hu berhasil menyingkirkan orang-orang Jiang dari kedua lembaga tersebut.

Keberhasilan Hu memperkokoh kekuasaannya di partai semakin menegaskan bahwa dia politisi yang berpengalaman dan piawai menghadapi berbagai persoalan pelik, termasuk perebutan kekuasaan.

Apa rahasia sukses Hu? Ia pernah mengatakan bisa sukses karena setia pada garis partai, bersikap teguh, memerhatikan masalah-masalah konkret, dan memiliki keberanian mengambil keputusan.

Pedagang teh

Hu lahir pada 21 Desember 1942 di Jiangyan, Jiangsu. Sumber lain menyebutkan, Hu lahir di Shanghai dan berasal dari keluarga pedagang teh. Bakat politiknya mulai tercium ketika dia kuliah di Universitas Qinghua bidang Rekayasa Konservasi Air.

Jiang Nanxiang, Rektor Universitas Qinghua, yang memiliki kedekatan dengan Komite Pusat PKC dan pemimpin di Beijing menaruh perhatian kepadanya. Dia sering merekomendasikan mahasiswanya untuk pekerjaan kader di kantor pusat PKC. Hu termasuk yang mendapatkan rekomendasi Jiang Nanxiang.

Hu secara resmi bergabung dengan PKC tahun 1964, setahun sebelum lulus universitas. Pada 1970-an Hu bertemu Song Ping, Sekretaris Pertama Komite PKC Gansu. Dia tak keberatan menjadi mentor Hu dan membuka jalan bagi Hu masuk ke lingkaran elite PKC.

Tahun 1981 Hu bersama Deng Nan (anak perempuan penguasa China saat itu, Deng Xiaoping) dan Hu Depin (anak laki-laki anggota Politbiro PKC, Hu Yaobang) mengikuti pelatihan di Sekolah Partai Pusat di Beijing.

Deng Nan dan Hu Depin terkesan dengan kecerdasan Hu. Karena itu, mereka bercerita tentang Hu kepada orangtua masing-masing. Tertarik dengan cerita si anak, Hu Yaobang mengundang Hu Jintao ke rumah.

Sejak saat itu karier Hu Jintao di partai melesat. Dua tahun setelah bertemu Hu Yaobang, dia menjabat Sekretaris Pertama Pemuda Komunis Pusat. Tahun 1985 ia ditugaskan ke daerah miskin Guizhou sebagai Sekretaris Komite PKC Guizhou. Di sini dia menunjukkan reputasi sebagai pemimpin yang baik dan mau mengerti masalah rakyat miskin.

Tahun 1988 Hu Jintao ditunjuk sebagai Sekretaris PKC Tibet. Di tempat ini, kepemimpinan Hu diuji. Pada Maret 1988 terjadi demonstrasi besar-besaran di Tibet. Aksi ini ditumpas Hu dengan kekerasan dan pemberlakuan darurat. Tindakan Hu ini kemudian menjadi preseden yang diberlakukan Beijing untuk menghadapi gerakan prodemokrasi di Lapangan Tiananmen.

Kekerasan di Tibet merupakan salah satu catatan merah Hu di mata internasional. Ia dianggap bertanggung jawab atas kematian Lama Panchen (pemimpin spiritual tertinggi kedua di Tibet). Namanya juga disangkutpautkan dengan kasus Tiananmen yang menewaskan ratusan orang pada tahun 1989.

Akan tetapi, sikap keras Hu di Tibet bukan catatan buruk di mata PKC. Buktinya, karier Hu terus melesat. Tahun 2002 dia terpilih sebagai Sekjen PKC dan setahun berikutnya menjabat Presiden China.

Ditilik dari perjalanannya, Hu bukan politisi karbitan yang tiba-tiba muncul dan mencari-cari partai yang bisa ditunggangi untuk mencapai kekuasaan. Dia adalah politisi yang direkrut, dikader, dan dipersiapkan partai untuk menjadi pemimpin.

Terlepas dari catatan merahnya di Tibet, Hu memperlihatkan diri sebagai pemimpin yang memiliki visi. Ketika mulai berkuasa tahun 2002, dia langsung merancang sebuah masyarakat harmonis yang bertujuan mengurangi ketimpangan. Ia mengubah kebijakan "PDB dulu, kesejahteraan kemudian" yang ditempuh para pendahulunya.

Ia berupaya menjauhkan China dari kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi dengan segala risiko. Dia mengedepankan pandangan seimbang terhadap pertumbuhan ekonomi dan dampaknya, seperti ketidakadilan sosial dan kerusakan lingkungan.

Hu juga memiliki visi untuk pemberantasan korupsi. Baginya, korupsi menghancurkan legitimasi partai. Itu sebabnya, upaya pemberantasan korupsi di China berjalan kian masif. Hu juga mengedepankan pembenahan moral para pejabat negara. Mereka yang dianggap bermoral rendah langsung disikat.

Dengan segala kekurangan dan kelebihan, Hu menjadi pemimpin China yang disegani. Dia adalah bagian dari penggalan keberhasilan China dalam beberapa tahun terakhir.

Sumber : Kompas, Senin, 5 November 2007

0 comments:

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by bukan tokoh indonesia | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks